JAKARTA, KOMPAS.com — Krisis di Timur Tengah saat ini perlu dicermati dan diwaspadai meski saat ini sanksi embargo impor minyak kepada Iran masih belum berpengaruh signifikan terhadap pergerakan harga minyak.
”Itu karena embargonya sendiri baru akan diterapkan 1 Juli nanti,” kata pengamat energi Pri Agung Rakhmanto, Selasa (24/1/2012), di Jakarta.
Secara kuantitas, kekurangan suplai minyak bagi dunia sekitar 1 juta hingga 2 juta barrel per hari. Jika embargo itu diterapkan, menurut Pri, secara kalkulasi masih bisa ditutup dengan peningkatan produksi minyak Arab Saudi.
Arab Saudi saat ini memiliki cadangan kapasitas produksi hingga 4 juta barrel per hari. ”Yang akan menentukan adalah respons Iran atas sanksi ini, khususnya terhadap kelancaran transportasi minyak di Selat Hormuz dan bagaimana Amerika Serikat serta sekutunya mengantisipasi hal itu,” tutur Pri.
Setiap hari sekitar 20 persen pasokan minyak dunia atau sekitar 17 juta barrel per hari ditransportasikan melalui Selat Hormuz. ”Harga pasti akan bergejolak naik jika terjadi gangguan pada Selat Hormuz. Sampai pada kisaran berapa dan sampai berapa lama, itu yang belum dapat diprediksi saat ini,” ujar Pri.
Secara matematis, berkurangnya pasokan minyak dunia 17 juta barrel per hari bisa menaikkan harga 30 dollar AS per barrel. Namun, faktor psikologisnya dan aksi spekulan bisa membuat lonjakan harga lebih tinggi dari itu.
Sumber : Kompas, 24.01.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar