JAKARTA : Indonesia National
Shipowners Association (INSA) mulai berkonsentrasi pada angkutan ekspor dan
impor guna membantu negara dalam mengurangi potensi devisa yang hilang dari
freight kapal-kapal berbendera luar negeri.
Ketua Umum INSA Carmelita
Hartoto mengatakan berdasarkan data angka pertumbuhan muatan yang diangkut oelh
kapal berbendera merah putih, peran kapal kapal non-merah putih atau asing
semakin kecil bahkan tinggal 1,2% pada akhir 2011.
Hanya saja, pada angkutan
ekspor dan impor pelayaran Indonesia belum berdaya sehingga hampir seperempat
dari ABPN potensi devisa hilang dari ongkos angkut ekspor dan impor yang
dilakukan oleh kapal asing.
Peran kapal berbendera
Indonesia pada angkutan ekspor dan impor diperkirakan hanya 9% dari total
estimasi 530 juta ton ekspor impor hingga 201, sisanya dikuasai oleh kapal
berbendera non-merah putih.
"Kita masih belum
berdaya di angkutan ekspor dan impor atau istilahnya beyond cabotage. Sejak
awal kami sudah mulai berkonsentrasi pada angkutan ekspor dan impor itu,"
katanya saat berbicara dalam Indonesia International Infrastrukture Conference
and Exhibition 2012, Rabu (29/8/2012).
Dia mengatakan pihaknya juga
sudah menyampaikan kepada Kementerian BUMN dalam hal ini kepada Dahlan Iskan
agar mendorong kegiatan ekspor dan impor perusahaan pelat merah menggunakan
kapal dalam negeri.
"Kami juga sudah
sampaikan ke Pak Menteri agar angkutan misalnya beras, semen, untuk ekspor dan
impor bisa memakai kapal dalam negeri. Anggota INSA itu bukan hanya swasta
tetapi BUMN juga, saya harapkan Pak Dahlan mau membantu," katanya. (ra)
Sumber : Bisnis Indonesia,
29.08.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar