Bisnis.com, JAKARTA - Penetapan sejumlah wakil menteri
pada sejumlah pos strategis di Kabinet Indonesia Maju dinilai sudah tepat. Hal
itu diperlukan untuk menghadapi potensi perlambatan ekonomi global.
Sekretaris
Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas)
Fajar Budiyono mengakui bahwa kinerja ekonomi global
berpotensi menganggu kinerja manufaktur nasional yang sejauh ini sudah
terbilang stagnan.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo menegaskan visinya
untuk menggenjot kinerja ekspor guna memperbaiki neraca perdagangan.
Oleh karena itu, kehadiran sejumlah wakil menteri
(wamen), khususnya di Kementerian Perdagangan, Kementerian BUMN, dan
Kementerian Luar Negeri, bisa mengakselerasi kinerja industri dengan eksekusi
kebijakan yang sesuai momentum.
"Memang harus benar-benar dan hati-hati. Kita sudah
stagnan beberapa bulan terakhir, jangan sampai turun, sebaliknya minimal
stagnan terus atau bisa naik," ujar Fajar kepada Bisnis, Jumat
(25/10/2019).
Fajar
menilai kehadiran wamen di Kemendag memang dibutuhkan untuk mengakselerasi
kebijakan agar sesuai dengan momentum.
Selama ini, jelasnya, kementerian tersebut dinilai
memiliki wilayah kewenangan yang luas dengan problem dan tanggung jawab besar.
Dengan begitu, jelas Fajar, seringkali kebijakan yang
dihasilkan tidak sesuai ekspektasi dan tidak sesuai momentum, misalnya terkait
impor.
"Hasil akhir [kebijakan] kadang tidak sesuai waktu
dan tidak tepat akibat mungkin karena banyaknya kerja dan kontrol kurang.
Dengan adanya wamen, kami berharap kebijakannya lebih sesuai dan jangan sampai
momentumnya terlambat."
Harapan yang sama, kata Fajar, diberikan kepada Kemenlu
dan Kementerian BUMN. Dia menilai birokrasi Indonesia belum bisa mengeluarkan
kebijakan yang tepat pada waktu yang sesuai.
Kemenlu, jelasnya, memiliki peran penting dalam mendukung
kinerja ekspor nasional.
"Kelincahan birokrasi menjadi poin utama. Perang
dagang ini liar sekali, sehingga perlu perubahan," ujarnya.
Sumber : Bisnis, 26.10.19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar