Kabar24.com,
SHANGHAI - Sejumlah perusahaan asal China menanamkan dana hampir US$15
miliar di sejumlah negara, yang berperan serta dalam program Jalur
Sutra baru atas prakarsa Beijing pada tahun lalu.
"Nilai
itu naik seperlima dari 2014," kata Presiden China Xi Jin-ping di
Uzbekistan, seperti dikutip Kamis (23/6/2016).
Berdasarkan
atas program yang diumumkan oleh Xi pada 2013 itu, yang juga dikenal dengan
program "Satu sabuk, satu jalan", China bermaksud menanamka
dananya untuk kegiatan prasarana, termasuk rel kereta dan jaringan listrik di
wilayah tengah, barat, dan selatan Asia. Demikian pula di Afrika dan Eropa.
China
menyediakan US$40 miliar untuk pendanaan Jalur Sutra dan prakarsa tersebut
menjadi pendorong di balik pendanaan Bank Investasi dan Infrastruktur Asia
(AIIB) senilai US$50 miliar.
Dalam
komentarnya yang dimuat media pemerintah Rabu (22/6) lalu, Xi mengatakan
perdagangan China dengan negara-negara yang berpartisipasi dalam Jalur Sutra baru
mencapai US$1 triliun pada 2015 atau setara seperempat dari total perdagangan
luar negerinya.
"Perencanaan
utama Inisiatif Sabuk dan Jalur serta penyebarannya telah komplet dan sekarang
melangkah menuju tahap yang mengakar dan budi daya yang intensif untuk
pembangunan berkelanjutan," kata Xi kepada anggota parlemen Uzbekistan.
Beberapa
kawasan, seperti, Balkan dan Asia Tengah adalah proyek utama, kata pemerintah
Uzbekistan. Kunjungan Xi ke Uzbekistan dilanjutkan perjalanan ke Serbia dan
Polandia.
Prakarsa
tersebut menggambarkan kebangkitan Jalur Sutra kuno, yang membentang dari China
ke Eropa untuk membuka pasar perdagangan baru bagi perusahaan asal China
setelah pertumbuhan pasar domestik melambat.
Sebanyak
49 negara di sepanjang jalur ekonomi menanamkan US$8,2 miliar di China pada
2015, meningkat 25%, kata Xi, dengan menambahkan bahwa lebih dari 70 negara dan
organisasi-organisasi internasional turut serta dalam inisiatif tersebut. Xi
akan menghadiri pertemuan di Tashkent, Uzbekistan, terkait blok keamanan
China-Rusia.
China
sejak lama memperhatikan jaringan kelompok garis keras di Asia Tengah dan
mereka yang dituduh oleh Beijing sebagai pendukung separatisme dalam kekerasan
yang rawan terjadi di wilayah barat jauh Xinjiang.
Media
yang dikelola pemerintah menyebutkan bahwa China dan Uzbekistan menyepakati
kerja sama yang mendalam untuk memberantas terorisme dan menjamin keamanan
saluran pipa ke China dari Asia Tengah yang sangat vital bagi keamanan energi
China.
"China
dan Uzbekistan sama-sama perhatian terhadap terorisme, bahkan para ekstremis di
dua negara tersebut kadang-kadang melakukan konspirasi bersama," demikian
laporan "China Daily" terbitan Kamis dengan menyebutkan bahwa
kelompok ektremis memasuki Xinjiang dari Uzbekistan.
Sumber
: Bisnis Indonesia, 23.06.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar