Bisnis.com, JAKARTA—PT Pertamina EP memutuskan
menghentikan produksi minyak 30 sumur dari Lapangan Bentayan dan Tempino untuk
menghindari kerugian yang lebih besar dari aksi pencurian minyak di pipa jalur
Tempino-Plaju.
Direktur Operasi dan Produksi Pertamina EP Satoto
Agustono mengemukakan perseroan telah menetapkan status darurat untuk ruas pipa
minyak baru Tempino–Plaju setelah sepekan beroperasi.
Jalur pipa itu kini kembali menjadi objek penjarahan
melalui kegiatan illegal tapping yang masif dan terorganisasi dengan rata-rata
losses hingga 18% bahkan telah menyentuh angka 39% dari sekitar 15.000 barel
per hari minyak yang dialirkan.
Jalur pipa minyak Tempino–Plaju yang dikelola oleh PT
Pertagas, anak perusahaan PT Pertamina (Persero), dioperasikan secara komersial
sejak 17 Juli 2013 setelah melalui masa pra dan commissioning sejak 9 Juli
2013.
Jalur pipa tersebut menggantikan pipa lama yang sudah
tidak aman untuk dioperasikan karena terlalu banyak mengalami kerusakan akibat
aksi illegal tapping yang tidak bisa dikendalikan.
“Kami sudah tidak mampu lagi untuk menghentikan aksi
pencurian itu.Percuma saja, minyak dipompa namun akhirnya bocor akibat
pencurian,” ujarnya seperti dilaporkan harian Bisnis Indonesia, Jumat
(26/7/2013).
Jalur pipa baru Tempino–Plaju dengan panjang actual 260
km ditanam pada kedalaman 1,5-2 meter di bawah permukaan tanah.
Dengan kapasitas angkut 24.000 barel per hari, jalur pipa
baru tersebut semula diharapkan dapat menghentikan
aksi penjarahan minyak yang menghubungkan sekitar
sembilan sumber minyak menuju Kilang Pertamina Refinery Unit III Plaju.
“Pada masa precommissioning dan commissioning selama
sekitar 8 hari, sempat muncul harapan aksi penjarahan benar-benar akan berhenti
karena tingkat losses dapat dikatakan hampir tidak ada. Namun, begitu pipa
dioperasikan secara komersial, losses kemudian terjadi dan terus meningkat
bahkan mencapai 5.000 barel per hari,” kata Agus Amperian to, Manager Humas
Pertamina EP.
Sumber : Bisnis Indonesia, 26.07.13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar