LONDON: Inggris semakin kecewa dengan Uni Eropa yang
dinilai sebagai sebuah 'mesin' yang mereduksi berbagai pengambilan keputusan
negara anggota.
Menteri luar negeri Inggris William Hague mengatakan
masyarakat merasa Eropa merupakan salah cara di mana sebuah mesin besar
mengisap pengambilan keputusan dari parlemen nasional.
"Itu perlu berubah. Jika kita tidak dapat
menunjukkan bahwa pengambilan keputusan dapat mengalir kembali ke parlemen
nasional maka sistem yang demokratis, tidak akan berlanjut," ujarnya
seperti dikutip Reuters, Selasa (23/10/2012).
Kritikan pedas terhadap Uni Eropa belakangan makin
gencara kalangan pejabat Inggris dalam beberapa bulan terakhir.
Hubungan tak harmonis antara Inggris dan para pengambil
keputusan Uni Eropa juga tercermin dari sikap Jerman semakin jengkel atas sikap
tertutup Perdana Menteri Inggris David Cameron dan sebagian besar anggota
parlemen Konservatif-nya.
"Pemerintah koalisi tetap berkomitmen agar Inggris
memainkan peran utama di Uni Eropa tetapi saya juga harus jujur katakan
kekecewaan publik terhadap Uni Eropa di Inggris yang terburuk saat ini,"
kata Hague.
Dalam perkembangan lain sebuah proposal Uni Eropa yang
menyebutkan 40% komposisi pengawas sebuah perusahaan harus dari kaum perempuan akan diubah untuk
meringankan sanksi potensialnya.
Komisaris Kehakiman Uni Eropa Viviane Reding akan membuat
perubahan kecil untuk memungkinkan fleksibilitas pemerintah memberi hukuman
terhadap perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi target pada 2020.
Sumber Bloomberg menyebutkan dalam draf aturan,
perusahaan juga harus menjelaskan prosedur seleksi jika diprotes oleh calon
yang gagal karena merasa didiskriminasi. (ra)
Sumber : Bisnis Indonesia, 23.10.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar