Jakarta
- Chairman
Lippo Group Mochtar Riady menyatakan satu kebijakan berupa pembangunan
pelabuhan di Cilamaya jauh lebih baik ketimbang 11 paket kebijakan yang telah
diluncurkan pemerintah. Selain menekan cost of production, daya saing produk
Indonesia juga bisa meningkat dengan kehadiran pelabuhan tersebut.
“Pemerintah
bikin deregulasi sudah 11 macam sesungguhnya, cukup ambil satu tindakan saja
dan semua akan beres, yaitu membangun pelabuhan di Cimalaya," katanya pada
acara "Lippo Group Senior Executive Gathering" di UPH Karawaci, Tangerang,
Banten, Senin (14/3).
Dikatakan,
delapan dari 11 komponen biaya produksi diatur oleh pemerintah, sehingga
kebiijakan pemerintah yang tepat akan mengurangi biaya produksi secara
signifikan. Ia mencontohkan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia di Cikarang
yang memproduksi lebih kurang 1 juta mobil dan 10 juta motor per tahun.
Namun,
mereka harus mengambil bahan baku pelat besi dari Cilegon yang jaraknya 200
kilometer. Hal itu otomatis menambah biaya produksi. Mereka juga harus
mengimpor spare part lantaran Pelabuhan Tanjung Priok masih terlalu kecil dan
harus menambah biaya pengangkutan laut.
“Ini
bikin oknum aparat pelabuhan cari kesempatan mencari uang. Begitu barang
dibongkar, Bea Cukai mempersulit dan biaya gudang jadi lebih mahal. Masalah dengan
Bea Cukai selesai, ada lagi masalah pengangkutan ke luar pelabuhan yang
dimonopoli oleh geng. Pernah ada kereta api yang masuk ke pelabuhan, tetapi
disetop. Ini semua bikin cost lebih mahal,” katanya.
Dengan
penyediaan bahan baku yang sulit, lanjut Mochtar, pelaku industri terpaksa
menyediakan bahan baku minimal sebulan, sementara di negara lain hanya tujuh
hari. Bila ditambah biaya bunga dengan tingkat suku bunga yang juga lebih
mahal, serta masalah air, listrik, dan bongkar-muat di kawasan industri yang
juga dimonopoli geng yang berkonspirasi dengan alat-alat pemerintah, maka biaya
produksi semakin mahal.
“Di
sini bisa kita lihat delapan biaya produksi ada di tangan pemerintah. Yang
bikin barang kita enggak kompetitif bukan karena SDM atau barang kita less dari
Thailand atau Vietnam, namun ini adalah masalah pemerintah. Kalau ada pelabuhan
di Cimalaya, paling ambil bahan baku berjarak 30 km selesai.
Berarti biaya
transportasi tinggal 10 persen dan biaya shipping 9 persen. Mobil di sana
diekspor ke luar, juga jadi lebih murah. Berarti produk kita langsung bisa
lebih kompetitif,” tutup Mochtar.
Sumber
: BeritaSatu, 14.03.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar