KOMPAS.com
- Negara-negara di Arab yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council (GCC)
harus berjuang melunasi utang sebesar 94 miliar dollar AS dalam dua tahun
mendatang.
Padahal,
kawasan ini mengalami perlambatan perekonomian akibat naiknya suku bunga dan
penurunan rating, menurut analisis HSBC Holdings Plc.
Negara
kaya minyak yang tergabung dalam GCC harus melunasi utang senilai 52 miliar
dollar AS dalam bentuk bond (surat utang) dan sebesar 42 miliar dollar AS dalam
bentuk pinjaman sindikasi.
Kebanyakan
utang tersebut dilakukan oleh Uni Emirat Arab dan Qatar, menurut laporan HSBC
melalui email.
Negara-negara
tersebut juga menghadapi masalah fiskal serta defisit transaksi berjalan
sebesar 395 miliar dollar AS di akhir periode.
Simon
Williams, Kepala Ekonom HSBC untuk Timur Tengah, mengatakan ekspektasi untuk
memperkecil utang dengan cara membayar sebagian utang ini dengan menjual
obligasi Amerika Serikat (AS) malah akan memperumit usaha untuk membayar utang
yang jatuh tempo di 2016 dan 2017.
"Dengan
negara Teluk sebagai pasar kredit utama, tantangan pembiayaan ulang utang akan
lebih terasa dan ditambah dengan semakin ketatnya likuiditas regional, naiknya
suku bunga dan turunnya rating," kata dia.
Negara
yang tergabung dalam GCC saat ini memproduksi seperempat minyak dunia, harus berjuang
melunasi utang setelah harga minyak dunia gagal mendaki pasca turun terendah
dalam 12 tahun terakhir.
Dalam
GCC, termasuk juga Aran Saudi dan Oman, juga terkena dampak dari serangkaian
penurunan rating, walaupun miliaran dollar AS telah dikuras dari sistem
regional perbankan di negara-negara tersebut.
Sumber
: Kompas, 28.02.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar