27 Januari 2020

[270120.ID.BIZ] Virus Corona Bisa Berdampak Lebih Besar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi China Dari SARS


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merebaknya virus corona yang berasal dari China dan mulai mewabah ke sejumlah negara lain menimbulkan kekhawatiran. Tak hanya khawatir terhadap penyebaran penyakit, tetapi juga khawatir terhadap dampaknya pada aktivitas perekonomian, terutama di Negara Tirai Bambu tersebut. 

Danske Bank, perusahaan finansial dan perbankan asal Denmark, dalam risetnya, Senin (27/1) memperkirakan dampak buruk virus corona memiliki potensi lebih besar terhadap ekonomi China dibandingkan dengan kasus virus SARS pada 2003 silam.

Meski respons dan tindakan pemerintah China kali ini dinilai jauh lebih cepat dibandingkan kasus SARS dulu, Danske Bank menilai risiko penyebaran virus corona jauh lebih tinggi pada saat ini di tengah jejaring transportasi yang sangat luas serta momentum Tahun Baru China di mana banyak orang datang dan pergi dari China.

“Dibandingkan 2003, jaringan transportasi kereta, pesawat, dan mobil sudah sangat lebih luas. Sekitar 50 kereta berangkat dari Wuhan ke kota-kota besar setiap hari sebelum akhirnya diisolasi. Virus juga menyebar pada waktu kritis yaitu perayaan Tahun Baru di mana 3 juta sampai 400 juta orang diperkirakan bepergian,” terang Danske Bank dalam laporan itu.

Selaras dengan itu, dampak penyebaran virus corona terhadap ekonomi China juga berpotensi lebih besar terutama pada sektor jasa dan ritel.

Danske Bank menghitung, sektor jasa China akan mengalami pukulan paling keras mengingat porsinya yang sudah mencapai 54% dari PDB, dibandingkan pada 2003 yaitu 42% dari PDB.

Pukulan pada sektor jasa akibat banyak warga China yang akan tinggal di rumah, menghindari tempat umum seperti bioskop, konser, restoran, dan tempat-tempat wisata.

Apalagi, jumlah masyarakat kelas menengah di China juga sudah lebih besar dan umumnya masyarakat tersebutlah yang melakukan aktivitas hiburan dan berkontribusi pada sektor jasa.
Sementara pada sektor ritel, tercatat bahwa wabah SARS memukul pertumbuhan ritel dari 10% ke 4,5% pada 2003 silam. Sebab, masyarakat menghindari aktivitas berbelanja ke pasar atau pusat perbelanjaan agar terhindar dari penularan.

Danske Bank memprediksi dampak corona pada sektor ritel China saat ini akan serupa dengan masa itu, meski memang ada kemungkinan tidak separah 2003 mengingat transaksi belanja sudah didominasi online melalui e-commerce sekarang ini.

Selanjutnya, Danske Bank juga memprediksi tekanan kenaikan inflasi akan terjadi seiring dengan isolasi pada hampir keseluruhan provinsi Hubei, China.

“Provinsi Hubei akan mengalami penurunan pertumbuhan PDB yang signifikan akibat isolasi. Sementara, Hubei merupakan 4% dari keseluruhan ekonomi China sehingga penurunan 20% pada PDB Hubei saja dapat mengurangi 0,8% pada PDB China secara keseluruhan,” lanjut laporan tersebut.

Perpanjangan masa libur Tahun Baru China untuk seminggu ke depan di sejumlah area di China menambah potensi pengurangan produksi (output) perekonomian China dalam jangka pendek.

Kasus virus corona menjadi ancaman tambahan bagi perekonomian China yang juga tengah dalam kondisi rentan akibat Perang Dagang dengan Amerika Serikat (AS).

Adapun, di sisi yang lebih positif, Danske Bank mengatakan Provinsi Hubei yang menjadi pusat penyebaran virus corona kali ini memang mengambil bagian yang jauh lebih kecil pada perekonomian China dibandingkan dengan provinsi Guangdong yang pada 2003 menjadi pusat virus SARS.

“Guangdong merupakan provinsi terbesar China dengan 100 juta lebih penduduk dan berkontribusi 11% terhadap PDB,” tutur Danske Bank.

Kebijakan pemerintah China untuk memitigasi dampak corona ke perekonomian pun diharapkan, yaitu dalam bentuk stimulus. Meski Danske Bank memandang, akan sulit bagi pemerintah China untuk mengkalibrasi seberapa banyak dan untuk berapa lama stimulus ekonomi harus diberikan untuk menangkal penurunan PDB.

"Pada tahap ini sangat sulit untuk menilai dampak keseluruhan terhadap ekonomi China, tetapi berdasarkan faktor-faktor di atas, tekanan hingga sekitar satu poin persentase sangat mungkin terjadi sebagai dampak temporer virus Korona,” tandas bank itu.

Sumber : Kontan, 27.01.2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar