MEDAN. Asosiasi
Pengusaha Indonesia menilai ancaman terjadinya pemutusan hubungan kerja
atau PHK di Sumatera Utara lebih besar karena di tengah penguatan dollar AS
terhadap Rupiah, juga sedang terjadi penurunan volume dan harga ekspor.
"Ancaman
PHK diprediksi lebih banyak terjadi di daerah penghasil komoditas seperti Sumut
(Sumatera Utara), karena harga dan permintaan ekspor komoditas sedang
anjlok," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Parlindungan Purba di
Medan, Minggu (30/8).
Ancaman PHK,
ujar dia, semakin sangat memungkinkan karena selain nilai dollar AS menguat,
volume dan harga ekspor yang masih melemah, daya beli di dalam negeri juga
menurun.
"Dewasa
ini di Sumut sedang terjadi gangguan besar pada kinerja perusahaan khususnya
yang bergerak di bidang sawit dan karet dan itu sangat mengancam terjadi
PHK," katanya.
Untuk
menghindari PHK, ujar Parlindungan yang juga anggota DPD RI utusan Sumut itu,
pemerintah perlu segera bisa mengendalikan nilai tukar Rupiah atas dollar AS
itu.
Pemerintah,
diminta juga membuat kebijakan-kebijakan yang bisa menolong petani dan pengusaha
komoditas dari harga jual yang terpuruk.
"Untuk
petani perlu dilakukan segera mengalokasikan dana talangan guna membeli
komoditas yang harganya tidak menguntungkan sehingga masyarakat tetap bisa
memiliki daya beli yang membuat ekonomi bergerak," katanya.
Sementara
untuk pengusaha, perlu diberi berbagai keringanan mulai kemudahan ekspor dan
penjualan di dalam negeri termasuk dalam kewajiban membayar pajak.
"Kalau
langkah itu dilakukan dan nilai tukar Rupiah kembali distabilkan, maka kinerja
perusahaan membaik dan terhindar dari PHK," katanya.
Ketua Gabungan Pengusaha
Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Setia Dharma Sebayang menyebutkan, permintaan dan harga
jual CPO (crude palm oil) atau minyak sawit mentah yang melemah telah membuat
kinerja perusahaan terganggu.
"Nilai
dollar AS yang menguat belum membantu gangguan pendapatan dari volume dan harga
ekspor CPO yang terganggu," katanya.
Data Badan
Pusat Statistik (BPS) Sumut, mengungkapkan, akibat harga ekspor yang
melemah, nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati Sumut yang di dalamnya ada
CPO pada semester I-2015 turun 18,89 persen dibandingkan periode sama tahun
2014.
Dari senilai
1,969 miliar dollar AS pada semester I-2014 menjadi 1,597 miliar dollar AS pada
semester I-2015.
Sumber :
Kontan, 31.08.15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar