Bisnis.com,
JAKARTA- PT Toyota Astra Motor memutuskan untuk mengambil peran diler
utama dalam mendistribusikan produk, memasarkan, hingga mengatur aliran barang
purnajual sebagai langkah mengantisipasi kompetisi pasar yang kian ketat.
Presiden Direktur PT
Toyota Astra Motor ( TAM) Hiroyuki Fukui mengungkapkan beberapa tahun ke depan, kompetisi pasar
otomotif di Indonesia kian sengit. Terlebih lagi, seiring waktu muncul
permintaan yang kian berkembang dari konsumen.
Atas
pertimbangan tersebut, TAM melancarkan strategi menjaga pasar melalui mekanisme
distribusi yang terpusat. Artinya, TAM memotong fungsi yang selama ini dijalankan
diler utama antara lain Auto2000, PT Hadji Kalla, PT Hasjrat Abadi, PT Dunia
Barusa, dan PT Perintis Perkasa.
“Kami sudah
mencoba seperti distribusi ke Sumatra yang dilakukan bersama antara TAM dan
diler, itu bisa memangkas lead time
hingga 50%,” ujar Fukui, Rabu (3/6/2015).
Menurutnya,
dengan ditariknya peran logistik tersebut, TAM dapa menghemat biaya operasional
dan membuat diler fokus ke pelayanan pelanggan. Keputusan itupun tidak seketika
diambil TAM, Fukui mengungkapkan kebijakan tersebut telah dirumuskan sejak awal
tahun ini.
Penerapan
strategi ini direncanakan mulai pada awal Agustus 2015, dilangsungkan secara
bertahap hingga dijadwal selesai pada Maret 2016. Fukui menjamin langkah
tersebut bukan merupakan upaya Toyota Motor Co mendirikan diler sendiri,
melainkan menyederhanakan peran diler utama.
Tak hanya
itu, dari sisi logistik, melalui strategi tersebut TAM berharap dapat
mengontrol tiap permintaan dan pasokan (stok) yang berada di berbagai daerah.
“Jadi kalau diler satu membutuhkan pasokan tetapi yang lain malah kelebihan,
kami bisa upayakan mengaturnya,” tambah Fukui.
Sementara
itu, Wakil Presiden Direktur PT TAM Suparno Djasmin mengatakan langkah TAM ini
merupakan rangkaian kebijakan demi mencapai tingkat efisiensi yang lebih baik.
Dia menjamin keberadaan diler akan lebih mengena jika memfokuskan peran pada
pelayanan purnajual maupun penjualan di daerah.
Selama ini,
TAM menyerahkan urusan distribusi kepada diler utama, pun terhadap penanggungan
biaya logistik. Ke depan, Suparno menambahkan, TAM akan membahas besaran atau
tanggungjawab biaya logistik tersebut antara diler dan korporasi.
Sumber :
Bisnis Indonesia, 04.06.15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar