JAKARTA.
Pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) akan mencapai puncaknya pada
periode Mei hingga Juli tahun ini. Pada periode ini, industri mamin mendapat
sentimen positif dari momen besar umat Islam, puasa dan lebaran.
Bahkan,
Adhi
S. Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) memprediksi,
pertumbuhan bisnis mamin pada Mei sampai Juli rerata naik 30% dari bulan
biasanya.
"Tahun
ini lebih optimis. Sudah terlihat sejak puasa permintaan meningkat
drastis," kata Adhi, Selasa (14/6).
Adhi
juga bilang, para pengusaha mamin pun langsung berlomba-lomba untuk
meningkatkan stok dan penjualan. Dia pun yakin, sampai akhir tahun ini,
pertumbuhan industri mamin bisa berada pada kisaran 8%.
PT Siantar
Top Tbk
misalnya. Sudah mempersiapkan stok penjualan sejak dua-tiga bulan lalu. Menurut
Armin, Direktur Operasional Siantar Top, stok penjualan yang disiapkan lebih
untuk menjelang lebaran nanti. "Karena trennya, kadang mau puasa turun
terus nanti lebaran naik," katanya.
Armin
menilai, penjualan Siantar Top selama puasa dan lebaran ini bakal tumbuh 20%
dari bulan biasanya. Dia pun berharap, tren penjualan selama puasa dan lebaran
bisa berlanjut ke semester dua, sehingga perseroan bisa mencapai target
penjualan 20%-30%.
Selain
permintaan yang tinggi, Adhi melihat ada potensi pertumbuhan melalui usulan
penurunan harga gas bagi industri mamin.
"Kami
sudah usulkan itu, terutama bagi industri yang masih pakai oven maupun
boiler," ujarnya.
Adhi
menyampaikan, Gapmmi berharap harga gas untuk industri mamin juga bisa berkisar
US$ 6 per MMBTU dari posisi saat ini sekitar US$ 9-12 per MMBTU (tergantung
areanya). Jika akhirnya disetujui, Adhi yakin, pertumbuhan industri mamin bisa
lebih tinggi sekaligus menekan biaya produksi.
Sementara
itu, Adhi juga bilang, sekitar 10 pabrik mamin yang besar sedang mengalami
kekurangan gula. "Ini bukan karena kuota. Tapi masalah kapasitas,"
ungkap Adhi.
Tahun
ini, Adhi memperkirakan, kebutuhan gula industri mamin Indonesia mencapai 3,2
juta ton. Sementara sudah ada alokasi gula 2,6 juta sampai Oktober mendatang.
Di
sisi lain, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk sekaligus Komite
Tetap Ketahanan Pangan Kadin Franciscus Welirang mengungkapkan, pasokan
tepung terigu selama puasa dan lebaran tahun ini mencapai 450 ribu-500 ribu
ton. Franciscus bilang, angka itu tidak melonjak pesat hanya berkisar 10%-15%.
"Kalau
lima tahun lalu bisa sampai 20%-30% peningkatannya. Tahun ini, sudah banyak
produksi modern menyiapkan tepung terigu sejak April-Mei. Nanti untuk yang UKM
baru akan naik dua minggu jelang lebaran," terang Franciscus.
Artinya,
stok tepung terigu sampai lebaran terbilang aman. Franciscus juga menegaskan,
harga tepung terigu pada periode ini akan dijaga stabil.
Sumber
: Kontan, 14.06.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar