30 Agustus 2020

[300820.ID.BIZ] Mengenal Tadashi Yanai, Bos Uniqlo Yang Jadi Orang Terkaya di Jepang

 


KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pasca berakhirnya Perang Dunia II, Jepang perlahan bangkit menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Dukungan dana dari Amerika Serikat setelah perang usai benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh Jepang.

Saat ini, perusahaan-perusahaan Jepang sudah sangat dikenal di berbagai penjuru dunia. Jepang menguasai industri dari berbagai macam sektor, mulai dari telekomunikasi, otomotif, musik, perfilman, hingga fashion.

Awal tahun ini, Forbes mencatat daftar orang terkaya di Jepang, dan yang ada di posisi puncak adalah Tadashi Yanai, founder dan presiden Fast Retailing yang membawahi Uniqlo. Bisnis ritel fashion ini sekarang sudah menancapkan kakinya di banyak negara, termasuk Indonesia.

Tadashi Yanai resmi tercatat sebagai orang terkaya di Jepang oleh Forbes dalam laporannya bulan April 2020 lalu. Saat itu kekayaan Yanai ditaksir ada di angka $22,3 triliun.

Perusahaan ritelnya, yakni Fast Retailing, sekarang menjadi perusahaan pakaian terbesar keempat di dunia dengan lebih dari 2.000 toko ritel di seluruh dunia.

Beberapa merek terkenal yang ada di bawah jaringan ini antara lain Uniqlo, Helmut Lang, Theory, Comptoir des Cotonniers, Princesse tam.tam, J Brand, dan g.u.

Uniqlo sebagai ujung tombaknya saat ini bertujuan untuk meningkatkan penjualan hingga US$ 50 miliar pada tahun 2020, sebagian besar akan diupayakan melalui ekspansi di AS, China, serta penjualan online.

Pada tahun 1984, Yanai mulai menjabat sebagai presiden dari jaringan clothing milik ayahnya yang memiliki 22 gerai. Setelah itu, ia mulai membuka toko baru di Hiroshima dengan nama Uniqlo Clothing Warehouse, atau saat ini akrab disebut dengan Uniqlo.

Bisnis Uniqlo berjalan sangat baik di Jepang. Hingga tahun 1998, Yanai sudah mampu membuka 300 gerai Uniqlo di seluruh Jepang.

"Saya mungkin terlihat sukses tetapi saya telah membuat banyak kesalahan. Orang menganggap kegagalan mereka terlalu serius. Anda harus positif dan yakin bahwa Anda akan menemukan kesuksesan di kemudian hari," ungkap Yanai dalam wawancaranya dengan majalah Monocle.

Pendekatan yang dilakukan Yanai dalam bisnis Uniqlo juga dinilai berbeda dengan kebanyakan merek fashion lainnya.

Zara misalnya, bisnis pakaian terbesar di dunia ini selalu merespons dengan cepat setiap tren mode yang muncul. Dengan cepat mereka langsung memproduksi model baru yang didistribusikan ke gerai-gerai hanya dalam waktu dua minggu.

Sementara Uniqlo melakukan hal yang sebaliknya. Uniqlo cenderung tidak mengikuti tren yang berkembang. Mereka merencanakan produksi pakaiannya hingga satu tahun sebelumnya.

Atas dasar pendekatan inilah Yanai menyebut bahwa Uniqlo bukan lah bisnis mode, melainkan bisnis teknologi.

Sekarang Yanai, bersama dengan Fast Retailing dan Uniqlo, berambisi untuk mengalahkan raksasa fashion dunia seperti H&M serta Inditex yang merupakan induk perusahaan dari Zara.

Sumber : Kontan, 30.08.2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar