Jakarta-
Dengan keadaan global saat ini, Bank Indonesia (BI) diperkirakan
akan menurunkan suku bunga dengan tujuan untuk meningkatkan konsumsi domestik.
Menurut laporan ICAEW Economic Insight South East Asia, pemotongan suku bunga
ini diikuti dengan 8% kenaikan pembiayaan infrastruktur yang telah dianggarkan
pada tahun 2016 dan diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ini
akan terjadi walaupun terdapat kehilangan momentum di pasar tenaga kerja dan
perlambatan pada harga komoditas yang turut berkontribusi menurunkan
pendapatan.
Indonesia diperkirakan akan
mengalami kenaikan PDB dari 4.8% pada tahun 2015 sampai 5.1% di tahun 2016.
Negara ini diperkirakan akan mengalami kenaikan PDB hingga 5.5% pada tahun
2017. Di sisi lain, ASEAN akan mengalami kenaikan PDB yang sedang dengan
pengecualian Malaysia yang akan mengalami penurunan PDB sebesar 4.2% pada tahun
2016. Vietnam dan Filipina akan mengalami kenaikan PDB sebesar 6.3% dan 6.1%
tahun ini dan Singapura juga akan mengalami tingkat tren PDB hingga 3.3% pada
tahun 2018.
“ASEAN
dan ekonomi global akan terus berjuang di tengah-tengah kondisi ekonomi dunia
saat ini. Sehingga, patut untuk dipertanyakan bagaimana besarnya peranan
Tiongkok dan perkembangan komoditas siklus-super yang dapat disalahartikan
menjadi pertumbuhan struktural di beberapa negara,” kata Tom Rogers, ICAEW Economic
Advisor and Associate Director, Oxford Economics dalam siaran persnya,
Selasa (15/3).
Kinerja
ekonomi terbaik di enam negara ASEAN, menurutnya adalah negara dimana
pertumbuhannya ditentukan oleh kekuatan domestik serta adanya ruang untuk
dukungan kebijakan dari pemerintah. "Kami percaya bahwa Indonesia,
Filipina dan Vietnam mempunyai prospek pertumbuhan yang terbaik diantara enam
negara ASEAN yang dicerminkan melalui faktor-faktor di sektor domestik seperti
rendahnya nilai hutang, stabilitas ekonomi makro serta tingkat gaji.
Faktor-faktor ini akan membantu ketiga negara tersebut untuk meningkatkan
pangsa pasar mereka di industri berbiaya rendah," jelasnya.
Sementara
itu, efek dari lambannya pertumbuhan di Tiongkok akan berdampak secara berbeda
di negara-negara ASEAN. Tiongkok merupakan mitra perdagangan terbesar bagi
Malaysia, Singapura dan Thailand. Terutama, Singapura dan Thailand dapat
menjadi rentan terhadap perlambatan ekonomi Tiongkok karena posisi mereka
sebagai rantai pasokan di wilayah regional untuk barang-barang elektronik.
Menurunnya permintaan dan harga untuk komoditas juga akan menjadi salah satu
kekhawatiran yang menjadi dampak dari ekonomi Tiongkok.
Indonesia,
Filipina dan Vietnam mempunyai paparan resiko yang lebih rendah pada sektor
manufaktur yang mana Tiongkok mempunyai kapasitas yang sangat besar. Tingkat
gaji di ketiga negara juga ini berarti bahwa perlambatan ekonomi di Tiongkok
tidak berpengaruh terhadap perkembangan industrialisasi di ketiga negara
tersebut.
Sumber
: BeritaSatu, 15.03.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar