Jakarta
- Presiden
Joko Widodo (Jokowi)
mengharapkan biaya transportasi logistik bisa turun. Tingginya biaya
akan memperlemah daya saing Indonesia dibandingkan negara-negara lain.
"Biaya
transportasi kita masih 2,5 hingga 3 kali lipat lebih besar dari
negara tetangga," kata Jokowi, di Ruang Mataram, Kantor Kementerian
Perhubungan Jakarta, Senin (18/1).
Dengan
kondisi demikian, kata Jokowi, bagaimana Indonesia bisa bersaing dalam Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). "Belum lagi kita masuk ke TPP
(Trans Pacific Partnership) Blok Amerika, Uni Eropa, atau Blok nya
Tiongkok. Kalau biaya logistik kita masih mahal, tentu kita akan kena libas dan
keok, itu yang saya tidak mau," tuturnya.
Jokowi
mengatakan, pengembangan transportasi di Papua dan Sulawesi harus menjadi
perhatian untuk menekan biaya angkut. Jika masih mahal, maka produk di sana
tidak bisa bersaing dengan produk dari daerah lain.
"Oleh sebab itu,
cara-cara lama harus ditinggalkan, ini era persaingan dan kompetisi. Kalau kita
tidak bisa ke sana, kita yang ditinggal, dan saya tidak mau itu terjadi.
Pengembangan transportasi daerah seperti bandara, pelabuhan perintis harus
diperhatikan, sehingga ketimpangan biaya bisa kita tangani," tutup
Jokowi.
Sebelumnya
Jokowi menargetkan penyerapan anggaran Kementerian Perhubungan (Kemhub)
mencapai 90 persen pada Tahun Anggaran 2016. Dengan demikian, proyek
pembangunan prasarana transportasi di Indonesia bisa berjalan cepat. Dampak
lebih lanjut, biaya logistik nasional di Indonesia bisa lebih murah sekaligus
mengurangi ketimpangan harga produk dan jasa di wilayah Timur Indonesia serta
mendorong perekonomian nasional.
Sumber
: Berita Satu, 18.01.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar