KONTAN.CO.ID - JAKARTA. India memasuki masa lockdown
selama 21 hari untuk meredam
penyebaran pandemi corona. Negara yang berpopulasi 1,3
miliar jiwa itu mulai melakukan
lockdown pada Selasa (24/3). Lalu, bagaimana dampaknya terhadap bisnis pertambangan
mineral dan batubara (minerba) Indonesia?
Sebab, India menjadi pasar utama
untuk ekspor batubara Indonesia setelah China. Pasalnya, hampir separuh
penjualan ekspor batubara Indonesia tertuju ke dua negara itu. Sebagai gambaran, pada tahun 2018 lalu, ekspor
batubara ke pasar China memiliki porsi 25,7% sementara ke India sebanyak 21,9%
dari total ekspor batubara Indonesia.
Mengenai hal itu, Ketua Indonesia Mining
Institute (IMI) Irwandy Arief mengatakan,
sebagai pasar terbesar kedua, lockdown di India tentu akan memberikan dampak
terhadap kinerja bisnis batubara di Indonesia. Hanya saja, Irwandy bilang,
tidak mudah untuk menggambarkan dampaknya dalam periode yang singkat.
Sebab, perkembangan mengenai
penanganan corona, lama periode lockdown, serta efek terhadap pasar global,
juga harus diperhatikan. Apabila setelah lockdown pasokan batubara Indonesia
masih bisa diakomodasi, maka dampak terhadap bisnis emas hitam di Indonesia
bisa terminimalkan.
"Lamanya lockdown tentu akan
berpengaruh pada pengapalan ke negara tersebut. Namun bila sisa waktu setelah
lockdown bisa mengakomodir penerimaan batubara dari Indonesia, maka pengaruh
dari segi jumlah ton batubara masih bisa diminimalisir, terutama untuk
penjualan kontrak," jelas Irwandy kepada Kontan.co.id, Kamis (26/3).
Kendati begitu, sambung Irwandy,
secara bisnis, arus kas ke perusahaan akan tertunda. Namun, ia mengatakan
dampak terhadap kinerja bisnis masih harus dilihat dalam perkembangan di
kuartal selanutnya selama setahun ini.
Sebab, menurut Irwandy, lockdown
21 hari yang dijadwalkan India belum bisa menggambarkan proyeksi pasar batubara
untuk periode berjalan sepanjang 2020 ini.
Apalagi, kata Irwandy, kontrak
jangka panjang perusahaan biasanya memiliki fleksibilitas 10% untuk penundaan
pengiriman. "Pengaruhnya terjadi di cashflow penerimaan yang tertunda.
Tapi akibat ini tidak bisa dilihat dari jangka pendek 1-3 bulan, tapi harus
dilihat selama satu tahun," ungkapnya.
Sementara itu, terkait komoditas
mineral, Irwandy melihat bahwa lockdown di India tidak memberikan pengaruh yang
signifikan. "Sementara ini begitu. Mineral belum terdengar pengaruh secara
signifikan," ujarnya.
Praktisi pertambangan dan smelter
Arif S. Tiammar mengamini hal tersebut. Ia menyebut, India bukan menjadi pasar
utama bagi sejumlah komoditas mineral Indonesia seperti nikel, tembaga dan
bauksit. Menurutnya, komoditas yang akan paling terdampak adalah batubara dan
minyak sawit (CPO).
"India bukan pasar utama
nikel dan bauksit. Tembaga juga market utamanya bukan India. Walaupun ada
dampak, relatif sedikit. Tapi tidak secara khusus untuk mineral, kecuali
batubara dan CPO," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (26/3).
Meski begitu, Arif mengatakan,
bisnis mineral di Indonesia bukan tanpa kendala. Kendati India bukan pasar
utama, katanya, kondisi pandemi corona telah menekan pasar global, termasuk
untuk bijih mineral dan produk turunannya.
Sumber : Kontan, 26.03.2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar