TEMPO.CO, Brebes - Tenggelamnya kapal ikan Oryong 501 di
Laut Bering, Rusia, menyisakan kisah pilu di Indonesia. Salah satunya bagi
keluarga Abdullah, anak buah kapal (ABK) Oryong 501 yang berasal dari Brebes,
Jawa Tengah. Hingga kini, Abdullah belum ditemukan oleh tim penyelamat. (Baca:
Keluarga ABK Asal Brebes Baru Tahu Musibah Oryong)
Kepada Tempo, Rofiah, kakak Abdullah, menuturkan, menjadi
ABK adalah pilihan terakhir adiknya untuk mengubah nasib. Sebelum bekerja di
laut, Abdullah yang hanya berijazah sekolah dasar bekerja sebagai petani bawang
merah. "Membantu orang tua menanam bawang," kata Rofiah, Rabu malam,
3 Desember 2014. (Baca: Ini Daftar WNI di Kapal Oryong yang Tenggelam)
Tertantang oleh ajakan temannya, pada 2010 Abdullah
mendaftar sebagai ABK asal Korea Selatan. Tanpa punya pengalaman sebagai
nelayan, anak keenam dari delapan bersaudara itu nekat meninggalkan kampungnya,
Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba, Brebes. Saat itu, kata Rofiah, Abdullah
berumur 27 tahun. (Baca: 14 Nelayan Pantura ABK Kapal Oryong yang Tenggelam)
Bermodalkan uang Rp 12 juta dari tabungan orang tua,
Abdullah mencoba mendulang uang di luar negeri. Namun nasib berkata lain. Lima
bulan bekerja di sebuah kapal ikan, Abdullah pulang tanpa uang sepeser pun.
"Pertama kali melaut dia ditipu. Kerja tidak digaji, ponselnya terpaksa
dijual," ujar Rofiah.
Tetapi Abdullah kembali menjajal peruntungan di Korea.
Dia pindah kerja ke kapal lain. "Saat itu kami keluar uang lagi Rp 10
juta," kata Rofiah. Karena pernah tertipu, Abdullah meniti pekerjaan
dengan hati-hati. Hasilnya, setelah delapan bulan bekerja, dia bisa membeli
sepeda motor baru.
Pada pelayaran ketiga, Abdullah sudah tidak bergantung
pada biaya orang tua. Rofiah mengatakan sepulang melaut selama sembilan bulan,
pada 2012, tabungan Abdullah cukup digunakan untuk melamar sekaligus menggelar
pesta pernikahan dengan tetangganya, Jayanti.
Setelah menikah, Abdullah kembali pergi ke Korea untuk
keempat kalinya selama sembilan bulan. Karena penghasilannya kurang memuaskan,
Abdullah sempat menganggur selama satu tahun. Akhirnya dia kembali ke Korea
untuk kelima kalinya pada Juli lalu. Namun saat melaut dengan kapal Oryong 501,
Abdullah malah bernasib malang.
Kini, keluarganya menunggu keajaiban agar Abdullah bisa
pulang dengan selamat.
Sumber : Tempo, 04.12.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar