05 April 2012

[050412.ID.BIZ] Inilah Perjalanan Panjang Bank Danamon ...






Suatu sore menjelang rapat Komite Kebijakan Sektor Keuangan pada Mei 2003 di Departemen Keuangan (sekarang Kementerian Keuangan). Saat itu, saya beserta beberapa teman meliput rapat Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK) yang membahas mengenai perkembangan restrukturisasi utang maupun penanganan utang debitur kelas kakap yang ditangani oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).


Kebetulan menjelang rapat KKSK, saya berpapasan dengan Ketua BPPN Syafruddin Arsyad Temenggung dan menanyakan kapan uang divestasi Bank Danamon masuk ke rekening BPPN. Dia kemudian menunjukkan bukti faksimili transfer uang masuk ke rekening BPPN di Citibank dari hasil penerimaan divestasi 51% saham Bank Danamon.

Saat itu, BPPN telah menetapkan konsorsium Asia Finance yang dimiliki oleh Temasek Holding dan Deutsche Bank sebagai pemenang divestasi 51% saham Bank Danamon mengalahkan Konsorsium Bhakti Capital Indonesia dan Konsorsium Bank Artha Graha. Konsorsium Bank Artha Graha dinyatakan gugur karena memasukkan penawaran tanpa disertai jaminan (bid bond) senilai US$15 juta.

Konsorsium Asia Financial beranggotakan Temasek Holdings dengan kepemilikan 85% dan sisanya adalah Deutsche Bank dengan porsi 15%. Harga yang ditawarkan Asia Financial adalah sebesar Rp1.202 per saham mengalahkan konsorsium Bhakti Capital yang mengajukan penawaran sebesar Rp1.025 per saham.

Milik Usman Admadjaja

Penawaran dari Asia Financial merefleksikan 1,27 kali nilai buku Bank Danamon per 31 Desember 2002 yang telah diaudit. Bank Danamon terpaksa harus masuk penanganan BPPN karena pemiliknya Usman Admadjaja tak mampu melunasi kucuran dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) maupun obligasi rekap senilai Rp28,8 triliun.

Setelah dihitung dengan sejumlah transaksi lain, lelaki kelahiran Tanjungkarang, Lampung, pada 1947 tersebut diwajibkan membayar kepada BPPN senilai Rp12,5 triliun. Selanjutnya Temasek memegang kendali terhadap Bank Danamon dengan sejumlah nama yang keluar masuk dari entitas bisnis tersebut. Setelah dipimpin oleh Francis Andrew Rozario, berlanjut ke Sebastian Paredes dan kemudian Henry Ho Hon Cheong.

Salah satu keputusan penting yang dilakukan oleh Bank Danamon adalah membeli PT Adira Dinamika Multifinance Tbk dan masuk ke pasar kredit mikro melalui Danamon Simpan Pinjam. Akuisisi terhadap Adira dilakukan secara bertahap dan dituntaskan pada tahun lalu sehingga Bank Danamon menguasai 95% perusahaan pembiayaan tersebut #Tanda persiapan divestasi Danamon#  Henry Ho secara resmi masuk ke Bank Danamon pada 29 April 2010 setelah Sebastian Paredes mundur pada Januari.

Setelah dari BII, Henry Ho mampir sebentar ke Temasek Holdings dan menjabat sebagai Managing Director. Sebelumnya,  Henry Ho adalah eks Direktur Utama PT Bank Internasional Indonesia Tbk menggantikan Sigit Pramono (yang kemudian menjabat sebagai Dirut PT Bank Negara Indonesia Tbk) dan berperan dalam membantu penyelesaian transaksi penjualan bank tersebut ke Malayan Banking Berhad pada 2008.

Malayan Banking Berhad membeli 56,8% saham PT Bank Internasional Indonesia Tbk yang dimiliki oleh konsorsium Sorak Financial senilai Rp13,65 triliun. Konsorsium tersebut dimiliki oleh Fullerton Financial Holding (anak usaha Temasek) dan Kookmin Bank, Korea Selatan.

Masuknya Henry Ho menimbulkan spekulasi di sejumlah pelaku pasar, kapan Bank Danamon akan dijual. Ternyata spekulasi tersebut benar. Setelah didahului penawaran saham terbatas (rights issue) Bank Danamon senilai Rp4,9 triliun  pada pertengahan semester II 2011,  DBS Group Holding Ltd. pada awal pekan ini mengumumkan telah mengakuisisi seluruh saham Fullerton Financial Holdings yang ada di Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd. Asia Financial memiliki 6,45 miliar saham atau setara dengan kepemilikan 67,37% saham Bank Danamon.

Harga yang disepakati adalah  Rp45,2 triliun dengan kesepakatan harga Rp7.000 per saham. Setelah transaksi ini selesai, DBS akan menggelar penawaran tender sesuai dengan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No IX.H.I terhadap seluruh saham Bank Danamon yang ada di pasar modal pada level harga Rp7.000.

Harga tersebut merupakan premium 56,3% di atas volume weighted average price dalam sebulan terakhir yang berada di level Rp4.480 per saham. Selanjutnya, DBS akan menerbitkan 439 juta saham baru untuk Temasek pada level harga S$14,07 per saham atau setara dengan S$6,2 miliar. Transaksi ini akan meningkatkan kepemilikan saham Temasek di DBS dari semula 29% menjadi 40%. Bisa disebut tidak ada yang berubah dengan entitas pemegang saham pengendali, hanya berganti nama tetapi belakangnya tetap saja Temasek. (munir.haikal@bisnis.co.id)

Sumber : Bisnis Indonesia, 03.04.12.

Info terkait Bank Danamon, silakan baca [030412.ID.BIZ] Aksi Korporasi : DBS Caplok DANAMON US$3,2 Miliar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar