Bisnis.com,
JAKARTA—Tim Satuan Tugas Dwelling Time yang dibentuk pemerintah dan
diawasi oleh Kemenko Maritim mengaku operasional rel kereta api barang ke Pelabuhan
Tanjung Priok tidak dimaksudkan untuk mengurangi truk kontainer.
Agung
Kuswandono, Ketua Tim Satuan Tugas Dwelling Time (Satgas), menegaskan operasional rel
kereta api barang di pelabuhan tersebut diberlakukan guna mendukung arus
kontainer yang keluar dari Tanjung Priok.
“Kereta
bukan bermaksud untuk mengantikan semua kontainer truk. Tapi dimaksudkan untuk
mendukung karena hitungan KAI hanya 1% dari total throughput yang masuk di
Priok. Artinya belum begitu besar,” paparnya, Jumat (18/3).
Berdasarkan
perhitungan tersebut, dia mengatakan kontainer yang dapat dimuat per kereta
mencapai 60 TEUs.
Namun,
Tim Satgas Dwelling Time yang dibentuk sejak akhir tahun lalu mengaku
perhitungan tersebut belum dilakukan secara rill. Kendati demikian, operasi
kereta barang di Pelabuhan Tanjung Priok diyakini mampu mengurangi dwelling
time atau waktu inap kontainer di pelabuhan dan kemacetan di Tanjung Priok.
Untuk
menarik minat importir atau pemilik barang, Tim Satgas akan mengupayakan agar
emplasmen kereta api yang sekarang berstatus Lini II diubah menjadi Lini I atau
lapangan kontainer atau container yard JICT.
Dengan
pendekatan ini, dia berharap pemilik barang tidak dibebani biaya double
handling sehingga tertarik untuk menggunakan kereta api.
Selain
itu, Tim Satgas Dwelling Time akan mendorong penyelesaian permasalahan
emplasmen yang masih bermasalah antara PT KAI dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
Sementara
itu, Direktur
Utama PT Jakarta International Container Terminal (JICT) mengaku dalam
kondisi normal, penanganan petikemas diupayakan akan dilakukan seminimal
mungkin di area JICT.
Terkait
emplasmen rel kereta yang ingin diperhitungkan masuk ke Lini I, dia mengaku
perusahan tengah melakukan pembahasan intensif dengan PT KAI dan
Kalog.
“Yang
sementara ini masih berada di luar One Zone TPS JICT Koja ,” ujarnya di acara
IPC Customer Awards, Minggu (20/3).
Namun
jika rel kereta diteruskan pembangunannya hingga Lini I, dia melihat
pengembangannya akan sulit karena terkendala hambatan jalan dan makam Mbah
Priok.
Dia
mengaku kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk merealisasikan hal tersebut.
Berdasarkan diskusi dengan Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjung Priok, kontainer
disepakati ditangani di Lini II sebelum masuk melewati Joint Gate One Zone TPS JICT
Koja.
Joint
Gate ini tengah digarap perusahaan dan diharapkan selesai pada April dan Mei
2016.
“Kita
terus evaluasi tetap mendukung program pemerintah, namun tidak dengan
mengorbankan performance Terminal JICT sendiri,” tegasnya.
Sumber
: Bisnis Indonesia, 20.03.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar