JAKARTA.
Besar pasokan ketimbang permintaan masih menjadi kendala industri semen pada
tahun ini. Selain ekspansi produksi gede-gedean, lonjakan pasokan semen adalah
efek domino dari perlambatan ekonomi sejak tahun lalu.
Volume
produksi semen nasional sepanjang tahun 2015 mencapai 78 juta ton sedangkan permintaan
semen 61 juta ton semen. Nah pada tahun ini, pelaku industri semen
memprediksi selisih pasokan dan permintaan semen bakal makin lebar.
Oleh
karena itu, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pun memilih selektif
mengoperasikan pabrik.
"Yang
beroperasi, tentu yang paling efisien, yang paling tidak efisien, maka akan
diistirahatkan," ujar Pigo Pramusakti Kusdiharjo, Sekretaris
Perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk kepada KONTAN, Minggu
(29/5).
Asal
tahu saja, Indocement memiliki 13 pabrik. Perusahaan berkode INTP di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut memiliki pabrik yang tersebar di Citeureup
Jawa Barat, Palimanan Jawa Barat dan Tarjun Kalimantan Selatan.
Selain
mengerem produksi, Indocement juga mengerem hasrat mengantongi penjualan
tinggi. Dalam kondisi banjir pasokan dan tren harga semen tak bisa mendaki,
tantangan perusahaan itu adalah merebut perhatian konsumen. Dus, mereka
menerapkan strategi menurunkan harga jual.
Namun,
Indocement tak asal banting harga jual semen. Mereka rela pasang harga jual
sekitar 10% lebih rendah ketimbang harga jual semen kompetitor, di daerah yang
pangsa pasarnya dikuasai oleh kompetitor tersebut. Banderol harga jual lebih
rendah tak ayal membikin potensi cuilan margin Indocement turut mengecil.
Sebagai
gambaran, Pigo mengklaim Indocement lewat merk Tiga Roda, menguasai
pangsa pasar semen Jakarta. Sementara kompetitor mereka PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
lewat merk Semen Gresik, menguasai pasar semen di Jawa Timur.
"Di
Jatim supaya orang beli Tiga Roda, kami harus pasang harga lebih rendah, karena
orang Jatim mau bayar Semen Gresik dengan harga lebih mahal," ungkap Pigo.
Semen
Indonesia juga tak menutup peluang penurunan harga jual semen. Sebelumnya,
Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk mengatakan, Semen
Indonesia berpotensi mengkaji penurunan harga jual jika pasar menghendaki
demikian.
Fokus di Sumbagsel
Produsen
semen lain, yakni PT Semen Baturaja (Persero) Tbk tak menampik adanya kompetisi
untuk menguasai pasar semen di setiap daerah.
Namun
alih-alih beradu pasar dengan menurunkan harga jual, produsen semen pelat merah
itu memilih bermain aman di pasar Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung
dan Bangka Belitung alias Sumbagsel. Patut ducatat, ini adalah pangsa pasar
utama mereka.
Semen
Baturaja punya alasan kuat masih berkutat di Sumbagsel.
"Kapasitas
kami 2 juta ton per tahun sedangkan demand untuk wilayah Sumbagsel masih
berkisar 4 juta ton - 5 juta ton per tahun," beber Zulfikri Subli,
Sekretaris Perusahaan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
Sembari
memperkuat cengkraman pasar di Sumbagsel, Semen Baturaja mengawal pembangunan
pabrik Baturaja II. Pabrik dengan rancangan kapasitas produksi 1,85 juta ton
per tahun tersebut mereka targetkan beroperasi pada semester I-2017.
Indocement
bakal lebih dahulu mendapatkan tambahan kapasitas produksi. Pada Juli atau
Agustus 2016 nanti, mereka menjadwalkan pabrik P14 beroperasi.
Pabrik
anyar itu akan menambah kapasitas produksi semen sebanyak 4,4 juta ton per
tahun.
Dengan
begitu total kapasitas produksi mereka akan menjadi 25 juta ton per tahun.
Indocement
menganggarkan dana belanja modal Rp 2 triliun-Rp 3 triliun tahun ini. Alokasi
dana belanja modal itu lebih rendah ketimbang tahun lalu.
Sumber
: Kontan, 30.05.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar