JAKARTA: Kementerian Perhubungan berencana membangun kereta super cepat Argo Cahaya sekelas kereta Shinkansen di Jepang senilai Rp180 triliun yang kemungkinan direalisasikan pada 2014 yakni pasca selesainya proyek jalur ganda kereta lintas Utara Jawa.
Kemenhub bahkan sudah
melakukan studi kelayakan usaha sejak 2008 bersama pihak Jepang. Kereta ini
akan melayani rute Jakarta-Surabaya sepanjang 685 kilo meter (km).
“Soal rencana pembangunan
kereta super cepat ini masih dalam tataran konsep awal, dan sudah kami lakukan
pra FS bersama pihak Jepang yakni Japan International Cooperation Agency
(JICA), dan Japan Transport Consultant sejak 2008. Kami akan mengikuti konsep
kereta Shinkansen di Jepang, kereta ini sudah 45 tahun tanpa ada kecelakaan
atau zero accident,” kata Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono di
Jakarta akhir pekan.
KA Cepat Jakarta—Surabaya pp
Indikator
Keterangan
Nama : Argo Cahaya
Jarak tempuh : 685 km
Waktu tempuh : 2 jam 53 menit
Kecepatan : Maksimum 300 km/jam
(Sumber: Kemenhub)
Dia menambahkan dalam studi
tersebut, kereta super cepat akan dibangun untuk melayani lintas
Jakarta—Surabaya sepanjang 685 km dengan waktu tempuh hanya 2 jam 53 menit.
Dipilihnya jalur
Jakarta-Surabaya, lanjut Wamenhub, karena dapat menghubungkan dua pusat
pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia, sehingga akan menghidupkan kota-kota
lainnya yang dilalui.
“Sama seperti kereta super
cepat di sejumlah negara seperti di Jepang yang menghubungkan Tokyo dan Osaka,
di China, menghubungkan Beijing dan Shanghai dan di Amerika Serikat
menghubungkan Boston dan Washington,” tuturnya.
Bambang menjelaskan dalam
studi awal kereta super cepat ini, kecepatan maksimal mencapai 300 km/jam dan
rata-rata 250 km/jam, bandingkan dengan kereta Argo Bromo misalnya yang sudah
ada saat ini hanya 90 km/jam. Rangkaian akan digerakkan listrik, rencananya
satu rangkaian terdiri dari 8-12 gerbong yang akan mampu mengangkut 600
penumpang. Pembangunannya membutuhkan jalur melayang atau elevated sehingga
menghindari persinggungan dengan kendaraan bermotor di jalan raya.
“Kereta super cepat ini akan
menelan dana US$14,3 miliar hanya untuk kontruksi, belum termasuk lahan, dan
detail engineering desain, sehingga kalau di total menelan dana US$20 miliar
atau Rp180 triliun,” tutur Wamenhub.
Dari studi awal itu,
lanjutnya, biaya pengerjaan per kilometernya kira-kira mencapai US$29
juta-US$30 juta/km atau Rp261 miliar per km. Di China mencapai Rp223 miliar/km,
di Taipei Rp331 miliar/km. Untuk membangunnya diperlukan waktu sekitar 10 tahun
yang terbagi dalam tiga periode, yakni, tiga tahun untuk masa desain, 5-6 tahun
untuk konstruksi, dan sisanya untuk uji coba. Di negara tetangga juga sudah ada
yang melakukan kajian untuk membangun kereta super cepat ini yakni Malaysia dan
Thailand.
“Yang mengoperasikan kereta
api cepat tersebut nantinya bisa PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau juga
swasta. Harga tiketnya nanti lebih murah dari pesawat dan tidak akan mematikan
kereta api jarak jauh lainnya karena pangsa pasarnya berbeda,” ungkapnya.
Dia menambahkan nantinya
proyek ini direncanakan menggunakan skema private public partnership atau
kerjasama pemerintah swasta. Pemerintah turut andil dalam pembiayaannya.
“Tetapi jika ada pihak swasta yang tertarik untuk membangun lebih dahulu dengan
hitung-hitungan tertentu, kami akan buka. Kalau swasta mau buka kota baru, bisa
jadi dia bangun kereta api. Di luar negeri antara properti dan kereta api
sejalan,” tuturnya.
Bambang menekankan soal
kereta super cepat ini masih merupakan studi awal, masih pra FS, tinggal kita
tingkatkan menjadi FS atau tidak, dan belum menjadi prioritas. “Prioritas kita
tetap fokus pada jalur ganda Utara Jawa dan jalur ganda Selatan, kereta api
perkotaan dan kereta api bandara. Mungkin kalau pembangunan jalur ganda kereta
api lintas Utara Jawa sudah selesai pada 2014, kereta super cepat ini sudah
dapat dijadikan prioritas untuk dibangun,” tutur Wamenhub.
Ditempat terpisah, Direktur
Komersial PT Kerata Api Indonesia (KAI)
Sulistio Wimbo Hardjito mengatakan perusahaannya siap jika pemerintah
menunjuk PT KAI sebagai operator untuk mengelola kereta super cepat Argo
Cahaya.
“PT KAI dalam hal ini hanya
bertindak sebagai pengelola dan kami siap jika ditunjuk, kalaupun dilakukan
tender, perseroan juga pasti akan turut mengajukan sebagai perserta,” kata
Wimbo.
Meskipun belum melakukan
studi kelayakan, lanjutnya, perseroan telah melakukan kajian pra studi
kelayakan mengenai proyek pembangunan kereta super cepat ini. Kajian yang
dilakukan PT KAI berbeda dengan yang dilakukan Kemenhub, karena menurutnya
pemerintah dalam hal ini sebagai lembaga yang membangun sarana infrastruktur.
(sut)
Sumber : Bisnis Indonesia,
29.01.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar