09 Februari 2019

[090219.ID.BIZ] Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2020-2024 Tidak Akan Sampai 7%


Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan potensial Indonesia pada 2020-2024 ternyata diperkirakan belum bisa mencapai 7%. Perkiraan pertumbuhan potensial Indonesia 2020-2024 dalam skenario moderat hanya akan berkisar di level 5,68%.

Adapun, skenario terburuk memperkirakan pertumbuhan potensial Indonesia pada periode tersebut hanya sekitar 5,52%. Sementara itu, skenario yang paling optimistis memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tanah Air dapat mencapai rata-rata 6,31%. Angka-angka tersebut terungkap dalam laporan Bappenas dan Asian Development Bank (ADB) Policies To Support The Development of Indonesia's Manufacturing Sector During 2020-2024.

Dalam skenario moderat, ADB dan Bappenas menilai dalam periode tersebut komposisi struktural lapangan pekerjaan serta perkembangan sektor manufakturnya relatif sama. Skenario terburuk memperlihatkan kondisi di mana pangsa penciptaan lapangan kerja dari sektor manufaktur semakin berkurang. Bahkan, industri manufaktur tidak lagi menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, skenario optimistis memperhitungkan peran sektor manufaktur yang berhasil menjadi motor pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menjamurnya industri berdaya saing yang tinggi. 

Laporan ADB dan Bappenas tersebut mengungkapkan sumber kesulitan Indonesia untuk mencapai pertumbuhan di atas 6% adalah menciutnya demografis penduduk di Indonesia seiring berkurangnya pertumbuhan populasi usia kerja yang turut memberatkan efek positif dari pertumbuhan produktivitas tenaga kerja.

Menurut laporan ini, Indonesia bisa mencapai rata-rata pertumbuhan 7,9% dengan catatan, yaitu pertumbuhan ekonomi pada 2019-2021 harus berada di atas 8% dan pangsa lapangan pekerjaan dari sektor manufaktur harus mencapai 19%-26%.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan sebenarnya pihaknya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode 2020-2024 sekitar 5,4%-5,7%.

"5,4%-5,7% itu rata-ratanya, tetapi pertumbuhan selama periode tersebut bisa saja berada di bawah 5,4% atau di kisaran 6%," ungkap Bambang dalam sesi jumpa pers selepas peluncuran laporan ADB-Bappenas, Jumat (8/2/2019).

Menurutnya, pertumbuhan dalam kisaran tersebut memiliki banyak upaya yang harus ditempuh. Salah satunya, Indonesia harus mendorong sektor manufaktur sebagai pendorong pertumbuhan. Produk manufaktur Indonesia harus dapat masuk ke dalam global value chain.  "Jadi target utamanya adalah bagaimana membawa produk Indonesia agar bisa masuk ke pasar manufaktur global," ujar Bambang.

Salah satu yang bisa ditempuh adalah dengan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam yang banyak dimiliki di Tanah Air.

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Anton Gunawan menilai Indonesia tidak harus serta merta beralih dari eksportir sumber daya alam menjadi eksportir barang jadi hasil industri manufaktur.

"Kita bisa tetap mengembangkan manufaktur tetapi yang based-nya natural resources," kata Anton.  Dia mencontohkan cobalt yang bisa diolah sebagai bahan baku baterai.

Untuk masuk ke global value chain, Anton menilai Indonesia tidak harus mengekspor bahan jadi. Bahan antara atau barang setengah jadi juga dapat diberdayakan, selama barang tersebut memiliki kualitas yang bagus.

Sumber : Bisnis, 09.02.19.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar