JAKARTA.
Lokasi pengganti pelabuhan Cilamaya masih terus dikaji. Dari pelaksanaan pra
studi kelayakan atau pra feasibility study (FS) yang
selesai pada bulan September ini, ditetapkan ada enam lokasi alternatif, yakni Tarumanagara
Bekasi, Pusakajaya Karawang, Patimban Subang, Eretan dan Balongan di Indramayu serta
pelabuhan Cirebon.
Dari keenam
usulan lokasi tersebut, wilayah yang cocok untuk dibangun pelabuhan sebagai
pengganti Cilamaya adalah Patimban. Dibandingkan dengan lokasi
alternatif lainnya, pantai Patimban tidak terlalu banyak area offshore atau
anjungan lepas pantai sehingga tidak membahayakan keamanan.
Seperti
diketahui, dalam perencanaan membangunan pelabuhan Cilamaya banyak pihak yang
khawatir akan mengganggu produksi minyak dan gas di Offshore North West Jawa (ONWJ) milik PT
Pertamina. Ditempat itu, produksi minyak dapat mencapai 40.000
barel per hari, sedangkan produksi gas mencapai 180 Million Metric Cubic Feet per
Day (MMSCFD).
Disampaing
itu, Pemerintah
Deerah (Pemda) Patimban juga sangat mendukung dengan kesanggupan untuk
membangun infrastruktur penunjang. "Yang memungkinkan (dibangun pelabuhan)
Patimban, karena dari sisi resiko lebih kecil," kata Direktur Pelabuhan dan Pengerukan
Kementerian Perhubungan (Kemhub) Tonny Budiono, akhir pekan lalu.
Bila dilihat
dari sisi ketahanan pangan dan keamanan lingkungan, wilayah Patimban tidak ada
areal persawahan seperti di Cilamaya yang termasuk dalam lumbung beras
nasional. Wilayah Patimban menurut Tonny bukan termasuk wilayah konservasi
hutan lindung, sehingga masih aman.
Meski tidak
merinci, Tonny bilang jarak antara pelabuhan Patimbang relatif dekat dengan
kawasan industri di Cikarang. Dengan kondisi tersebut, maka distribusi barang
akan lebih efektif dan efisien.
Rekomendasi
pembangunan pelabuhan pengganti Cilamaya sendiri sudah dilaporkan ke Menko
Maritim dan Wakil Presiden. "Setelah ini kita akan memulai melakukan FS
dari usulan pelabunan pengganti Cilamaya itu," kata Tonny.
Tonny
menyadari, untuk dapat segera direalisasikan masih perlu waktu yang sangat
panjang dalam membangun pelabuhan pengganti Cilamaya. Pasalnya, bila
feasibility study selesai dilakukan, tahapan selanjutnya yang harus dilakukan
adalah Detail Engineering Design (DED) serta Analisis dampak lingkungan
(Amdal).
Hariyadi Sukamdani Ketua
Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan, sah-sah saja pemerintah
melakukan pengkajian lokasi baru atas perubahan pembangunan pelabuhan Cilamaya.
Namun, pihaknya menyoroti terkait dengan fasilitas pendukung yang harus
disediakan.
Selain itu,
dengan perubahan lokasi yang dilakukan tersebut membutuhkan waktu yang lama
lagi untuk dapat segera direalisasikan.
Sumber :
Kontan, 27.09.15 / Kredit Foto : Kabar rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar