JAKARTA
- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama mengatakan dalam proses
pembangunan monorel yang baru saja kembali digagas pada Jumat (19/10) lalu
direncanakan dana diperoleh melalui sharing saham antara BUMN, BUMD, dan
sisanya diperoleh melalui pinjaman kredit bank.
"Yang 30% dari konsorsium, sisanya dari kredit bank. Kita belum tentukan bank mana, yang pasti melibatkan bank-bank dari BUMN juga," kata laki-laki yang akrab dipanggil Ahok tersebut, di Jakarta, Sabtu (20/10/2012).
Diperkirakan besaran investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan monorel versi baru ini setidaknya Rp12 triliun. Berdasarkan besaran tersebut, tutur Ahok, dibutuhkan dana pinjaman dari bank sekitar Rp8 triliun.
Keterlibatan Pemerintah Provinsi DKI, paparnya, dengan cara menggerakkan BUMD dalam bidang properti seperti PT Pembangunan Jaya dan PT Propertindo. Pembagian share 30% antara BUMN dan BUMD, urai Ahok, belum ditentukan secara mendetil.
“Kalau memang nanti akan menguntungkan, kita ingin terlibat lebih besar. Yang pasti dalam pembiayaannya kalau bisa tidak akan menggunakan APBD DKI,” tuturnya.
Dalam kajian selama 3 bulan mendatang, Ahok berniat menggabungkan monorel dan MRT (mass rapid transit) untuk berada dalam satu PT. Hal ini dilakukan, sambungnya, untuk mempermudah penanganan pembangunan transportasi massal yang sama-sama berbasis rel.
Ia menjabarkan akan segera menjadwalkan adanya pertemuan dengan pihak MRT, meskipun belum menyebutkan tanggal pastinya. Dalam pertemuan tersebut, sambungnya, direncanakan juga akan melibatkan pihak dari Masyarakat Trasportasi. Indonesia. Menurutnya, akan diketahui secara jelas penjabaran terkait perkembangan MRT.
“Biarkan pihak MRT dan MTI bertemu. Nanti saya dan Pak Jokowi ikut mendengarkan saja. Mereka bisa saling adu argumen,” ujar Ahok. (msb)
"Yang 30% dari konsorsium, sisanya dari kredit bank. Kita belum tentukan bank mana, yang pasti melibatkan bank-bank dari BUMN juga," kata laki-laki yang akrab dipanggil Ahok tersebut, di Jakarta, Sabtu (20/10/2012).
Diperkirakan besaran investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan monorel versi baru ini setidaknya Rp12 triliun. Berdasarkan besaran tersebut, tutur Ahok, dibutuhkan dana pinjaman dari bank sekitar Rp8 triliun.
Keterlibatan Pemerintah Provinsi DKI, paparnya, dengan cara menggerakkan BUMD dalam bidang properti seperti PT Pembangunan Jaya dan PT Propertindo. Pembagian share 30% antara BUMN dan BUMD, urai Ahok, belum ditentukan secara mendetil.
“Kalau memang nanti akan menguntungkan, kita ingin terlibat lebih besar. Yang pasti dalam pembiayaannya kalau bisa tidak akan menggunakan APBD DKI,” tuturnya.
Dalam kajian selama 3 bulan mendatang, Ahok berniat menggabungkan monorel dan MRT (mass rapid transit) untuk berada dalam satu PT. Hal ini dilakukan, sambungnya, untuk mempermudah penanganan pembangunan transportasi massal yang sama-sama berbasis rel.
Ia menjabarkan akan segera menjadwalkan adanya pertemuan dengan pihak MRT, meskipun belum menyebutkan tanggal pastinya. Dalam pertemuan tersebut, sambungnya, direncanakan juga akan melibatkan pihak dari Masyarakat Trasportasi. Indonesia. Menurutnya, akan diketahui secara jelas penjabaran terkait perkembangan MRT.
“Biarkan pihak MRT dan MTI bertemu. Nanti saya dan Pak Jokowi ikut mendengarkan saja. Mereka bisa saling adu argumen,” ujar Ahok. (msb)
Sumber
: Bisnis Indonesia, 20.10.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar