31 Oktober 2013

[311013.EN.SEA] Cosco Pacific Profit Up 4.7pc To US$80 Million As Revenues Rise 11pc

HONG KONG-listed Cosco Pacific has posted a 4.7 per cent third quarter year-on-year net profit increase to US$80 million, drawn on revenues of $203.1 million, up 11 per cent.

Total throughput in the third quarter from the 21 terminals it operates in China, Europe, Singapore, Taiwan and the Suez Canal increased 11.1 per cent year-on-year to 16.2 million TEU. In the first three quarters the company's terminals handled a total of 45.7 million TEU, up 10.2 per cent year on year.

The third quarter net profit excluded earnings contributed by China International Marine Containers (CIMC), in which China Cosco Holdings disposed of its stake in May, through Cosco Pacific to recoup its losses.

Cosco Pacific gained $393.4 million from the transaction, which pushed its bottom-line profit up to $640 million, an increase of 131 per cent over the third quarter of 2012 as the profit share from CIMC was included.

The biggest growth in terminal throughput in the third quarter was achieved by new investment in Taiwan's Kao Ming Container Terminal in Kaohsiung at 69 per cent year on year, handling 866,869 TEU.

Total third quarter container volume handled at terminals in the Bohai Rim rose 7.7 per cent year-on-year to six million TEU; volumes at Yangtze River Delta terminals were up 20.3 per cent to 2.6 million TEU.

Pearl River Delta terminals, including Shenzhen, Hong Kong and Guangzhou saw total volumes of 4.6 million TEU, an increase of 1.1 per cent year on year.

Overseas terminals in the third quarter handled a total of 2.1 million TEU, up 20.2 per cent year-on-year, with Piraeus Container Terminal handling 644,907 TEU, up 27.7 per cent; the Suez Canal Container Terminal handling 815,012 TEU, up 16.2 per cent; the Cosco-PSA Terminal's throughput down 5.7 per cent at 278,010 TEU and throughput at Antwerp Gateway increased to 364,333 TEU, up 47.6 per cent.

The overall average utilisation rate of the group's container leasing business over the three-month period dropped 1.1 per cent to 94.6 per cent year-on-year.


Source : HKSG.

[311013.ID.BIZ] Thomson Reuters PHK 3.000 Pekerjanya

TEMPO.CO, New York - Perusahaan jasa informasi Thomson Reuters yang berbasis di New York memangkas 3.000 pekerja sebagai bagian dari langkah penghematan. Juru bicara David Girardin mengatakan pemotongan terutama dilakukan pada divisi keuangan dan risiko perusahaan dan mewakili sekitar 5 persen dari total tenaga kerja perusahaan itu saat ini.

Thomson Reuters selama ini menyediakan informasi perdagangan dan data keuangan kepada investor. Selain itu, mereka juga mengoperasikan pasar perdagangan elektronik. Sebelumnya, awal tahun ini mereka telah memangkas sekitar 2.500 karyawan.

Pengumuman PHK ini dilakukan hampir berbarengan dengan laporan keuangan perusahaan pada kuartal ketiga yang turun sebesar 39 persen. Untuk kuartal yang berakhir 30 September, Thomson Reuters membukukan laba yang tersedia bagi pemegang saham umum U$ 271 juta, atau 33 sen per saham, turun dari US$ 441 juta, atau 53 sen per saham, pada kuartal yang sama tahun lalu.

Analis menyatakan keuntungan 46 sen per saham diperoleh pada pendapatan US$ 327 juta. Prospektus perusahaan tahun lalu menyatakan mereka memprediksi pertumbuhan pendapatan sebesar satu digit. Mereka juga menyatakan akan membeli kembali saham hingga US$ 1 miliar pada akhir  2014.

Thomson Reuters menjual data pasar, berita, dan informasi kepada orang-orang dalam industri keuangan, hukum, akuntansi, dan penelitian untuk industri. Sebagian besar pendapatan berasal dari langganan pada layanan tersebut.


Sumber : Tempo, 30.10.13.

30 Oktober 2013

[301013.EN.SEA] Hapag-Lloyd Shareholder Breakup Unlikely To Affect Carrier Operation


THE Albert Ballin consortium, which held a 78 per cent stake in Hapag-Lloyd, has dissolved ahead of schedule, but it is unlikely to have immediate operational impact on the world's fifth biggest container carrier.

The move is likely to strengthen the arm of incoming chief executive Rolf Habben-Jansen, giving him a freer hand, commented London's Lloyd's list.

The dissolution will also allow former participants to dispose of their shareholdings individually if they so wish. Control of Hapag-Lloyd passed to the consortium in 2008, after Singapore's Neptune Orient Line withdrew its offer to purchase the company from German tour operator Tui following the financial crisis.

TUI, which has long been keen to dump Hapag and back to its core business selling package tours, retains a 22 per cent interest and has long been hoping to mount an initial public offering for Hapag-Lloyd.

Sources aware of the situation said the consortium had from the outset been regarded as something with a five-year lifespan, which had been due to end by January anyway.

In the event, participants decided to pull the plug a few months early. A looser co-operation framework agreement has been prepared, but German media reports suggest it is unclear whether or not it will be signed.

The Albert Baillin consortium is led by the city-state authority in Hamburg, which owns 36.9 per cent, and logistics entrepreneur Klaus-Michael Kuehne with 28.2 per cent.

Other participants are insurers Signal Iduna with 5.3 per cent and Hanse Merkur with 1.8 per cent; HSH Nordbank with 2.9 per cent; and private investors Friedhelm Behn and Detlev Meyer, both in the fashion business, who together hold 2.9 per cent.

A spokesman for Hapag-Lloyd said the issue was entirely a matter for its shareholders and declined further comment.

Whatever TUI might want, an IPO seems pretty much excluded before this time next year, following a recent pronouncement from TUI chief financial officer Horst Baier. For an IPO to take place, "all the ingredients have to be right," he told a seminar earlier this month, adding, "That won't happen before autumn 2014."

Owing to state government involvement, there is also concern that an IPO any sooner would see local taxpayers lose out on their investment, the report said.

Source : HKSG.                                                      

[301013.ID.BIZ] Adiguna Sutowo dan Jejaring Bisnisnya

TEMPO.CO, Jakarta - Nama Adiguna Sutowo kembali mencuat. Kali ini terkait peristiwa perusakan yang terjadi di rumahnya di kawasan Pulomas Jakarta Timur. Adiguna Sutowo dikenal sebagai pengusaha. Namun, tahukah Anda, jenis usaha apa saja yang dia geluti? Putra mantan Direktur Utama PT Pertamina Ibnu Sutowo ini merajai bisnis farmasi, pertanian, bahan peledak, pesawat terbang, properti, perhotelan, sampai tempat hiburan dan otomotif.

Adiguna yang lahir pada 31 Mei 1958 sempat memperdalam sekolah bisnis di University of Southern California. Dia tercatat sebagai bos PT Suntri Sepuri yang berdiri pada 1998 dan bergerak di bidang farmasi. Perusahaan ini memproduksi tablet, kapsul, sirup dan suspensi, sirup kering/serbuk injeksi beta laktam. Ada juga perusahaan PT Adiguna Mesin Tani (agricultural).

Selain itu, pada September 1985, Adiguna patungan dengan Tommy Soeharto dan Sutikno Sudaryo di PT Mahasarana Buana (Mabuha). Bidang usahanya antara lain sebagai agen pesawat Fokker yang pernah menjual 15 pesawat untuk Sempati dan Pelita Air Service milik Tommy Soeharto.

Perusahaan lainnya berjualan dinamit untuk keperluan industri. Khusus dinamit Mabua, Adiguna mengelola gudang penyimpan bahan peledak di Pulau Momoi, dekat Batam, sebelum didistribusikan kepada para pelanggan.

Bisnis Adiguna semakin menggurita setelah pada 1992 bersama Soetikno Soedardjo dan Onky Soemarno mendirikan Hard Rock Cafe. Joint venture ini menghasilkan grup usaha PT Mugi Rekso Abadi (MRA) Group. Ketika itu joint venture terdiri atas Sutikno Sudaryo, Irwan Subiarto, Ongky Sumarno (Direktur Eksekutif Grup Humpuss) dan Yapto Suryosumarno. Saham mayoritas sebsar 70 persen dimiliki Adiguna dan Sutikno.

Grup MRA terdiri atas lima divisi (Food & Beverage, Media, Otomotif, Hotel & Properti, serta Gaya Hidup & Hiburan). Kelompok ini sedikitnya memiliki 35 perusahaan, antara lain: Zoom Bar & Lounge, BC Bar, Cafe 21, Radio Hard Rock FM (Jakarta, Bandung, Bali), i-Radio, majalah Kosmo, majalah FHM, Four Seasons Hotel dan Four Seasons Apartement di Bali, dealership Ferrari dan Maserati, Mercedes Benz, Harley Davidson, Ducati, B&0, dan Bulgari.

Bukan kali ini saja Adiguna melibatkan istri keduanya, Vika Dewayani Widyapurna, berurusan dengan polisi. Pada Januari 2005, Vika yang dikabarkan dinikahi Adiguna tahun 1990 harus menjalani pemeriksaan sebagai saksi kasus penembakan di Fluid Club & Lounge, Hotel Hilton.

Ketika itu Adiguna dituduh menembak Yohannes Brataman Haerudin alias Rudy Natong hingga tewas. Adiguna divonis 7 tahun penjara dari tuntutan seumur hidup. Dari pernikahan dengan Vika, dia memiliki dua orang anak, yakni Herwinto dan Cecile Seruni.

Kini Vika kembali berurusan dengan polisi. Dia melaporkan seorang wanita yang telah menabrak pagar rumahnya hingga roboh, Sabtu dinihari, 26 Oktober 2013. Selain merusak pagar, perempuan itu juga merusak tiga mobil Adiguna yang diparkir di kediamannya.


Sumber : Tempo, 30.10.13.

29 Oktober 2013

[291013.EN.SEA] Rickmers Profit Off 593pc To US$2.2 Million, Revenues Decline To 4pc

HAMBURG shipowner Rickmers Group has posted a first half 593 per cent net profit decline to EUR1.6 million (US$2.2 million) year on year, drawn on revenues of EUR288.2 million, down four per cent,

Rickmers seems to have weathered the shipping downturn far better than most, and is innovative in seeking new financing through the bond market, commented Lloyd's List.

Rickmers Group parent company Rickmers Holding has decided to increase the EUR175 million corporate bond issued in June by a further EUR75 million via a private placement with the issue price fixed at 100 per cent.

Rickmers Group is to use the proceeds from the second tranche to finance growth investments as service debt.

It has eight fuel-efficient 5,000 - 7,000-TEU ships on order with options for eight more, with private equity house Oaktree of the US putting up the cash and Rickmers providing shipmanagement expertise.

Rickmers will provide a range of services for the jointly acquired fleet of ships, including technical and commercial shipmanagement.

Rickmers has more than 20 offices in 11 countries and over 50 sales agencies worldwide. As well as ship management, its activities include breakbulk, heavylift and project cargo liner services and individual sailings.


Source : HKSG.

[291013.ID.BIZ] Ekonomi China Tumbuh 7,8% Didorong Investasi Infrastruktur

Bisnis.com, JAKARTA—Ekonomi China dilaporkan tumbuh 7,8% pada kuartal ketiga, yang menandakan percepatan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 7,5%.

CEO FX 1 Academy di Singapura Mario Santh Sing menerangkan kebangkitan ini banyak disebabkan oleh mini stimulus atau rangsangan kecil dari investasi di sektor infrastruktur, seperti jalan kereta api dan sistem subway, serta kebijakan keuangan yang lunak ketika People’s Bank of China (PBOC) mulai beroperasi lagi pada kuartal ketiga.

“Secara mendasar, pertumbuhan dalam kuartal ketiga tidak akan dapat bertahan atau akan diperpanjang satu kuartal lagi. Kelebihan kapasitas di antara industri yang berbeda dan properti yang menggelembung tetap menjadi persoalan utama dalam perekonomian China,” ungkapnya dalam surat elektronik yang diterima Bisnis, Jumat (25/10/2013).

Dia mengatakan, petunjuk ekonomi terkini untuk September termasuk ekspor yang secara tidak terduga mengecil menjadi 0,3% YoY. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi listrik, yang melambat menjadi 10,4% YoY dari 13,7% pada Agustus, menunjukkan pertumbuhan mungkin sudah mulai kehilangan momentum.  Namun,tuturnya, perlu bukti lebih untuk bertindak.

Dia berharap kepemimpinan China yang baru tidak boleh menentukan 'target yang besar' pada pertumbuhan produk domestic bruto (GDP) negara yang bergerak maju.

Dengan skenario ini, sambungnya, pemerintah bisa memperlambat rencana-rencana investasi infrastruktur bergerak maju, karena ini bukan solusi yang bias dipertahankan, terutama karena kongres partai yang ke 18 pada November semakin dekat. Cetak biru untuk reformasi ekonomi dan keuangan mungkin akan dikeluarkan.

Faktor penting lainnya untuk memutuskan tingkat pertumbuhan adalah perluasan shadow-banking. Apabila pemerintah memutuskan menambah regulasi pada system keuangan, perekonomian akan menderita seperti yang terjadi di awal tahun.

“Jadi, pemulihan pada kuartal ketiga pasti terjadi namun tidak secara merata. Besarnya ketidakseimbangan bergantung pada ukuran perusahaan, sifat perusahaan, sektor-sektor dan sumber dayanya. Namun, kita tidak punya gambaran yang jelas sampai Kongres Partai Komunis China,” ujarnya.


Sumber : Bisnis Indonesia, 25.10.13.

28 Oktober 2013

[281013.EN.SEA] New Industry Guidelines Emerge On Boosting Container Seal Security

THE International Seal Manufacturers Association (ISMA) has published industry best practice guidelines in compliance with ISO 17712:2013 Clause 6, standards relating to container seals.

The new version of ISO International Standard 17712, Freight containers - Mechanical seals, published in May 2013, contains a significant change in Clause 6, Evidence of tampering.

These new requirements take effect on May 14 and the impact on international commerce could be significant because of the way regulators, major shippers, carriers, and others use ISO 17712, said the ISMA.

Under it, virtually all maritime containers will require high security barrier seals certified by accredited third parties to conform to the new requirements, according to the ISMA statement..

Said ISMA chairwoman Mette Jordan: "The new Clause 6 requires careful thought and innovation by manufacturers to get it right. The transition window is tight. Security seal users need to be confident their suppliers can implement and be certified to have a timely quality management system in response to 17712:2013's novel requirement. To assure the efficacy and quality of the guideline, ISMA members will test the process themselves for the first Clause 6 certification cycle."

Christian Wenk of American Castings and Manufacturing, said: "At a minimum, this document can facilitate communication between a manufacturer and its ISO 9001 auditors to smooth the inspection and approval process."


Source : HKSG.

[281013.ID.BIZ] Tiket Elektronik Kereta Dongkrak Jumlah Penumpang

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Komersial PT Jakarta Commuter Jabodetabek Makmur Syaheran mengungkapkan penerapan sistem e-ticketing dan tarif progresif mendorong peningkatan jumlah pengguna commuter line. "Target kami sebenarnya enggak sampai 600 ribu per hari pada akhir tahun, tapi Juli kemarin, dengan kami terapkan e-ticketing, lalu ada tarif progresif, kenaikannya hampir 30 persen dari bulan sebelumnya," ucap Makmur usai menghadiri acara penandatanganan kerja sama PT KAI dan Bank CIMB Niaga terkait pembayaran tiket kereta secara e-commerce danmerchant di Kantor CIMB Niaga, Senin, 28 Oktober 2013.

Ia menjelaskan, sebelum Juli 2013, jumlah penumpangcommuter line mencapai 400 ribuan sehari. "Biasanya pertambahan kita kan gradually sekitar 5, 10, paling pol 15 persen tiap tahun," kata dia. Tahun depan, PT KAI menargetkan jumlah penumpang bisa mencapai 700 ribu per hari.

Sistem e-ticketing, menurut Makmur, membuat penumpang yang dulunya bisa naik tanpa tiket jadi tak bisa lagi melakukan itu. "Sekarang semua tertib kan. Yang free rider juga sudah tidak nyolong lagi," kata dia.

Makmur menjelaskan, pihaknya terus melakukan penambahan ratusan kereta tiap tahun untuk meningkatkan kapasitas dan mengganti kereta yang sudah habis masa pakai. Tahun ini, PT KAI membeli 180 kereta yang akan sampai di dalam negeri akhir pekan ini hingga Januari 2014. Semuanya dipesan dari Jepang. "Akhir Oktober ini datang sekitar 30. Sisanya terus setiap bulan sampai Januari. Kereta itu kami sertifikasi dulu sekitar 1 bulan. Desember awal sudah bisa kami jalankan," katanya. Sejauh ini, jumlah kereta comuter line yang beroperasi disebut-sebut mencapai sekitar 600-an kereta.

Tahun depan, PT KAI juga akan membeli 160 kereta lagi. "Nanti tender, dari Jepang boleh, dari yang lain boleh. Spec-nya diajukan dulu ke kementerian. Sehabis disetujui, kami tender," ucapnya. PT KAI menargetkan, pada 2019, jumlah penumpang commuter line bisa mencapai 1,2 juta sehari dengan waktu tunggu kereta di stasiun 4 menitan.


Sumber : Tempo, 28.10.13.

27 Oktober 2013

[271013.EN.LOG] DHL and BP Oil And Gas Giant Sign Global Contract On Inbound Logistics

GERMANY's DHL Global Forwarding has signed a new five-year global agreement with the British oil and gas giant BP to provide freight management and inbound forwarding.

Such "upstream solutions" relate to both the exploration and production of oil and gas as well as express delivery.

"DHL has been a reliable partner ever since we started working together and we look forward to expanding our close cooperation," said BP vice president Rick Monical.

DHL and BP already have an agreement on downstream logistics for fuels and lubricants in Europe, which involves DHL Supply Chain providing warehousing and distribution services.

Said DHL energy sector chief Steve Harley: "This is a testament to our commitment to improve our working partnership and the quality of our service for the energy industry."

Source : HKSG.

[271013.ID.BIZ] Perkuat Flickr, Yahoo Kembali Caplok Startup

Jakarta - Di tengah persaingan layanan berbagi foto, Flickr sebagai salah satu pemain lama terus berbenah. Baru-baru ini, Yahoo selaku pemilik flickr, melakukan akuisisi pada startup yang memiliki teknologi image recognition.

Startup tersebut bernama LookFlow yang didirikan pada tahun 2009. Sebagai bagian dari akuisisi ini, 5 teknisi startup tersebut akan bergabung di tim Flickr.

"Kami telah mengakuisisi LookFlow, perusahaan pengenal image," tegas juru bicara Yahoo seperti dikutip dari TheNextWeb, Kamis (24/10/2013).

LookFlow sendiri sangat bersemangat dengan pembelian itu. Bagi mereka, Flickr merupakan tempat koleksi foto terbesar.

Tidak ada informasi mengenai berapa nilai pembelian itu. Aksi akuisisi ini merupakan aksi kesekian kalinya yang dilakukan Yahoo di bawah kepemimpinan CEO Marissa Mayer. Sebelumnya, Yahoo juga mencaplok Tumblr yang bernilai USD 1,1 miliar.

Sumber : detikInet, 24.10.13.

24 Oktober 2013

[241013.EN.SEA] P3 Awaits Regulatory Approval To Become The World's Largest Alliance


AS THE world's top three lines press ahead with their proposed P3 alliance, regulators in China, Europe and the US will be scrutinising the details of the most ambitious vessel-sharing agreement (VSA) ever seen in the container shipping industry over the next few weeks.

Maersk, MSC and CMA CGM have now released details of joint fleet operations in the Asia-Europe, transpacific and transatlantic trades, involving 252 ships with combined capacity of 2.6 million TEU. These include Maersk's 18,270 TEU Triple-E ships and those of 16,000 TEU that CMA CGM and MSC have in service or on order.

The trio aims to inaugurate P3 operations in the second quarter of next year but will not start recruiting staff for the new fleet network centre or reorganising services until competition authorities have given them the green light, reports Lloyd's List.

In Europe, the three carriers have to self-assess to ensure there is no abuse of their dominant position, as consortia market share thresholds will be breached, but have held informal meetings with antitrust officials in Brussels to explain the purpose of the initiative. They also have to notify the authorities in Germany where the network centre is regarded as a merger.

The three partners are filing their proposed alliance with the Federal Maritime Commission in Washington and need to get approval from the Chinese regulators.

The vessel sharing agreement has been brought to the attention of China's Ministry of Transport and the Ministry of Commerce, which are examining the competition implications of the joint network centre.

Until regulatory clearance has been obtained, the three lines will not start moving ships around in preparation for the start of joint fleet operations. That process will take at least a couple of months, said Maersk chief trade and marketing officer Vincent Clerc, who is spearheading the initiative along with MSC's Diego Aponte and CMA CGM's Rodolphe Saade.

With these competition issues still to be settled, recruitment for the joint operations centre in London is unlikely to begin before the first quarter of 2014, Mr Clerc told Containerisation International.


Source : HKSG.

[241013.ID.BIZ] Tahun Ini Alfamart Bangun 4 Pusat Distribusi

Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang 2013, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. telah membuka 4 pusat distribusi untuk menyuplai pasokan barang ke 8.000 gerai Afamart yang telah beroperasi.

Corporate Affair Director Alfamart Solihin menjelaskan empat pusat distribusi tersebut di bangun di Pekanbaru, Jember, dan Banjarmasin. Untuk masing-masing pusat distribusi bisa menyuplai 150 - 400 gerai Alfamart.

Sementara itu, untuk nilai investasi pembangunan pusat distribusi, Alfamart harus merogoh kocek nyaris Rp100 miliar, Rp40 miliar hingga Rp60 miliar di antaranya untuk kebutuhan pembangunan gedung.

“Untuk lahannya beda lagi, tergantung daerahnya. Untuk pembangunan 1 pusat distribusi bisa sampai Rp100 miliar kurang sedikit,” ujarnya seusai penandatangan kerja sama dengan Lion Air untuk pembayaran tiket di Jakarta, Rabu (23/10/2013).

Dengan pembangunan 4 pusat distribusi itu, tercatat hingga saat ini Alfamart sudah mengoperasikan 23 pusat distribusi yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Sementara itu, mengenai ekspansi pembukaan gerai baru, hingga kuarta III/2013 Alfamart telah membuka lebih dari 800 gerai, melampaui target yang ditentukan perusahaan sebanyak 800 gerai sepanjang tahun.

“Kalau jumlah pastinya saya tidak bisa sebutkan, karena hari ini saja ada gerai Alfamart baru yang dibuka. Tapi yang pasti sudah lebih dari 800 gerai yang sudah beroperasi,” katanya.

Sebelumnya di 2013 perusahaan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp1,3 triliun untuk pembukaan 800 gerai baru dan 5 pusat distribusi.

Ekspansi tersebut guna mencapai pertumbuhan pendapatan di tahun ini sebesar 15%, atau mencapai angka Rp24,5 triliun.


Sumber : Bisnis Indonesia, 23.10.13.

23 Oktober 2013

[231013.EN.BIZ] Teamsters Threaten Canadian National Railway With Strike October 28

TEAMSTERS Canada Rail Conference (TCRC) is threatening to strike against the Canadian National Railway (CN) on October 28 over working conditions, alleging excessive hours of work and less time off between trips.

The Teamsters union, which represents about 3,300 conductors, trainmen, yardmen and traffic coordinators, has requested for extension of mediation talks following a breakdown on October 7.

The breakdown in talks has led to a 21-day "cooling off" period. The labour contract expired on July 22.

Teamster spokesman Roland Hackl said the issue is employee safety. CN stands by changes it agreed to, saying they would "positively affect the health and safety of employees".

Said Mr Hackl: "The railway uses an old tactic: pointing a gun to its workers' heads to force concessions and the employer fails to understand that people are not machines and that you should never place profits before people."

Source : HKSG.


[231013.ID.BIZ] Symbian: 'Android' yang Dikudeta Android

Jakarta - Symbian dan Nokia merupakan gabungan kisah sukses yang pernah sangat lama merajai pasar ponsel dunia. Tapi kini, cerita manis keduanya hanya akan menjadi bagian dari masa lalu seiring kudeta Android.

1 Januari 2014 akan menjadi hari dimana Nokia secara resmi menghentikan sepenuhnya dukungan terhadap Symbian. Mulai dari update hingga perhatian ke para pengembang aplikasinya.

Banyak faktor yang menyebabkan Nokia akhirnya memilih kebijakan tak populis ini. Mulai dari kedigdayaan Android hingga pilihan Nokia ke Windows Phone, sehingga menjadikan Symbian bukan lagi sistem operasi pilihan utama.

Sebelum akhirnya 'lonceng kematian' itu benar-benar berbunyi, ada cerita tentang Symbian yang masih layak untuk diangkat kembali. Kisah dimana Symbian masih berjaya, dan sebelum ada Android pastinya.

Berikut kisahnya seperti detikINET rangkum dari ZDnet, Rabu (9/10/203).

1. Sejarah Symbian
Sekitar tahun 1980, perusahan piranti lunak bernama Psion Software membangun sebuah platform yang diberi nama Symbian. Fokus ke sistem operasi mobile, membuat Psion berubah nama menjadi Symbian Ltd pada tahun 1998.

Seperti halnya Android, Symbian Ltd ini semacam konsorsium yang didukung oleh sejumlah perusahaan ternama seperti Nokia, Motorola dan Samsung. Tapi memang, Nokia yang paling banyak berkontribusi.

Sepuluh tahun setelahnya atau tepatnya tahun 2008, Nokia mengambil alih sebagian besar kemudi di Symbian Foundation. Terlebih saat itu, vendor Samsung dan Motorola mulai mengendurkan dukungannya.

Berharap Symbian semakin besar di tangan Nokia, nyatanya di awal tahun 2012, perusahaan yang berdiri di Finlandia itu malah memutuskan untuk berhenti mendukung sistem operasi Symbian.

2. Symbian Penemu Smartphone
Kembali pada pertengahan 2007, Nokia dan Symbian terus menanjak posisinya di tempat teratas dalam daftar penjualan smartphone global, dengan market share hingga 65%.

Saat itu, setiap satu dari dua ponsel yang terjual di seluruh dunia terdapat logo Nokia di belakangnya. Antara Nokia dan Symbian menjadi pasangan serasi yang seolah-olah tak tergantikan.

Nokia yang berbasis di Helsinki, memiliki inovasi yang menarik di perangkat keras dan Symbian yang bermarkas di London membantu mengembangkann software yang menghubungkan pengguna dengan dunia luar.

Ya, boleh dibilang Symbian lah penemu kategori smartphone consumer, bila dilihat dari sisi kesuksesan penjualan.

3. Android Sebelum Android
Kini, Android menguasai kurang lebih separuh penjualan smartphone di dunia. Tapi, banyak dari karakteristik yang membantu Android sukses, sebetulnya sudah digunakan oleh Symbian di tahun sebelumnya.

Seperti Android, Symbian--sebelum menjadi pengikut Nokia--digunakan dalam handset oleh banyak produsen besar, seperti Ericsson dan Samsung. Tapi, Symbian masih bisa menjaga kestabilan OS-nya, walau hadir di banyak handset.

Symbian pun sejatinya adalah sistem operasi terbuka. Buktinya, OS ini masih mengizinkan kustomisasi oleh pihak ketiga. Dari ketebukaan ini muncul pengembangan OS lain dari Symbian.

Sebut saja, S60 (Nokia, Samsung dan LG), UIQ (Sony Ericsson dan Motorola) dan MOAP (S) (Jepang seperti Fujitsu, Sharp dll).

4. Ekosistem dan Aplikasi
Berbeda dengan Android, sistem operasi Symbian ini tidak menggunakan ponsel untuk menjual ekosistem, namun menggunakan ekosistem untuk menjual ponsel.

Dua hal yang berbeda inilah membuat Symbian lebih dikenal sering merangkul dan mendorong pengembang ketiga. Bahkan hasil rayuannya berhasil membuat inisiatif bernama Symbian Signed di tahun 2005.

Ini semacam cara agar aplikasi pihak ketiga bisa masuk dengan lancar tanpa perlu mendapatkan persetujuan rumit. Sehingga proses mendapatkan aplikasi ke tangan pengguna aplikasi bisa lebih cepat dan mudah.

Memang, cara ini dianggap lebih baik dari Android, tapi tak demikian dalam hal mengejar kuantitas aplikasi dari App Store milik Apple. Karena jumlah aplikasi Symbian kalah mentereng dibandingkan iOS.

Symbian perlu 7 tahun untuk mengejar 10 ribu aplikasi, sedangkan iOS tak mencapai setahun untuk mendapatkannya. Apalagi diketahui, App Store telah menjadi rumah yang baik bagi pengembang saat ini.

5. Apa Salah Symbian?
Symbian kian terpuruk setelah duopoli Android dan iOS menguasa pasar smartphone. Dengan segala sumber daya dan pengalamannya, seharusnya Symbian bisa terus berjaya.

Jawaban dari permasalahan itu adalah warisan kolot dari masa lalu. Menurut Lee Williams, mantan kepala Symbian Foundation, karena selain warisan Psion-nya, Symbian 'disandera' oleh mitra dan industri pada umumnya.

"Untuk mengeluarkan produk Symbian pada waktu itu kami harus disertifikasi lebih dari 200 jaringan atau operator di seluruh dunia."

"Aku ingat dalam satu kasus ada 10.000 persyaratan untuk mendapatkan produk Symbian ke jaringan satu operator adalah Symbian tidak boleh menghubungkan dengan WiFi," ungkap Williams, betapa terkekangnya Symbian saat itu.

Alhasil, Symbian menjadi platform high end yang mengalami stagnasi, tidak bisa membuatnya cukup cepat dalam menarik pengembang.


Sumber : detikInet, 09.10.13.

22 Oktober 2013

[221013.EN.SEA] Big Forwarders Face Volatility, But Maintain Stable Profits: SeaIntel

A COMPARISON of freight forwarders and carriers between 2008 and 2012 found the volume of cargo arranged by large forwarders was more volatile than that moved by carriers, according to Copenhagen-based consulting firm SeaIntel said.

"When times are tough and demand is dwindling, the NVOCCs (non-vessel-operating common carriers) see liftings decrease faster than carriers, and conversely see them growing faster when the market picks up," said SeaIntel in its Sunday Spotlight newsletter.

"The advantage of this flexibility can be seen by comparing the financial results from the carriers and forwarders. As an example, the container industry is estimated to have lost around US$20 billion in 2009 during the height of the financial crisis - in the same period the major NVOCCs made a profit," the firm said.

SeaIntel said its analysis found COSCO, Hanjin, Mediterranean Shipping Co, APL and Maersk Line are the five carriers that experienced the highest growth rate in lifted volumes from 2008 to 2012, while at the other end of the scale RCL, CSAV, SITC, Hapag-Lloyd and Zim have not exceeded their 2008 level yet, according to American Shipper.

It found the forwarders Hellmann Logistics, DB Schenker and Kuehne & Nagel have experienced the highest growth rate from 2008 to 2012.

Chief operating officer and partner in SeaIntel, Alan Murphy, said "our analysis shows that the carriers and forwarders have grown their volumes at an almost similar pace since 2008. However, the difference is that the forwarders saw their volumes dwindle more than the carriers in 2009 and the forwarders have experienced a larger increase in volumes in 2011 and 2012, compared to the carriers."

SeaIntel found forwarders have experienced an extremely stable development in their profit during the period, while the carriers' development continues to be highly volatile.


Source : HKSG.

[221013.ID.BIZ] Lenovo Makin Serius Caplok HTC

Jakarta - Lenovo sepertinya tengah berada di puncak kejayaannya. Setelah sebelumnya sempat menjadi salah satu kandidat pemilik baru BlackBerry, kini produsen asal China itu dilaporkan sudah dalam tahap negosiasi untuk mengakuisisi HTC.

Bahkan, pembicaraan serius antara Lenovo dan HTC disebutkan sudah berlangsung cukup lama, yakni sejak bulan Agustus silam.

Bila kata deal sudah didapatkan, kemungkinan aksi pengambilalihan ini bakal diumumkan pada awal tahun 2014 mendatang.

Layaknya akuisisi Lenovo terhadap divisi komputer consumer milik IBM yang berujung pada penggunaan brand ThinkPad pada jajaran produknya, akuisisi HTC sepertinya bakal berujung pada hal serupa.

Jadi jangan kaget bila ke depannya penikmat smartphone bakal menemukan produk dengan sebutan Lenovo One, hasil kombinasi antara merk Lenovo dan brand ‘One’ milik HTC. Tentunya semua itu masih bersifat intermezzo hingga pengumuman secara resmi diumumkan.

Adapun tujuan utama Lenovo yang ingin mengakuisisi HTC, seperti dikutip detikINET dari Phone Arena, Kamis (10/10/2013), adalah ingin menegaskan eksistensinya di pasar smartphone, khusus di negara-negara barat dimana HTC telah lebih dikenal luas ketimbang smartphone Lenovo.


Sumber : detikInet, 10.10.13.

21 Oktober 2013

[211013.EN.SEA] OOCL Merges Two All-water US East Coast Services For Winter Season

HONG KONG's Orient Overseas Container Line (OOCL) has announced that its all-water Savannah New York Express (NYE) and South China East Coast Express (SCE) Asia loops to US east coast will be merged into a new NYE/SCE Combo for the winter.

"Market conditions will continue to be monitored while this service arrangement runs until approximately May of 2014," said the OOCL statement.

Specifically, the NYE's last sailing will be that of the 4,922-TEU Hyundai Grace 052E departing Kaohsiung on October 28. The SCE's last sailing will be the 3,320-TEU ZIM Haifa 39E departing Xiamen on October 24.

The new NYE/SCE Combo port rotation will be: Xiamen, Kaohsiung, Hong Kong, Shenzhen-Yantian, Shanghai-Yangshan, Busan, Manzanillo, Kingston, Savannah, Charleston, New York, Norfolk, Jacksonville, Kingston, Manzanillo, Balboa, Busan and back to Xiamen.

The new NYE/SCE starts with the sailing of the 3,310-TEU ZIM Ontario 22E on Week 44, departing Xiamen on November 1.


Source : HKSG.

[211013.ID.BIZ] Kebakaran Berlanjut, Australia Umumkan Keadaan Darurat

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah negara bagian New South Wales Australia akhirnya mengumumkan keadaan darurat akibat kebakaran hutan terus meluas di wilayah berpeduduk terpadat itu.

Gubernur Negara Bagian New South Wales, Barry O’Farrell menandatangani surat keadaan darurat itu waktu tengah malam, Minggu (20/10/2013) setelah kebakaran tersebut meluas hingga wilayah barat Sydney dan menghanguskan ratusan rumah serta menutupi kota tersebut dengan asap.

Dalam surat tersebut, O’Farrell memerintahkan evakuasi paksa, membongkar bangun yang terancam kebakaran serta memadamkan arus listri dan gas.

Sedikitnya 2.000 tenaga pemadam kebakaran berjuang memadamkan api di 58 titik di negara bagian tersebut, termasuk 14 titk api yang belum  terjangkau, menurut Komisioner Layanan Kebakaran Pedesaan Australia, Shane Fitzsimmons kepada wartawan sebagaimana dikutipBloomberg, Senin (21/10/2013).

Musim kebakaran hutan di negara itu terjadi lebih awal dari biasanya selain musim kering yang berlebihan pada September. Peluang hujan turun untuk membantu memadamkan api yang melalap hingga kawasan Blue Mountains seluas 80 kilometers di barat Sydney juga sangat kecil.

“Kebakaran ini sulit ditangani dan masih akan berlangsung lama,” ujar Fitzsimmons. Kondisinya akan semakin memburuk pada 23 Oktober dan dua dari tiga titik di kawasan Blue Mountains berpotensi untuk menyatu.

Api telah melahap 208 bangunan dan merusak 122 lainnya, menurut pihak pemadam kebakaran negara itu. Sekitar 735 klaim dengan nilai total US$A58 juta telah diajukan ke pemerintah, menurut Insurance Council of Australia.


Sumber : Bisnis Indonesia, 21.10.13.

20 Oktober 2013

[201013.EN.LOG] EU e-Compliance to Distill Shipping Regulations Into One IT Format

A NEW three-year European research project, partly funded by the EU, has been launched to increase regulatory compliance and enforcement in shipping through the development of a software package, reports London's Tanker Operator.

The plethora rules and regulations, the long lifetimes of ships and the different phases of their operation add to the complexity resulting in many not knowing which rules apply for a given vessel in a given situation.

Deploying "e-Compliance" plans to effect tighter integration through a widely available information package. The e-Compliance project involves BMT Group, DNV GL, Danaos Shipping, INLECOM Systems, The Netherlands Organisation for Applied Scientific Research (TNO), TEMIS, Acciona Infraestructuras, PORTIC Barcelona, Norsk Marinteknisk Forskningsinstitutt.

The project will be closely aligned with the EU e-Maritime initiative to bring about electronic regulatory information management.

The project is run by three main stakeholders, classification societies, enforcement agencies and ships, said the EU statement, announcing the scheme.

Said e-Compliance project manager Philipp Lohrmann: "There are numerous disparate initiatives and projects that address specific aspects of the regulatory domain. The e-Compliance project will bring these together, using their most promising aspects to increase coherence in maritime regulation."

Aims include the establishment of a co-operation model between regulation setting and enforcement authorities for modelling and interpreting regulations and ensuring harmonisation across national and organisational boundaries, modelling and delivery of regulations in electronic format, harmonised e-Services for more effective and co-ordinated enforcement controls and inspections, e-services in support of class requirements, particularly on surveys and for ship risk management in upgraded e-Maritime applications.

Source : HKSG.

[201013.ID.AIR] Efisiensi Avtur, Antara Keseimbangan Bisnis & Green Aviation

Bisnis.com, JAKARTA - Puji Nur Handayani masih mengingat titah Dirut PT Garuda Indonesia Tbk. Emirsyah Satar yang disampaikan beberapa kali dalam rapat 3 bulanan maskapai pelat merah itu yaitu efisiensi, efisiensi, dan efisiensi.

Bekerja di Garuda sejak 18 tahun silam, baru 3 tahun Puji bertanggung jawab soal efisiensi operasi, salah satunya menangani perencanaan dan pengawasan penggunaan bahan bakar.

“Setiap rapat beliau selalu tekankan itu, efisiensi,” katanyasaat ditemui di Garuda City Center, Cengkareng, Jumat (13/9/2013).

Tugas mengawasi penggunaan bahan bakar pesawat yang dikenal dengan nama aviation turbine fuel (avtur) atau jet A1 itu cukup sentral dalam operasional maskapai yang memulai penerbangan perdana pada 1949. Kontrol terhadap avtur penting bagi maskapai pelat merah itu karena menggerus 30%-40% dari total biaya operasi.

Irit avtur ialah satu dari sekian banyak strategi Garuda, selain hemat penggunaan air, perbaikan teknologi dengan mengganti pesawat, dan efektivitas operasi. Pesawat Garuda mengisap miliaran  liter avtur. Tahun ini, Garuda membutuhkan 1,45 miliar liter jet A1, naik dari tahun lalu 1,21 miliar liter.

Dengan estimasi harga US$1 per liter, perlu anggaran avtur mencapai US$1,45 miliar atau setara dengan Rp14,5 triliun. Efisiensi itu mampu dilakukan dengan baik pada tahun lalu karena dari rencana 1,21 miliar liter terpakai 1,18 miliar liter atau hemat 24%.

Hal itu, lebih baik dari 2011 yang awalnya dianggarkan 1,13 miliar liter dan terpakai 1,10 miliar liter, atau hemat 22%. “Tiap tahun naik, karena memang pesawat kami bertambah,” ujarnya.

Pada tahun ini, lembaga riset penerbangan CAPA Center for Aviation memperkirakan Garuda Indonesia Group, termasuk Citilink, bersama dengan Lion Air menjadi maskapai dengan armada terbanyak di Asia Tenggara, menyalip Grup Singapore Airlines.

Akhir tahun ini, Garuda akanmengoperasikan 139 unit pesawat, sedangkan Lion Air sebanyak 145 unit pesawat. Ini baru dari dua grup maskapai, belum ditambah dengan maskapai  lain misalnya Indonesia AirAsia, Merpati Nusantara, Sriwijaya Air, hingga Indonesia Air Transport. Sulit dihitung berapa miliar liter pertambahan avtur yang dibutuhkan oleh maskapai itu.

Pada tahun ini, Singapore Airlines (SIA), kompetitor Garuda untuk kelas full service juga  mengonsumsi jet A1 besar mencapai 1,29 miliar liter, naik dari tahun keuangan 2011/2012 yakni 1,23 miliar liter.

Manajemen Lion Air dan Citilink enggan membeberkan kebutuhan  avtur. Indonesia AirAsia memberikan data kebutuhan avtur pada tahun ini naik 25% dari tahun lalu untuk periode  Januari–Agustus meski Chief Operating Officer Indonesia AirAsia Ridzki Kramadibrata tak menyebutkan detailnya. “Total penerbangan kami pun naik 37%,” ujarnya.

Efisiensi avtur itu penting sebagai komitmen maskapai seiring dengan upaya pemerintah dan dunia, untuk mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2).

Pencemaran udara, salah satunya karena avtur, dinilai berbahaya bagi kehidupan terutama karena terkikisnya lapisan ozon yang melindungi bumi dari sinar matahari.

Selain efisiensi bahan bakar, langkah lain ialah mengistirahatkan atau mengembalikan pesawat lama yang boros avtur ke perusahaan penyewaan pesawat.

Garuda sudah melakukannya dengan mengembalikan Boeing 737-300, diikuti oleh anak usahanya, Citilink. Sriwijaya Air juga menghentikan pemakaian B737-200 per 23 Agustus  2013, sedangkan Indonesia AirAsia menerapkan kebijakan memakai satu tipe yaitu Airbus A320, tipe sama yang juga digunakan Citilink.

“Selain lebih nyaman, Airbus A320 juga dapat menghemat bahan bakar sehingga dapat mengurangi emisi karbon,” kata Ridzki.

 **
Tak bisa dipungkiri selain alasan demi atmosfer agar lebih hijau, tentu saja maskapai tak mau dibebankan cukup besar biaya operasi dari lini bahan bakar. Bagaimana bisa untung kalau menyedot avtur banyak apalagi dolar AS menguat terus.

Kapten Sudiman Riyanto Noto, VP Corporate Quality, Safety, and Environtment Management Garuda mengatakan pola efisiensi itu bukan terbatas pada bahan bakar.

Industri penerbangan kini beralih mencari sumber alternatif lain selain minyak fosil atau dikenal dengan istilah energi terbarukan, salah satunya biofuel.

Lantaran ongkos produksi biofuel sekitar 3 kali lipat dari harga jet A1, maka diambil jalan tengah agar biofuel dicampur dengan avtur. “Ini jadi isu dunia mencari sumber energi baru yang terbarukan, trial campur avtur di beberapa maskapai juga dilakukan, kami belum,” katanya.

Adalah, Lufthansa menjadi maskapai pertama di dunia yang menguji coba biofuel pada pertengahan Juli 2011. Pesawat A321 memakai campuran avtur dan 50% biosynthetic kerosene saat terbang reguler rute Hamburg-Frankfurt dalam 6 bulan. Hasilnya luar biasa, emisi karbon turun hingga 1.500 ton.

Bagi Glory Henriette, Manager Public Relations SIA, komitmen partisipasi dalamgreen aviation dilakukan dengan meningkatkan efisiensi operasi melalui praktik ramah lingkungan terbaik di semua bidang.

Namun diakui, SIA belum menguji coba biofuel sebagaimana Lufthansa mengingat perlu ada kelayakan teknis yang dibentuk melalui sertifikasi internasional. Manager Corporate Communication Sriwijaya Air Agus Soedjono pun punya tanggapan serupa.

“Penggunaan biofuel baik tetapi kami belum melakukan uji coba. Jangan sampai upaya itu juga mengabaikan safety. Biofuel itu bagus sekali,” katanya.

Dalam ulasan Bob Saynor, Ausilio Bauen, dan Matthew Leach dari Imperial College Centre for Energy Policy and Technology, Inggris, disebutkan beberapa opsi energi terbarukan yang bisa menjadi pilihan untuk bahan bakar pesawat.

Studi yang dipublikasikan dalam makalah “The Potential for Renewable Energy Sources in Aviation (PRESAV)” itu mengidentifikasi enam pilihan bahan bakar terbarukan untuk pesawat jet yakni biodiesel, metanol, etanol, minyak tanah fischer-tropsch (minyak tanah sintetis dengan metode fischer-tropsch, minyak tanah dihasilkan dari biomassa), hidrogen, dan bio-metana.

Meski begitu, ketiganya mengkhawatirkan perkembangan teknologi dalam meningkatkan penggunaan energi terbarukan belum mampu mengimbangi pertumbuhan signifikan dari industri penerbangan. “Akibatnya emisi dari sektor penerbangan akan meningkat,” papar mereka.

Di Tanah Air, Kementerian Perhubungan sudah memasang target bahwa pada 2016 mendatang, semua maskapai di Indonesia akan menggunakan komposisi bahan bakar campuran antara avtur dan biofuel. Uji coba awal bisa dilakukan antara 1%-2% biofuel dan sisanya menggunakan avtur.

Terdapat tiga hal yang menjadi fokus pemerintah yakni bandara ramah lingkungan (green airport), penerbangan ramah lingkungan (green flight), dan green space atau upaya dalam membuat rute penerbangan lebih efisien.
Itu sebabnya pada 23 September lalu, Kemenhub akhirnya menggandeng Organisasi Penerbangan Sipil International (ICAO) dalam program perlindungan lingkungan di bidang aviasi.  Dengan kerja sama itu, ICAO bakal memberi bantuan teknis dan pendampingan untuk memperkuat dan meningkatkan organisasi, regulasi, SDM, dan sistem berkaitan dengan penerapan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Gas Rumah Kaca.

Rencana aksi itu memang sudah dihembuskan Presiden SBY pada November 2007 dan pada 2009 diperkuat dengan komitmen presiden bahwa Indonesia dengan sukarela menerapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca 26% pada 2020, bahkan bisa berkurang 41% bila dibantu dana internasional.

PT Pertamina sebagai pemasok utama avtur bagi maskapai nasional pun tengah melakukan riset penggunaan biofuel pada pesawat. Hanya saja komitmen pemerintah khususnya dari sektor transportasi udara itu masih lambat realisasinya dengan berbagai kendala.

Pertama, Indonesia belum bisa membuat biofuel untuk pesawat karena membutuhkan syarat yang pelik.
Kedua, infrastruktur bandara di Indonesia yang kebanyakan sudah penuh kapasitasnya sehingga maskapai mengeluhkan antrian panjang dan holding (berputar-putar) di udara yang menyebabkan penambahan pembakaran avtur, itu beban juga bagi maskapai.

Ketiga, konflik sosial terancam mengemuka dari lahan pertanian misalnya bila bahan dasar biofuel dibuat dari kelapa sawit. Ini yang banyak ditentang oleh lembaga swadaya masyarakat sehingga diharapkan bahan dasar biofuel tidak terbatas pada sawit. Semakin banyak biofuel dibutuhkan dari sawit, makin besar potensi lahan sawit diperluas.

Manajer Advokasi Bioregion dan Perubahan Iklim Walhi Deddy Ratih paham betul soal ini. Oleh karena itu dia berpesan agar pemerintah mesti memperkuat industri dalam negeri khususnya industri hilir guna menghindarkan impor.

Pihaknya juga meminta pemerintah agar punya strategi yang tak hanya berpatokan bahwa Indonesia kaya bahan baku tapi bagaimana industri hilir bisa memproduksi. Bila tidak, dampaknya malah ke industri hulu karena akan terjadi perluasan lahan misalnya kelapa sawit.

“Bahan bakarnya dari mana? Siapa yang diuntungkan? Sementara kita belum siap, kalau tak ada upaya kesiapan industri hilir dampaknya ke hulu. Pemenuhan energi masih kurang. Kalau maskapai kita pakai biofuel, enggak diproduksi di sini, tapi kita masih impor,” katanya.

Dia menekankan jangan sampai, orientasi pengembangan industri penerbangan semata untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka pendek tapi jangka panjang karena dunia, kini mengarahkan radarnya pada ekonomi hijau dengan penggunaan sumber energi yang lebih efisien.

Hanya saja baginya tugas pengurangan emisi karbon memang bukan hanya tanggung jawab operator udara dan kementerian terkait, melainkan perlu didukung sektor lain termasuk transportasi darat, laut, kereta api, dan lainnya.


Sumber : Bisnis Indonesia, 30.09.13 / Kredit Foto : Tempo.