Bisnis.com, JAKARTA-Ekonom Institut Kajian
Strategis Universitas Kebangsaan Eric Sugandi mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi
hanya mencapai 4,3
persen hingga akhir 2020 akibat masifnya penyebaran virus Corona (Covid-19).
Angka tersebut merupakan skenario
paling optimistis, dengan catatan nilai tukar rupiah di bawah Rp15.000 per
dolar AS.
"Kami melakukan simulasi
berkait dengan dampak Covid-19, jatuhnya harga minyak, dan melemahnya rupiah.
Kami memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 2,5
persen - 4,3 persen pada 2020," ujarnya seperti dikutip dalam riset, Senin
(23/3/2020).
Dia menuturkan pertumbuhan ekonomi 4,3 persen
mengacu pada skenario dasar (base scenario) dengan asumsi pandemik Covid-19
akan berakhir paling lambat di akhir triwulan II/2020.
Selain itu, Eric juga memasukkan
indikator rata-rata tahunan harga minyak di US$40 per barel, nilai tukar
rata-rata tahunan Rupiah di 14,300 per dolar.
Berdasarkan data Bloomberg, pada
penutupan perdagangan Jumat (20/3/2020), rupiah ditutup melemah 0,30 persen ke
level Rp15.960. Rupiah sempat menembus level terendah Rp16.225 pada pukul 15.00
WIB hingga akhirnya mereda.
Sementara itu, harga minyak
mentah terus turun menuju level terendah sejak 2003 seiring dengan memudarnya
prospek kesepakatan antara OPEC dan Texas untuk membatasi produksi.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak
West Texas Intermediate (WTI) kontrak
Mei 2020 turun 0,5 persen ke
level US$22,31 per barel di New York Mercantile Exchange
setelah sempat merosot hingga ke level US$20,80.
Pada Jumat (20/3/2020), Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan
ekonomi Indonesia di 2020 bisa melambat ke 0 persen pada skenario terburuk. Sementara pada skenario
moderat, perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh di atas 4 persen.
Sumber : Bisnis, 23.03.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar