Bisnis.com,
JAKARTA - Pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mencari pinjaman dari luar
negeri guna membangun proyek prasarana kereta api di Indonesia saat ini.
Menteri
Perhubungan Ignasius Jonan menuturkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) untuk mengerjakan proyek pembangunan prasarana kereta api di
Indonesia tidak cukup jika ingin dapat cepat selesai pada 2019 nanti. “Sedang
dipertimbangkan,” kata Jonan, Jumat (29/4/2016).
Dia
menambahkan para pemilik modal dari luar negeri meminta jaminan pemerintah
apabila pemerintah ingin menggunakan pinjaman luar negeri untuk membangun
prasarana kerea api di Indonesia.
Saat
ini terkait dengan investasi asing di sektor kereta api, dia menuturkan, agak
rumit. Meskipun begitu, dia menuturkan, apabila terdapat perusahaan asing,
misal dari India, ingin membangun kereta api sendiri di Indonesia, pemerintah
akan memperbolehkannya.
Sementara
itu, jika perusahaan tersebut ingin bekerjasama membangun kereta api di
Indonesia, dia menuturkan, perusahaan di dalam negeri juga bisa melakukan hal
itu. “Kalau uangnya mau pinjaman dari India ya boleh India yang bangun. Kalau
tidak, pakai kontraktor lokal,” katanya.
Di
depan para pengusaha dari India, Jonan menuturkan saat ini pemerintah membangun
rel di Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua. Adapun total
panjang rel yang akan dibangun mencapai 3.258 km.
Terkait
dengan kereta api, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwiatmoko
pada Februari silam pernah mengatakan, anggaran yang dibutuhkan untuk
mengerjakan proyek prasarana kereta api di Indonesia secara keseluruhan selama
lima tahun mencapai Rp234 triliun. “Nanti tinggal berapa anggarannya, senyampenya
saja,” kata Hermanto.
Dia
menuturkan, pemerintah sulit menyelesaikan proyek pembangunan prasarana kereta
api secara keseluruhan yang ada di Indonesia saat ini selama lima tahun. Hal
tersebut karena anggaran dan kondisi geografis.
Terkait
dengan kondisi geografis, pada waktu itu dia mengatakan salah satunya kondisi
geografis di Pulau Kalimantan, salah satu pulau yang akan dibangun jalur kereta
api, tidak seperti di Pulau Jawa. Dia menuturkan jenis tanah gambut di
Kalimantan membuat pembangunan menjadi berat.
Meskipun
pembangunan prasarana kereta api sulit dapat selesai dalam lima tahun, “Yang
penting bagi kita mulai dulu,” tambahnya pada Februari silam.
Menanggapi
langkah pemerintah yang sedang mempertimbangkan untuk mencari pinjaman luar
negeri terkait hal tersebut, Wakil Ketua Bidang Advokasi dan Riset
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menuturkan
apabila perhitungannya tepat tidak masalah.
Selain
itu, menggunakan pinjaman juga tidak masalah jika utang tersebut mampu
membangkitkan perekonomian dan pemerintah sanggup membayarnya. Menurutnya, yang
terpenting adalah jika memutuskan untuk melakukan pinjaman, jangan dikorupsi.
Sementara
itu, ketua
Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas mengingatkan utang
luar negeri pemerintah saat ini sudah cukup besar. Dia menyarankan pemerintah
sebaiknya melakukan pinjaman dari dalam negeri.
Dia
menuturkan pengerjaan proyek prasarana kereta api yang ada di seluruh Indonesia
sebaiknya dilakukan bertahap, dan diutamakan di luar Pulau Jawa. Menurutnya pembangunan
prasarana kereta api tersebut tidak harus tuntas dalam satu periode.
“Pembangunan itu kan berkelanjutan,” kata Darmaningtyas.
Sumber
: Bisnis Indonesia, 02.05.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar