10 Juli 2017

[100717.ID.BIZ] Menperin Tagih Janji Investasi Lotte, LG ke Korsel

JAKARTA. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melakukan kunjungan kerja ke Korea Selatan pada 3-6 Juli 2017 lalu. Selama di Negeri Ginseng, agenda Menperin meliputi pertemuan bisnis dengan jajaran direksi Lotte dan LG. Selain itu, Airlangga menjadi pembicara pada kegiatan ASEAN Leadership Conference, serta mengunjungi pabrik baja Posco.

Airlangga menjelaskan, pihaknya tengah membidik investor Korea Selatan, yakni Lotte Chemical Titan agar segera merealisasikan penanaman modalnya sebesar US$ 3- US$ 4 miliar di Tanah Air.

Mereka akan memproduksi naphtha cracker dengan total kapasitas sebanyak 2 juta ton per tahun. “Mereka sudah pembebasan lahan untuk pabrik di Cilegon, Banten sebesar 60 hektare. Mereka masih butuh pembebasan lahan lagi sebesar 40 hektare. Jadi total ada 100 hektare,” ujar Airlangga, Senin (10/7).

Selain itu, bisnis Lotte di Indonesia juga ada dalam bisnis ritel seperti Lotte Mart. Menurut Airlanggga akan ada pengembangan grup ritel Lotte di Indonesia. "Sedangkan dalam pengembangan bisnis IT mereka akan kerjasama dengan Indomaret," tambah Airlangga.

Di samping itu, sektor strategis lainnya yang sedang dipacu pengembangannya di Indonesia adalah industri baja. Upaya ini untuk mendorong pembangunan klaster industri baja di Cilegon, Banten yang akan memproduksi 10 juta ton baja pada tahun 2025.

Sebelumnya PT Krakatau Steel Tbk dan perusahaan baja Korea Selatan, Posco telah berkomitmen untuk mendukung pembangunan klaster 10 juta ton baja tersebut. Saat ini, kapasitas produksi PT KS digabungkan dengan PT Krakatau Posco (perusahaan patungan PT KS dan Posco) di Cilegon telah mencapai 4,5 juta ton, dan segera meningkat kembali dengan beroperasinya pabrik HSM#2 berkapasitas 1,5 juta ton pada akhir tahun 2019, sehingga total akan mencapai 6 juta ton.

Artinya, hanya perlu menambah 4 juta ton untuk mencapai proyek 10 juta ton dari klaster tersebut. Klaster baja Cilegon ini bakal menghasilkan baja gulungan untuk konstruksi, baja lembaran untuk peralatan rumah tangga, perkapalan, mobil, hingga baja lembaran berkualitas tinggi.

"Kami harap kerjasama tiga pihak baik Krakatau Steel, Posco dan juga Nippon Steel untuk pengembangan baja bisa lebih cepat," kata Airlangga.

Dalam kunjungan ke Korea Selatan, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyarankan kepada perusahaan asal Korea Selatan, LG International agar dapat memanfaatkan penggunaan gas di Teluk Bintuni, Papua Barat dan Blok Masela, Maluku. Hal ini lantaran LG International dan PT. Duta Firza telah sepakat untuk mendirikan industri petrokimia di Indonesia dengan menyerap gas sebagai bahan baku.

Airlangga menjelaskan, pabrik petrokimia yang bakal dibangun oleh LG International memiliki nilai investasi sebesar US$ 1,3 miliar dan ditargetkan memproduksi methanol sebanyak 1 juta ton per tahun.

“Proyek mereka akan membutuhkan natural gas mencapai 90 mmscfd dengan ekspektasi harga USD 1 per mmbtu. Saat ini, LG masih melakukan feasibility study di Bintuni,” ungkapnya.

Berdasarkan catatan BKPM, Korea Selatan adalah investor nomor tiga terbesar di Indonesia. Di sektor industri manufaktur, perusahaan-perusahaan Korea Selatan berkontribusi hingga 71% dari total investasi selama lima tahun terakhir sebesar US$ 7,5 miliar. Bahkan, pabrik-pabrik tersebut mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 900 ribu orang.


Tagih investasi dari Jepang

Sedangkan dalam kunjungan ke Jepang, Airlangga menjelaskan pihaknya bertemu direksi Sojitz Corporation untuk meningkatkan investasinya. Terutama dalam pembangunan industri petrokimia di Bintuni.

Kementerian Perindustrian mencatat, potensi pembangunan industri petrokimia di Bintuni karena terdapat dua cadangan gas yang dioperasikan oleh dua perusahaan, BP Tangguh sebesar 23,8 trillion standard cubic feet (TSCF) dan Genting Oil Kasuri Pte, Ltd sebesar 1,7 TSCF. Area ini berpotensi dikembangkan untuk pabrik petrokimia yang memproduksi komoditas gas alam dalam dua fase.

Pertama, sebesar 257 mmscfd yang dipasok dari BP Tangguh dan Genting Oil Kasuri Pte, Ltd. dengan target beroperasi pada tahun 2021 untuk menghasilkan methanol, ethylene, propylene, polyethylene, dan polypropylene. Fase kedua sebesar 90 mmscfd tahun 2026 dari BP tangguh untuk pabrik ammonia. Adapun, beberapa investor yang telah menyatakan minat untuk membangun industri petrokimia di Bintuni, antara lain Ferrostaal, Asahi Kasei Chemicals, LG, Mitsui, dan Sojitz.

"Kami ajak Sojitz untuk kerjasama dengan PT Pupuk Indonesia dan Ferrostaal untuk kelola gas di Bintuni," kata Airlangga.

Dalam kurun waktu enam tahun terakhir, total investasi Jepang di Indonesia mencapai US$ 19,7 miliar. Jumlah perusahaan Jepang di Indonesia hingga saat ini sudah mencapai lebih dari 1.750 perusahaan, dengan kegiatan usahanya di bidang manufaktur, infrastruktur, dan jasa.

Pada tahun 2016, nilai investasi Jepang ke Indonesia sebesar US$ 5,4 miliar atau naik 8% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 2,9 miliar. Beberapa industri Jepang yang cukup aktif berinvestasi di Indonesia, antara lain sektor otomotif, logam, mesin dan elektronika.

Sumber : Kontan, 10.07.17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar