JAKARTA: Perebutan pasar
muatan angkutan kargo laut rute domestik semakin ketat, menyusul maraknya
pengoperasian kapal jenis ro-ro (roll on-roll off) rute antar pulau yang juga
melayani angkutan barang dan penumpang
dari dan ke sejumlah daerah di Indonesia.
Direktur Pelayaran
PT.Tempuran Emas Tbk, Sutikno Kushumo mengatakan, ketatnya perebutan pasar
angkutan tersebut juga menggerus volume angkut kapal peti kemas serta berakibat
freight (tarif angkut) kapal peti kemas antar pulau anjlok.
“Dalam setahun terakhir ini
cukup banyak muatan kargo yang beralih menggunakan kapal ro-ro karena ongkos
angkut-nya dinilai lebih murah,” ujarnya kepada Bisnis, hari ini Selasa (11/9).
Dia mengatakan, sebagian
besar pengoperasian kapal ro-ro masih memperoleh fasilitas menggunakan bahan
bakar minyak (BBM) kapal bersubsidi, dan kondisi ini berbeda dengan
pengoperasian kapal kontainer.
“Ro-ro selain mengangkut
barang juga melayani penumpang, sehingga (sesuai aturan yang) masih
diperkenankan menggunakan BBM bersubsidi,” ujarnya.
Kondisi ini mengakibatkan
tarif angkut barang di kapal jenis ro-ro lebih murah ketimbang menggunakan
kapal kontainer, sehingga operator kapal kontainer-pun kini berusaha
mengefisienkan freight agar tetap bisa merebut market muatan.
Karena itu, dia berharap
pemerintah bisa mengatur lebih tegas rute atau pelabuhan-pelabuhan mana saja di
Indonesia yang bisa di layani menggunakan kapal ro-ro.
“Kalau kami disuruh
berkompetisi dengan kapal jenis ro-ro, jelas sangat timpang sebab dari sisi
beban operasional kapal khususnya BBM juga sudah berbeda,” paparnya.
Sutikno mengungkapkan,
sekarang ini terdapat kecenderungan dari sejumlah perusahaan pelayaran untuk
memodifikasi kapal-nya agar bisa melayani angkutan jenis ro-ro, mengingat
disparitas BBM kapal bersubsidi masih cukup besar jika menggunakan harga BBM
keekonomian (non subsidi).
“Tetapi kami (Temas) tidak
akan melakukan hal tersebut, karena selama ini kami fokus pada layanan angkutan
kontainer,” urainya.
Kendati volume muatan
domestik naik lebih dari 35% sepanjang tahun ini, kata dia, tidak otomatis
meningkatkan pendapatan operator kapal jenis kontainer karena freight terus
berfluktiatif bahkan cenderung turun rata-rata 10% hingga 15% setiap bulannya
hampir di seluruh rute.
Meskipun begitu, dia mengakui
kinerja pelayanan bongkar muat di sejumlah pelabuhan Indonesia untuk kapal
konteiner domestik saat ini sudah lebih membaik ketimbang tahun-tahun
sebelumnya.
“Kami berharap operator
pelabuhan di seluruh Indonesia memperbanyak investasi penambahan peralatan
bongkar muat dan perluasan lapangan untuk penumpukan,” ujar dia.(K1/Bsi)
Sumber : Bisnis Indonesia,
11.09.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar