JAKARTA.
India menggantikan posisi China sebagai negara utama pengimpor batubara dari
Indonesia dengan penyerapan mencapai 37% dari total ekspor tambang pada tahun
lalu. Sementara China berada di peringkat kedua dengan persentase sebesar 20%.
Direktur
Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM), Adhi Wibowo
mengatakan, persentase ekspor tahun lalu berasal dari penjualan perusahaan
pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), ditambah
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
Namun,
dia menyatakan, kondisi tersebut sudah cukup menggambarkan peta ekspor batubara
Indonesia secara keseluruhan. "Itu memang penjualan PKP2B plus PTBA. Untuk
ekspor IUP kurang lebih sama seperti itu," katanya di Gedung DPR, Rabu
(21/1).
Menurutnya,
bertukarnya posisinya India dan China tersebut sudah diprediksi sebelumnya. Hal
itu terkait dengan kebijakan pemerintah China yang terus mengurangi impor
batubaranya, terutama yang memiliki kualitas rendah.
Dengan
begitu, praktis tujuan ekspor utama berpindah ke India. Kondisi tersebut
didukung juga oleh kebutuhan batubara India yang masih sangat tinggi.
"India
meskipun produksi dalam negerinya besar, mereka masih bergantung juga sama
batubara dari kita," tuturnya.
Selain
itu, sinyal positif telah ditunjukkan oleh beberapa negara lain terkait
permintaan batubara dari Indonesia. Contohnya adalah Pakistan dan Filipina yang
menyatakan siap menambah porsi impor batubara dari Indonesia.
Menurut
Adhi, hal itu juga yang membuat beberapa perusahaan batubara optimistis mematok
target produksi yang tinggi untuk tahun ini. Padahal, produksi batubara
nasional sepanjang tahun lalu anjlok cukup dalam.
Sepanjang
2015, total produksi hanya mencapai 392 juta ton atau anjlok 14,41% dibandingkan
dengan realisasi produksi pada 2014 sebanyak 458 juta ton.
Adapun
jumlah produksi tersebut baru mencapai 92,24% dari target yang ditetapkan tahun
ini sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
sebanyak 425 juta ton.
Kinerja
ekspor yang hanya membukukan penjualan sebanyak 295,45 juta ton menjadi
penyebab utama anjloknya produksi tersebut. Jumlah tersebut lebih rendah 22,65%
dibandingkan dengan ekspor pada 2014 sebanyak 381,97 juta ton.
Hasil
sebaliknya justru ditunjukkan oleh penyerapan batu bara untuk kebutuhan dalam
negeri Domestic market obligation (DMO) yang mencapai 87,43 juta ton
atau naik hingga 14,77% dibandingkan dengan DMO pada tahun sebelumnya sebanyak
76,18 juta ton.
Sumber
: Kontan, 21.01.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar