SEMARANG.
Gabungan
Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) menyambut baik peningkatan
infrastruktur termasuk penambahan alat berat di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
"Dengan
adanya otomatisasi di sejumlah alat berat di lapangan penumpukan kontainer maka
dapat menekan biaya logistik," kata Ketua Umum GINSI Rofiek Natahadibrata
di Semarang, Jumat (22/1).
Menurut
dia, saat ini biaya logistik di Indonesia mencapai 27-28% dari produk
domestik bruto (PDB).
"Mungkin
bisa dikatakan terbesar di kawasan ASEAN, bahkan mungkin terbesar di belahan
bumi selatan. Dengan dimulainya proses otomatisasi di Jawa tengah merupakan
revolusi yang sangat baik," katanya.
Dengan
adanya otomatisasi alat berat tersebut maka isu dwelling time atau lamanya
waktu bongkar muat tidak lagi menjadi masalah.
"Begitu
semua beres, dokumen impor beres, dan seluruh proses di TPKS bisa jalan dengan
baik maka dwelling time tidak lagi menjadi isu yang menarik," katanya.
Selanjutnya,
sisi yang perlu dibenahi adalah infrastruktur lain di antaranya jalan raya dan
akses dari satu daerah ke daerah lain serta proses reaktivasi rel kereta api.
Sementara
itu, General
Manager Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) Erry Akbar Panggabean
menyatakan dengan adanya penambahan sejumlah alat berat, perpanjangan dermaga,
dan perluasan lapangan penumpukan diharapkan arus bongkar muat untuk ekspor
maupun impor dapat berjalan lebih lancar.
"Dengan
selesainya perpanjangan dermaga dari 495 meter menjadi 600 meter ini, tiga
kapal sudah bisa sandar secara bersamaan. Ini dapat mempercepat proses bongkar
muat," katanya.
Selain
itu, dengan adanya peningkatan infrastruktur tersebut diharapkan dwelling time
di TPKS dapat terus meningkat dari saat ini yang rata-rata mencapai 3-4 hari.
Sumber
: Kontan, 22.01.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar