Yunani – Para
pemimpin negara-negara anggota Uni Eropa memperingatkan warga
Yunani bahwa negara mereka harus keluar dari zona mata uang euro jika mereka
memilih menolak proposal kreditur dalam referendum pada Minggu (5/7) mendatang.
Peringatan
itu muncul dari berbagai figur seperti Wakil Kanselir Jerman, Sigmar Gabriel.
Menurutnya, referendum nanti ialah ‘ya atau tidak untuk eurozone’.
Perdana Menteri Italia
Matteo Renzi
mengatakan pilihan bagi warga Yunani ialah apakah mereka ingin tetap memakai
euro atau kembali menggunakan drachma.
Adapun Presiden
Prancis Francois Hollande menyebutkan bahwa kini “pertaruhannya ialah
apakah rakyat Yunani ingin bertahan dalam eurozone”.
Referendum
Minggu (5/7) nanti, sejatinya memberi pilihan kepada rakyat Yunani untuk
menyetujui atau menolak proposal Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, dan
Dana
Moneter Internasional (IMF).
Proposal itu
semula diajukan ke Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras untuk mengucurkan dana
talangan sebesar 7,2 miliar euro atau setara dengan Rp108 triliun. Dana itu
krusial bagi Yunani mengingat pada Selasa (30/6) Yunani harus membayar utang
kepada IMF sebesar 1,6 miliar euro atau setara dengan Rp22 triliun.
Namun,
Tsipras menolak proposal pengucuran dana talangan karena menilai pihak kreditor
memberikan persyaratan yang terlalu ketat. Pada Jumat (26/06) lalu, Tsipras pun
mencetuskan referendum.
Dia mendesak
rakyat Yunani memilih ‘tidak’ agar pemerintah memiliki posisi tawar yang kuat
untuk memulai negosiasi dengan pihak kreditur. Menurutnya, pemerintah punya
mandat untuk berada di dalam kerangka kerja Eropa, namun disertai dengan
keadilan.
Tsipras
berjanji akan mundur jika rakyat Yunani memilih ‘Ya’. “Jika rakyat Yunani ingin
lanjut dengan langkah pengetatan sampai tiada batas, kita tidak akan bisa
mengangkat kepala…Kami akan menghormati keputusan itu, tapi bukan kami yang
akan menjalankannya,” kata Tsipras.
Kembali ke Sistem Barter
Mandeknya
negosiasi antara pemerintah Yunani dan pihak kreditur berdampak besar terhadap
perekonomian Yunani.
Bank-bank di
seluruh Yunani dan pasar modal sudah ditutup, apalagi setelah badan pemeringkat
Fitch menurunkan rating empat bank nasional Yunani, yakni National Bank of Greece, Piraeus
Bank, Eurobank Ergasias dan Alpha Bank.
Hal ini
mendorong warga Yunani untuk menarik uang dari bank. Mereka antre panjang di
anjungan tunai mandiri, dengan tiap orang hanya diizinkan mengambil 60 euro
atau sekitar Rp900.000 setiap hari. Namun beberapa ATM dilaporkan sudah tidak
memiliki cadangan uang tunai lagi.
Warga Athena,
Ilia Iatrou, mengaku situasi di negaranya sudah luar biasa buruk. “Ibu mertua
saya mengantre selama sejam ke mesin penarik uang, namun dia hanya bisa menarik
jumlah kecil. Kami tidak punya banyak uang lagi. Para tetangga dan saya kini
kembali ke sistem barter,” ujar Iatrou.
Oleh
karenanya, Iatrou bertekad untuk menentang Uni Eropa. “Uni Eropa tidak mampu
membiarkan kami gagal. Untuk itu, kami harus terus mengatakan tidak dan mereka
akan memberikan kami kesepakatan yang lebih baik.” (bbc.co.uk)
Sumber :
ObsessionNews, 30.06.15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar