20 Maret 2019

[200319.EN.AIR] Singapore Bans Boeing 737 Max Aircraft Over Its Airspace


SINGAPORE has become the lastest nation to ban the Boeing 737 Max aircraft, after two crashes involving Max planes put safety of the jetliners under the spotlight.

In a statement, the Civil Aviation Authority of Singapore (CAAS) announced that it is "temporarily suspending operation of all variants of the Boeing 737 MAX aircraft into and out of Singapore in light of two fatal accidents involving Boeing 737 MAX aircraft in less than five months".

The suspension took effect from 1400hrs, March 12, 2019 (Singapore Time).

SilkAir, which operates six Boeing 737 MAX aircraft, will be affected by the temporary suspension. The other airlines currently operating Boeing 737 MAX aircraft to Singapore are China Southern Airlines, Garuda Indonesia, Shandong Airlines and Thai Lion Air. CAAS is working with Changi Airport Group and the affected airlines to minimise any impact to travelling passengers, the statement said.

CAAS has been in regular contact with SilkAir on its MAX operations since last year, and has been satisfied that it has been taking appropriate measures to comply with the necessary safety requirements.

During the temporary suspension, CAAS will gather more information and review the safety risk associated with the continued operation of the Boeing 737 MAX aircraft into and out of Singapore.

"CAAS is closely monitoring the situation and is in close communication with the US Federal Aviation Administration and other aviation regulators, as well as Boeing.

"The suspension will be reviewed as relevant safety information becomes available," the statement added.

Source : HKSG.

[200319.ID.BIZ] Mulai Besok, JNE Sesuaikan Tarif Sebesar 19%


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Agar dapat terus mempertahankan kualitas pelayanan prima kepada seluruh pelanggan, JNE kembali melakukan penyesuaian tarif, baik kenaikan mau pun penurunan.

Penyesuaian ini berlaku tanggal 21 Maret 2019 untuk pengiriman paket dengan kota asal mau pun tujuan ke beberapa wilayah selain Jabodetabek dalam service Regular, OKE dan YES.

Eri Palgunadi, VP of Marketing JNE, menyampaikan demi mempertahankan dan terus meningkatkan kualitas pelayanan, serta melanjutkan inovasi mau pun pengembangan di berbagai bidang, maka penyesuaian tarif pengiriman paket atau ongkos kirim dilakukan.

"Tentunya langkah ini dijalankan dengan penuh pertimbangan maksimal agar dapat memberikan hasil terbaik dalam semangat tagline “Connecting Happiness” bagi masyarakat,” ujar Ero dalam siaran pers pada Rabu (20/3).

Selama tiga tahun terakhir, baru kali ini JNE kembali melakukan penyesuaian tarif secara nasional karena didorong oleh berbagai faktor eksternal dan internal.

“Penyesuaian tarif pengiriman atau ongkir JNE kali ini, baik kenaikan mau pun penurunan secara nasional di semua produk layanan, yang akan berlaku rata – ratanya adalah sekitar 19%”, terang Eri.

Eri juga mengatakan penyesuaian tarif pengiriman ini sebagai langkah yang perlu dilakukan dalam menghadapi situasi saat ini yang dinamis. Beragam tantangan muncul, tapi peluang atau kemudahan dalam proses pengiriman juga bertambah dengan adanya pembangunan.

"Oleh karena itu, JNE harus terus inovatif dan kreatif melalui strategi distribusi yang efektif dengan memaksimalkan penggunaan moda transportasi udara, darat, mau pun laut dalam mengirimkan paket seluruh pelanggan,” imbuhnya.

Pengembangan dan inovasi JNE di berbagai sektor, seperti jaringan, infrastruktur, strategi distribusi, serta yang lainnya, memungkinkan kenaikan tarif dapat diimbangi juga dengan penurunan.

Hal ini, karena JNE berupaya untuk memanfaatkan seluruh kapabilitas perusahaan, sehingga strategi yang efektif dapat dijalankan dengan terus mengedepankan SLA (Service Level Agreement) kepada pelanggan.

“Dalam bidang infrastruktur misalnya, selain jaringan yang terus ditambah, Mega Hub yang dapat menangani hingga 1 juta paket per hari saat ini juga sedang berjalan dan rencananya akan rampung pada akhir tahun 2019. Begitu pula dalam hal teknologi informasi seperti management cloud, dan yang lainnya, juga ditingkatkan, agar di waktu yang akan datang dapat terus menangani kapasitas pengiriman yang meningkat secara konsisten setiap tahun sebesar kurang lebih 30%”, tutur Eri.

Tidak hanya di bidang yang berkaitan dengan aktivitas operasional, program untuk meningkatkan salah satu sektor penting bagi JNE, yaitu lingkungan, juga terus diselenggarakan.

“Pemberdayaan komunitas seperti JNE Ngajak Online, digelar di beberapa kota secara gratis untuk mendongkrak daya saing UKM. Beragam bentuk program CSR juga diadakan dengan tujuan untuk mendorong taraf hidup masyarakat”, pungkas Eri.

Sumber : Kontan, 20.03.19.

19 Maret 2019

[190319.EN.AIR] Asia Pacific Airlines Suffer Decline in January Cargo Demand


ASIA PACIFIC cargo carriers saw international air freight markets weaken further in January, with demand dropping 3.8 per cent year-on-year, as measured by freight tonne kilometres (FTK), according to data released by the Association of Asia Pacific Airlines (AAPA).

AAPA attributed the decline in international air freight volumes to "global new export orders contracting on the back of slowing demand for foreign goods."

AAPA said: "Concerns over slower growth in major economies and unresolved trade tensions are affecting air cargo demand.

"Meanwhile, the expansion in offered freight capacity continued to outpace demand growth, with January's 2.8 per cent increase in offered freight capacity resulting in a 3.9 percentage point decline in the average international freight load factor to 56.6 per cent for the month," London's Air Cargo News quoted the association as saying.

In the run-up to the Chinese New Year, AAPA director general Andrew Herdman observed: "Expected increases in air cargo shipments were absent, as evidenced in the decline in air cargo volumes."

Source : HKSG.

[190319.ID.BIZ] Diskriminasi CPO Uni Eropa, RI Segera Bentuk Tim Sengketa WTO


Bisnis.com, BANDUNG—Pemerintah Republik Indonesia segera mengirim surat resmi ke organisasi dagang dunia (WTO) juga tim khusus terkait kebijakan diskriminatif dari Uni Eropa atas minyak kelapa sawit mentah (CPO) Indonesia.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan rencana ini tengah dimatangkan usai penyampaian 10 sikap resmi pemerintah terkait sikap Uni Eropa atas CPO Indonesia oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution.

“Satu tim pemerintah [disiapkan] untuk kemudian kita akan mengadukan ke WTO,” katanya di Gedung Sate, Bandung, Selasa (19/3).

Menurutnya pembentukan tim ini merupakan proses sebelum sampai secara resmi mengajukan pengaduan ke WTO sekaligus menunggu sikap Uni Eropa lebih jauh atas diskriminasi CPO. “Kalau mereka melakukan hal itu, kita juga bisa melakukan hal yang sama,” paparnya.

Enggar juga memastikan rencana melakukan sengketa ke WTO akan menentukan apakah Indonesia akan melanjutkan penyelesaian perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement ­­­(IEU-CEPA). “Kita lihat, yang pasti kita sengketakan ini dulu,” ujarnya.

Pengajuan sengketa ke WTO juga dipastikan memakan waktu sangat lama. Pemerintah RI pertama harus mengajukan surat resmi, kemudian menyiapkan pengacara khusus dan dokumen-dokumen legal. “Setahun, bisa tahunan,” tuturnya.

Meski memakan waktu panjang, Enggar menilai dampak dari hasil sengketa ini belum tentu besar bagi industri CPO Indonesia mengingat Uni Eropa belum mengimplementasikan rencana CPO tidak layak untuk bahan bakar “Iya [dampaknya besar] tapi kan mereka belum implemented. Itu keputusan Uni Eropa,” katanya.

Menurutnya diskiriminasi ini jelas diprotes keras pemerintah.

Enggar memastikan 10 sikap resmi yang sudah disampaikan Menko Perekonomian Darmin Nasution sudah jelas dan cukup mewakili suara pemerintah.

“Itu suara resmi pemerintah, sudah disampaikan dan kita akan memproses ke WTO,” ujarnya.

Di tempat yang sama Dirjen Perdagangan Luar Negeri Oke Nurwan mengatakan rencana sengketa ke WTO sudah sejak lama akan digulirkan.

Pihaknya kini tengah melakukan pendalaman terkait pasal mana saja dalam draft final  Renewable Energy Directive II (RED II). “Belum official, tapi kita pelajari yang diskiriminatif pasal mana saja, lagi pendalaman,” tuturnya.

Jika pendalaman ini menemukan terjadinya diskriminasi maka jika pihak pengacara dan pakar hukum memastikan hal tersebut bisa disengketakan ke WTO maka pemerintah akan memprosesnya.

“Apakah draft itu official jadi ketentuan x atau tidak. Kan Itu [soal diskiriminasi CPO] masih delegated act,” paparnya.

Pihaknya menilai rencana penghentian CPO pada 2030 dirasakan Indonesia terkesan diskriminatif. Namun penting bagi Indonesia bersikap setelah tuntas mempelajari pasal-pasal yang ada.

“Aturan mainnya seperti ap. Bahasanya [draf] kan sangat teknis sekali yang saya nggak ngerti, tapi kita harus tahu apa yang akan kita gugat, jangan asal bunyi,” katanya.

Menurutnya rencana gugatan sendiri belum ditentukan leading sectornya. Sementara saat ini untuk tahap diplomasi masih dipimpin oleh Kementerian Luar Negeri.

“Nggak ada tenggat waktu, yang penting bagi kita itu harus benar aturan, jangan sampai sudah berbiaya tinggi, tahu-tahu gagal [di sidang WTO],” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan bahwa selain tengah mempersiapkan diri untuk mengajukan gugatan melalui World Trade Organization (WTO), pemerintah juga akan mengadakan lawatan ke Uni Eropa (UE) pada 7 April 2019.

Dalam kesempatan tersebut, pemerintah akan menyampaikan posisi Indonesia kepada Parlemen UE atas keputusan Komisi UE terkait diskriminasi terhadap komoditas itu.

"Pemerintah menyampaikan keberatannya atas keputusan Komisi Eropa untuk mengadopsi Delegated Regulation yang mengklasifikasikan minyak sawit sebagai komoditas yang tidak berkelanjutan dan berisiko tinggi," tuturnya di sela-sela "Konferensi Pers Tentang European Union’s Delegated Regulation" di Jakarta, Senin (18/3/2019).

Sumber : Bisnis, 19.03.19.

18 Maret 2019

[180319.EN.SEA] IKEA, CMA CGM, Rotterdam Port Team Up In GoodShipping Programme


IKEA Transport & Logistics Services, CMA CGM and the port of Rotterdam have joined forces to test and scale the use of marine bio-fuel oil with the support of the GoodShipping Programme, a sustainable initiative dedicated to decarbonising ocean freight.

The test phase will kick off with a landmark bunkering of the marine bio-fuel oil on a CMA CGM containership on March 19.

The sustainable marine bio-fuel oil has been developed by GoodFuels, a leading provider of sustainable marine biofuels to the global commercial shipping fleet, after undergoing three years of intensive testing with marine engine manufacturers.

The second-generation bio-fuel oil is completely derived from forest residues and waste oil products and is expected to reduce by 80-90 per cent well-to-propeller carbon dioxide (CO2) emissions in comparison to fossil fuel equivalents and practically eliminates sulphur oxide (SOx) emissions - all without any requirement for engine modifications.

Through this collaboration, the partners aim to demonstrate the scalability, sustainability and technical compliance of sustainable marine bio-fuel oil and thereby spur wider development of realistic options to curb greenhouse gas and sulphur oxide emissions from shipping.

This announcement comes at a time when the shipping sector is at a crossroads, with owners and operators required to switch to low sulphur fuels by 2020 under new International Maritime Organization (IMO) greenhouse gas (GHG) reduction rules.

This also includes the goal of cutting average carbon intensity from shipping - the amount of carbon emitted for each unit of transport - by at least 40 per cent by 2030 and 70 per cent by 2050.

IKEA Global Transport & Logistics Services sustainability head Elisabeth Munck af Rosenschold said: "Through our pilot we want to show that the means for decarbonisation in terms of alternative fuels are available. We have a responsibility to do our part to reduce the impact of our ocean freight.

"Through our participation we send a signal to our customers and the ocean industry on our commitment to decarbonise. Only through collaboration can we achieve rapid, necessary change. With a successful pilot completed, our intention is to put the equivalent of at least all our containers out of Rotterdam on biofuel."

The GoodShipping Programme CEO Dirk Kronemeijer said: "The aim of our programme has always been not only to reduce carbon emissions from shipping, but to show that the means to accelerate the energy transition are already available for the sector to grasp.

"Together we send a very clear message: sustainable biofuels are ready today, and we can meet the pathways laid out by the IMO in a manner that is attractive to major cargo owners such as IKEA."

CMA Ships vice president Xavier Leclercq said: "We will be testing second-generation biofuel in one of CMA CGM's vessels for the first time. Having an HFO-equivalent solution in bio-fuel oil available with no engineering or operational changes required to our vessel offers a safe, manageable and innovative opportunity to facilitate shipping's wider transition to new fuel solutions."

Port of Rotterdam CEO Allard Castelein added: "The port of Rotterdam considers this initiative by IKEA, CMA CGM and GoodShipping to be a strong rallying cry to the shipping industry. This bunkering shows that decarbonisation of sea trade is well achievable.

"It's clear that shippers play an important role in decarbonising the industry. In Rotterdam the necessary infrastructure is available. Besides that, to support these kind of initiatives we have just started a four year period during which we have EUR5 million (US$5.66 million) to spend on stimulating specific projects to reduce carbon dioxide emissions from the global shipping industry."

Source : HKSG.