Bisnis.com, BANDUNG - HSBC Holdings Plc akan
mengurangi karyawan sebanyak 10.000 sebagai bagian dari efisiensi
perusahaan di tengah memburuknya ekonomi Eropa.
Rencana tersebut akan menghasilkan pengurangan
substansial dari total tenaga kerja HSBC yang kini mencapai sekitar 238.000.
Perusahaan sebelumnya diketahui telah mengurangi 4.700
karyawan pada Agustus lalu ketika mantan CEO bank tersebut John
Flint mengundurkan diri setelah 18 bulan memimpin HSBC.
Sejumlah bank Eropa, termasuk Deutsche Bank AG, Societe
Generale SA dan Barclays Plc, mulai mengurangi jumlah
karyawannya seiring dengan suku bunga yang turun dan perlambatan ekonomi yang
semakin memberatkan prospek bisnis perbankan di regional tersebut.
HSBC
sendiri lebih mengandalkan operasinya di Asia,
bank ini menarik sekitar 80 persen pendapatan sebelum pajaknya dari
regional tersebut pada semester pertama tahun ini.
Di era Flint, HSBC memang telah mengalami kesulitan
seiring dengan jatuhnya harga saham dan kegagalan mencapai target.
Pada April lalu, perusahaan mulai meninjau biaya
operasinya dan telah melihat kemungkinan untuk merumahkan karyawannya, termasuk
ratusan karyawan di divisi investasi.
Chief
Financial Officer Ewen Stevenson mengungkapkan pendapatan
perbankan tidak sesuai target. Bahkan, perbankan mungkin tidak akan memenuhi
target pendapatan di AS pada tahun depan.
Didirikan dengan nama Hongkong and Shanghai Banking
Corp. pada 1865, HSBC telah mengeser tenaga kerjanya ke Asia, terutama di
China. Hal ini merupakan strategi yang telah ditetapkan oleh mantan
CEO perusahaan Stuart Gulliver hingga diperkuat oleh Flint.
Bahkan, bank tersebut tetap berkomitmen untuk memperluas
ekspansinya di China di tengah perang dagang antara Negeri Panda tersebut
dengan AS dan unjuk rasa di Hong Kong yang terus bergulir.
Sebulan yang lalu, HSBC berencana untuk mempekerjakan 600
karyawan untuk divisi kekayaan di Asia pada 2022 di mana separuhnya akan
dipekerjakan mulai tahun ini.
Sumber : Bisnis, 07.10.19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar