JAKARTA. Perusahaan milik taipan asal Indonesia Anthoni Salim, MACH Energy
Australia Pty Ltd, resmi membeli pertambangan batubara Mount Pleasant di New South
Wales, Australia, milik Rio Tinto
Group senilai US$ 224 juta.
Pembelian
aset ini untuk memperluas industri yang saat ini kelebihan pasokan global
dikarenakan harga yang tengah anjlok.
MACH
berharap produksi batubara pertama di Mount Pleasant bisa dilakukan pada akhir
2017. Perusahaan ini menargetkan pembangkit listrik berbahan bakar batubara di
Asia jadi pasarnya.
Grup
Salim membeli tambang batubara tersebut saat harga batubara berada di level
terendah sejak tahun 2006. Kemarin, harga batubara thermal di pelabuhan
Newcastle, Australia, anjlok menjadi sekitar US$ 48 per metrik ton.
Mathew Hodge, seorang analis
pertambangan
dari Morningstar Inc di Sidney, menilai,
MACH memanfaatkan momentum rendahnya harga batubara untuk membeli aset. Namun,
dia pesimistis investasi itu akan cepat kembali. "Perlu waktu lama,"
tandas Hodge, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (27/1).
Sejauh
ini, KONTAN belum mendapatkan penjelasan resmi dari Grup Salim. Franciscus
Welirang, orang dekat Anthony Salim, belum merespon konfirmasi KONTAN soal aksi
korporasi itu.
Nah,
Rio Tinto menyatakan, penjualan tambang batubara Mount Pleasant di New South
Wales kepada MACH Energy adalah bagian
dari penjualan sejumlah asetnya. Total uang yang akan dikantongi Rio Tinto dari
penjualan asetnya mencapai US$ 4,7
miliar dalam tiga tahun terakhir.
Tahun
lalu, Rio Tinto menjual saham perusahaan batubara Bengalla di Australia senilai
US$ 606 juta. Pembelinya New Hope Corporation.
Deputi Direktur Eksekutif Asosiasi
Pertambangan Batubara Indonesia Hendra Sinadia menyatakan, dirinya sudah mendengar
rencana Grup Salim itu. Tapi dia tak menyangka Salim membeli pertambangan di
Australia. "Saya kira konsesi milik Rio Tinto di Sulawesi Tenggara,"
ungkap Hendra kepada KONTAN, Rabu (27/1).
Sebagai
catatan, industri batubara dunia memang tengah lesu. Sejumlah investor besar
mulai menjauhi batubara. Selain merosotnya permintaan batubara dari China,
harga batubara juga tertekan sentimen isu lingkungan.
Toh,
sejumlah sentimen itu belum sampai mematikan industri pertambangan batubara di
Australia. Bahkan Badan Energi
Internasional memperkirakan, Australia
bisa menyalip Indonesia sebagai eksportir batubara terbesar di dunia.
Pertimbangannya, pasar batubara Australia lebih variatif dan tak bertumpu pada
pasar China saja. Saat ini, India,
Malaysia dan Vietnam adalah
pasar utama ekspor batubara Australia.
Sumber
: Kontan, 28.01.16.