KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Industri jasa pengiriman ekspres
dinilai makin sulit mendapat ruang untuk mempertebal margin. Peningkatan
permintaan dinilai belum tentu meningkatkan bottom line karena margin tergerus
beban yang juga meningkat.
Co-Founder
Paxel Indonesia Johari Zein mengatakan tantangan di
industri jasa pengiriman ekspres adalah meningkatnya permintaan juga
meningkatkan beban. “Karena keterbatasan kapasitas kurir dalam mengantar per
harinya. Kiriman bertambah, cost juga bertambah,” katanya saat berkunjung ke
Kontan.co.id pada Kamis (24/10) lalu.
Dalam penjelasan itu, Johari menyebut betapa pentingnya
pemanfaatan teknologi dan sistem baru sambil mengenalkan startup yang
didirikannya di bidang logistik, Paxel. Permintaan meningkat seiring maraknya
bisnis e-commerce yang kerap memanfaatkan layanan jasa pengiriman ekspres.
Wakil
Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) Budi
Paryanto tidak sepakat dengan hal itu. Menurutnya,
pertumbuhan permintaan tidak harus diiringi dengan penambahan SDM yang masif.
“Jika permintaan pengiriman 100 barang kan bukan berarti kurir harus 100 juga,”
terangnya saat dihubungi Kontan.co.id pada Minggi (27/10).
Asperindo juga sudah bekerja sama dengan berbagai
instansi pendidikan yang memiliki fokus pendidikan di bidang logistik. Beberapa
di antaranya merupakan politeknik hingga universitas negeri. Sementara untuk
tenaga kurir, lulusan SMA juga disebutnya bisa cepat beradaptasi dengan sistem
untuk bisa bekerja dengan baik.
Adapun biaya terbesar industri pengiriman ekspres umumnya
bukan berasal dari SDM melainkan biaya transportasi. Biaya transportasi itu
berupa jasa pengiriman via pesawat, kereta api, maupun kapal laut. Biaya itulah
yang paling menekan bisnis pengiriman ekspres.
Namun, kata Budi, pihaknya tidak khawatir karena beberapa
perusahaan transportasi seperti PT Garuda Indonesia Tbk mulai
menghadirkan pesawat khusus kargo. Pesawat ini, bisa menekan biaya transportasi
industri pengiriman ekspres. “Selama ini kan kalau lewat pesawat penumpang
barang harus dikonsolidasi sampai minimal 10 kilogram. Dengan freighter tidak
perlu,” katanya.
Budi menyarankan agar pemerintah sebaiknya juga mulai
memberlakukan aturan yang mendorong industri penerbangan bermain di sektor
kargo. Karena dia yakin, bisnis kargo bisa cukup manis untuk menambah pendapatan
maskapai di Indonesia.
Sumber : Kontan, 27.10.19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar