Bisnis.com,
JAKARTA - Di luar dugaan, perolehan laba Deutsche Bank sepanjang kuartal I/2015
tergerus cukup dalam setelah perseroan tersandung denda jutaan euro karena
manipulasi tingkat suku bunga pinjaman.
Sekalipun
pendapatan total bank raksasa asal Eropa itu melonjak 24% secara year on year
menjadi 10,4 miliar euro, laba bersih perusahaan justru turun menjadi 559 juta
euro atau setara dengan US8 juta.
Pendapatan
bank terkuras untuk membayar denda senilai US$2,5 miliar yang timbul akibat
dugaan manipulasi tingkat suku bunga acuan. Deustsche Bank bersama dengan
sederet bank besar lainnya didenda oleh regulator AS dan Inggris.
Sebelumnya,
konsensus analis mengestimasikan laba bersih menurun 40% menjadi sekira 655
juta euro dalam tiga bulan pertama tahun ini. Sementara itu sejak 2012 Deustshe
Bank tercatat sudah menggelontorkan lebih dari sembilan miliar euro untuk
membayar denda serta penyelesaiannya.
Bahkan,
analis memprediksi tahun ini perseroan masih harus membayar denda sekitar 4
miliar euro untuk perkara serupa. Adapun, hampir setengah dari pendapatan bank
ditopang oleh unit investasinya seiring dengan melonjaknya volume serta nilai
transaksi investor yang berada di bawah naungan Deutsche Bank.
Saat ini,
unit usaha investasi milik Deutsche Bank adalah salah satu yang terbesar di
Eropa kendati perseroan sendiri sudah mulai memperkecil unit usaha tersebut.
Deutsche Bank
juga mengumumkan strategi bisnis barunya, termasuk penjualan jaringan ritel
Postbank miliknya. Pendapatan Postbank tercatat naik tipis 1% dan menjadi unit
bisnis dengan performa terburuk.
Sementara itu
bank investasi layaknya Deutsche mereguk keuntungan dari pelonggaran moneter
besar-besaran (quantitative easing) yang dilakukan oleh European Central Bank
(ECB). Morgan Stanley misalnya, pesaing berat Deutsche Bank itu mencatat
keuntungan terbesar secara kuartalan sejak krisis finansial di akhir 2008 lalu.
Laba bersih
Morgan Stanley melambung hingga 60%, di bawahnya ada Goldman Sachs yang
membukukan kenaikan laba sebesar 41%. Di
sisi lain bank besar lain seperti UBS dan Barclays, justru memangkas pendapatan
dari pos investasi.
Sumber :
Bisnis Indonesia, 27.04.15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar