JAKARTA, KOMPAS.com — Grup Bosowa, kelompok usaha yang
dipimpin Chief Executive Officer Erwin Aksa (36), akan menjadi raksasa baru
semen nasional. Bosowa siap memproduksi semen 12 juta ton per tahun pada tahun
2014.
Semen sebanyak itu diproduksi oleh tujuh pabrik di Pulau
Jawa, Batam, Papua Barat, dan Sulawesi Selatan.
Erwin menuturkan di Jakarta, Kamis kemarin, produksi
pabrik semen Bosowa kini mencapai 3,5 juta ton per tahun, yakni 2,5 juta ton di
Kabupaten Maros (Sulawesi Selatan) dan satu juta ton di Batam.
Tahun 2013, Bosowa meningkatkan produksinya menjadi 5,7
juta ton per tahun.
Pabrik semen di Maros ditingkatkan menjadi 4,5 juta ton
dan pabrik semen di Batam ditingkatkan produksinya menjadi 1,2 juta ton per
tahun.
Pembangunan untuk meningkatkan produksi tengah dilakukan.
"Bosowa ingin menjadi faktor dalam industri semen," tutur Erwin,
generasi kedua Grup Bosowa.
Tahun 2014, seluruh proses pembangunan pabrik semen baru
Bosowa selesai. Di antaranya, pabrik semen di Banyuwangi dengan produksi 2 juta
ton. Pabrik semen di Kabupaten Barru, Sulsel, 3 juta ton, Cilegon 2 juta ton,
Amurang 700 ribu ton, dan Sorong juga 700 ribu ton.
Alasan Bosowa masuk ke industri ini, tutur Erwin, sangat
sederhana. Pembangunan di Indonesia tengah berjalan sangat cepat, kebutuhan
semen demikian tinggi, sehingga produsen semen dalam negeri tidak mampu
memenuhi permintaan pasar dalam negeri.
Itu sebabnya, grup usaha yang didirikan Aksa Mahmud ini
membangun banyak pabrik semen di sejumlah provinsi. Jika seluruh ekspansi
selesai, Bosowa akan menjadi kekuatan dominan dalam industri semen.
Sebagai perbandingan, produksi semen Padang lebih kurang
5,5 juta ton, Tonasa 6,5 juta ton, dan Gresik 11 juta ton. Setelah seluruh
pabrik tersebut berproduksi, Erwin menyatakan Bosowa masih akan tetap ekspansi
pabrik semen, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bahkan ekspor.
Percepat bayar utang
Selain membangun sejumlah pabrik, Erwin juga baru-baru
ini memutuskan mempercepat pelunasan pinjaman sebesar Rp 1,3 triliun di tiga
bank nasional. "Sedianya pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada tahun
2015, tetapi kami putuskan melunasinya tiga tahun lebih awal karena perusahaan
meraih kinerja cemerlang," ujar Erwin.
Rinciannya, Rp 1,2 triliun merupakan sindikasi PT Bank
Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk.
Sisanya, Rp 0,1 triliun, merupakan pinjaman bilateral
dari Bank Mandiri. Pinjaman tersebut digunakan untuk membangun pabrik semen
Bosowa, Maros, berkapasitas 2,5 juta ton.
Sumber : Kompas, 07.12.12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar