Bisnis.com,
TANGERANG — Pola pergerakan inflasi Provinsi Banten sejalan dengan
nasional karena ketergantungan kawasan ini dengan daerah lain cukup tinggi,
terutama dalam hal pasokan bahan pangan.
Sebagaimana
diketahui, inflasi Banten lebih banyak dipengaruhi oleh komponen volatile
foods dan administered price. Adapun, komponen volatile foods yang
dimaksud adalah beras, cabai merah, bawang merah, daging sapi, dan daging ayam
ras.
Sebaliknya,
komponen administered price yang berkontribusi memacu inflasi adalah
tarif listrik dan cukai rokok.
“Terutama
Tangerang yang inflasinya terlihat fluktuatif terhadap volatile foods. Apalagi,
kota ini memiliki bobot terbesar dalam penghitungan inflasi Banten, selain
Cilegon dan Serang,” kata Mahdani, Kepala Biro Ekonomi dan
Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Banten, Selasa (7/6).
Ketergantungan
tersebut juga diperparah dengan kondisi infrastruktur yang terbatas sehingga
berpeluang memacu biaya logistik bahan pokok yang dikirim ke Banten.
Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional yang dirilis Bank Indonesia Banten,
biaya distribusi bahan pangan dari dan ke Pasar Induk Tanah Tinggi memiliki
peranan hingga 14%-16% terhadap pembentukam harga produk.
Banten
Selatan
sebagai pusat produksi bahan pangan juga masih terhambat oleh mahalnya biaya
logitik karena terbatasnya kondisi infrastruktur di kawasan ini.
Mengutip laporan BI tersebut, truk masih menjadi moda angkutan bahan pangan
utama.
Untuk
meningkatkan efisiensi pengiriman bahan pangan, BI sendiri mengusulkan untuk
menggunakan moda transportasi kereta api.Kendati demikian, hingga saat ini
kereta api belum dapat melayani pengiriman logistik pangan (sayuran) karena
membutuhkan gerbong khusus sebagai media penyimpanan saat tiba di stasiun.
“Persoalan
infrastruktur dan transportasi menjadi krusial untuk menjaga harga bahan pangan
sehingga kenailkannya masih dalam taraf stabil dan tak memicu inflasi
berlebihan,” jelasnya.
Dalam
jangka pendek, Pemprov Banten dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
Banten telah menggelar Warung TPID untuk pertama kalinya. Kegiatan ini
diharapkan menjadi salah satu instrumen dalam menjaga fluktuasi inflasi Banten.
Tak hanya itu, Pemprov Banten akan menyosialisasikan Gerakan Terpadu Menanam di
Pekarangan (Gardu Pangan).
Sementara
itu, Bank Indonesia Banten merekomendasikan sejumlah hal untuk meningkatkan
kinerja TPID yakni memanfaatkan lahan tidur milik pemerintah, warung tani,
gerakan tanaman pangan di pekarangan rumah, dan mengembangkan early
warning system dari sistem informasi Provinsi Banten.
Sumber
: Bisnis Indonesia, 07.06.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar