13 April 2018

[130418.ID.BIZ] Potensi Kebocoran Data Facebook Ternyata Telah Disinyalir Enam Tahun Lalu


Bisnis.com, JAKARTA – Terungkapnya kebocoran data besar-besaran pada Facebook telah mengejutkan pengguna, investor, hingga anggota parlemen Amerika Serikat dalam beberapa pekan terakhir. Tapi ternyata kejadian ini sudah diperkirakan enam tahun lalu.

Raksasa media sosial tersebut telah memperingatkan potensi pelanggaran oleh pihak ketiga lebih dari enam tahun yang lalu ketika pertama kali mengajukan go public.

Dalam prospektus IPO 2012, Facebook menyebutkan tentang penyalahgunaan akses atau pengungkapan informasi pengguna sebagai faktor risiko yang berpotensi membahayakan reputasi dan prospek keuangan perusahaan.

“Upaya kami untuk melindungi informasi yang dipilih oleh pengguna kami untuk dibagikan menggunakan Facebook kemungkinan tidak berhasil, karena tindakan pihak ketiga, kesalahan perangkat lunak atau malfungsi teknis lainnya, kesalahan atau pelanggaran karyawan, atau faktor lainnya,” papar Facebook.

“Selain itu, pihak ketiga dapat mencoba mengecoh karyawan atau pengguna untuk mengungkapkan informasi demi mendapatkan akses ke data kami ataupun pengguna kami. Jika peristiwa ini terjadi, informasi pengguna kami dapat diakses atau diungkapkan secara tidak benar,” lanjutnya, seperti dikutip CNBC.

Tetap saja, tak satu pun dari pernyataan itu bisa dijadikan alasan atas masalah kontrol data dan perlindungan privasi dalam Facebook yang telah terpapar luas dalam beberapa pekan terakhir.

Tapi peringatan tersebut menunjukkan kesadaran Facebook atas risiko-risiko umum yang terkait dengan platform terbuka.

CEO Facebook Mark Zuckerberg menghabiskan dua hari terakhir di depan Kongres AS untuk menggambarkan kasus 'pelanggaran kepercayaan' ini.

Kasus ini berawal ketika firma riset Cambridge Analytica memperoleh data pribadi sebanyak 87 juta pengguna Facebook dari pengembang aplikasi Aleksandr Kogan, yang mengumpulkan data pengguna melalui aplikasi kuis psikologi.

Facebook telah mengecam Kogan dan Cambridge Analytica, serta mengklarifikasi bahwa sudah lama mengubah kebijakan yang memungkinkan pengumpulan data seperti itu.

Kepada anggota Kongres pada hari Rabu (11/4/2018) waktu setempat, Zuckerberg mengatakan perusahaan sedang mempertimbangkan tindakan hukum terhadap Cambridge Analytica dan Kogan. Cambridge Analytica sendiri telah membantah melakukan kesalahan.

Paparan Facebook dalam prospektus itu menguraikan risiko persis seperti perilaku yang telah memukul perusahaan saat ini.

“Beberapa pengembang Platform dapat menyimpan informasi yang disediakan oleh pengguna kami melalui aplikasi di Platform Facebook atau situs web yang terintegrasi dengan Facebook,” lanjut Facebook.

“Jika pihak ketiga atau pengembang Platform ini gagal mengadopsi atau mematuhi praktik keamanan data yang ada, atau gagal mematuhi persyaratan dan kebijakan kami ataupun dalam hal pelanggaran jaringan mereka, data pengguna kami mungkin diakses atau diungkapkan secara tidak benar.”

Facebook juga benar tentang konsekuensi dari kebocoran semacam itu.

“Setiap insiden yang melibatkan akses tidak sah atau penggunaan yang tidak semestinya terhadap informasi pengguna kami dapat merusak reputasi dan merek kami serta memperkecil posisi kompetitif kami. Selain itu, pengguna yang terpengaruh atau otoritas pemerintah dapat melakukan prosedur hukum atau peraturan.”

Terlepas dari ini, Facebook tetap dominan, dengan lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan global pada platform inti, 800 juta pengguna aktif Instagram, dan 1,5 miliar pengguna WhatsApp.

Tetap saja investor merasa dirugikan. Facebook telah kehilangan puluhan miliar dolar dalam nilai pasar sejak laporan kebocoran Cambridge Analytica pertama kali muncul.

Perusahaan ini juga sekarang menghadapi risiko peraturan yang lebih besar dari anggota parlemen AS, yang telah mengambil kesempatan untuk mempertanyakan kewajiban hukum Facebook dan kemampuan untuk mengawasi data penggunanya dengan benar.

Sumber : Bisnis Indonesia, 13.04.18.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar