Bisnis.com,
JAKARTA—Supply Chain Indonesia (SCI) berharap pemerintah segera
mengoperasikan kereta api pelabuhan Tanjung Priok yang menghubungkan Stasiun
Pasoso dan Jakarta International Container Terminal (JICT) guna mengurangi
biaya logistik dan kompleksitas birokrasi pelabuhan.
Rudy Sangian, pakar
kepelabuhanan/ Senior Consultant Supply Chain Indonesia, mengatakan kereta api terjadwal yang
langsung menuju ke pelabuhan akan mengurangi beban jalan raya dikarenakan satu
lokomotif bisa menarik 18 gerbong dan juga berdampak drastis pada pengurangan
biaya logistik di Indonesia.
“Kepastian
bahwasanya itu turun drastis dapat dihitung dari satu kereta api dapat menarik
18 gerbong datar/GD , sedangkan truk sekali jalan maksimal hanya mampu 2
kontainer,” jelas Rudy, pekan ini.
Berdasarkan
hitungan Rudy, biaya angkut kontainer 20 feet Jakarta-Surabaya mencapai Rp7 juta per
boks, sedangkan mengunakan KA tarifnya hanya Rp3,5 juta per boks.
Hal ini berarti penghematan biaya bisa mencapai 50% ditambah dengan efisiensi
waktu mengingat perjalanan KA Jakarta-Surabaya sekitar 18 jam.
Selain itu,
aktifasi KA pelabuhan memberikan lima dampak langsung antara lain biaya
tambahan lift on/ off (LOLO) GD yang menaikan biaya logistik, penurunan cost of
OB (overbrengen), penurunan pendapatan Operator Lini DEPO/ TPS sepanjang Yos
Sudarso, Cakung Cilincing, fenomena managing MT kontainer di DEPO area yang
berdekatan dengan Kawasan Industri dan penurunan inlane carrier cost dari
pelabuhan ke cross docking warehouse area.
Menurut Rudy,
dari kelima poin di atas hanya satu item yang mempengaruhi kenaikan biaya
logistik sisanya empat item menurunkan drastis biaya logistik.
Untuk
mengatasi hal ini, kemampuan teknologi yang harus diupayakan sehingga LOLO
sequence list dapat berjalan lancar sehingga tidak menimbulkan efek domino pada
biaya penumpukan Lini I Pelabuhan yang akhirnya berpengaruh pada tingginya
dwelling time atau waktu inap barang.
Sumber :
Bisnis Indonesia, 14.06.15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar