JAKARTA--Kementerian Keuangan berencana mereview pinjaman
Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar 120 miliar Yen sebelum
kembali merumuskan cost sharing antara pemerintah pusat dan Pemprov DKI
Jakarta.
Bambang P.S. Brodjonegoro, Plt. Kepala Badan Kebijakan
Fiskal Kemenkeu, mengatakan review struktur pinjaman MRT lebih penting
dibandingkan pembahasan seputar pembagian beban biaya pembangunan MRT.
"Yang lebih penting, struktur pinjamannya dulu yang
direview bukan bagi-baginya," katanya di Kemenkeu, Selasa (04/12).
Seperti diberitakan Bisnis, Gubernur DKI Jakarta Joko
Widodo meminta pemerintah menggunakan skema cost sharing pembangunan MRT
sebesar 70% ditanggung oleh pusat dan 30% ditanggung daerah.
Adapun berdasarkan nota keuangan dan APBN 2013, telah
ditentukan bahwa 42% beban biaya pinjaman tersebut ditanggung oleh pemerintah
pusat dan diwujudkan dalam bentuk hibah kepada pemerintah DKI Jakarta.
Sedangkan 58% lainnya harus ditanggung Pemda DKI Jakarta. Alokasinya pada 2012
dan 2013 mencapai masing-masing Rp1,57 triliun dan Rp3,05 triliun.
Bambang menjelaskan review loan JICA a.l. mencakup
perhitungan ulang mengenai besaran anggaran untuk proyek MRT dan termin
komitmen pinjaman yang disepakati.
"Ya strukturnya. Apakah besarnya anggaran untuk
proyek MRT itu sudah tepat, apakah tidak berlebihan, apakah terminnya terlalu
memberatkan. Lebih baik di situ dulu, sebelum kita bicara berapa yang ke pusat,
berapa yang ke DKI Jakarta," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Pinjaman dan Hibah Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kemenkeu Ayu Sukorini menuturkan bola
direview atau tidaknya pinjaman JICA untuk MRT ada di tangan Gubernur DKI
Jakarta.
"Karena kan pemerintah menarik pinjaman JICA atas
permintaan Pemda DKI Jakarta. Jadi bolanya ada di beliau (Jokowi),"
katanya.
Porsi pembagian cost sharing sebesar 42% pusat dan 58%
DKI Jakarta, kata Ayu, merupakan keputusan Komite Percepatan Pembangunan
Infrastruktur (KPPI).
Dia menjabarkan komitmen loan JICA untuk MRT yang sudah
disepakati mencakup jasa teknis persiapan proyek (engineering service) senilai
1,86 miliar yen dan konstruksi MRT fase I senilai 4,81 miliar yen.
"Tenornya kalau JICA biasanya panjang. Repayment itu
40 tahun," tuturnya. (Bsi)
Sumber : Bisnis Indonesia, 04.12.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar