02 Februari 2021

[020221.ID.BIZ] Kacau! Perdagangan Pangan Global Terpukul Krisis Kontainer

 

Bisnis.com, JAKARTA - Kelangkaan kontainer dunia membuat bahan pangan menumpuk di banyak tempat. Perdagangan otomatis terhambat, harga sejumlah bahan pangan pun melambung.

Persaingan global untuk mengamankan kontainer membuat Thailand tidak dapat mengirimkan berasnya, Kanada menahan pasokan kacang polongnya, dan India urung menyalurkan gula.

Ravi Gupta, Presiden Shree Renuka Sugars Ltd. mengatakan India sebagai produsen gula terbesar kedua di dunia, hanya mengekspor 70.000 metrik ton pada Januari, kurang dari seperlima volume yang dikirim setahun sebelumnya.

Sedangkan Vietnam, produsen biji kopi robusta terbesar yang digunakan untuk membuat minuman instan dan espresso, juga berjuang untuk mengekspor. Le Tien Hung, ketua Simexco Dak Lak, eksportir nomor dua di Vietnam mengatakan pengiriman turun lebih dari 20 persen pada November dan Desember tahun lalu.

"Salah satu pelanggan [biasanya] mengirimkan 8 hingga 10 kontainer beras setiap minggu dari Thailand ke Los Angeles. Namun dia hanya bisa mengirim 2 sampai 3 kontainer seminggu sekarang," kata Steve Kranig, Direktur Logistik perusahaan kargo IM-EX Global Inc., dilansir Bloomberg, Selasa (2/2/2021).

Ada tanda-tanda bahwa tarif angkutan yang melonjak menaikkan harga sejumlah barang pangan. Harga gula putih melonjak ke level tertinggi dalam tiga tahun pada bulan lalu.

Eric Wenberg, Direktur Eksekutif Aliansi Khusus Soya and Grains, mengatakan penundaan pengiriman kedelai food grade dari Amerika Serikat dapat berarti biaya tahu dan susu kedelai yang lebih tinggi bagi konsumen di Asia.

Meskipun tidak jarang kontainer kembali dalam keadaan kosong setelah perjalanan, operator biasanya mencoba mengisinya kembali untuk mendapatkan keuntungan dari tarif pengiriman di kedua arah.

Namun, biaya pengiriman barang dari China ke Amerika Serikat hampir 10 kali lebih tinggi daripada perjalanan sebaliknya, mendorong operator untuk memilih tak mengisi kontainer dalam perjalanan kembali.

Masalah intinya adalah bahwa China, yang telah pulih lebih cepat dari Covid-19, telah meningkatkan ekspornya dan membayar harga yang besar untuk peti kemas. Hal itu membuatnya jauh lebih menguntungkan untuk mengirimnya pulang dalam keadaan kosong daripada mengisinya kembali.

Direktur Eksekutif Gene Seroka mengatakan di pelabuhan terbesar AS di Los Angeles, tiga dari empat kontainer kembali ke Asia dalam keadaan kosong. Di seluruh dunia, beberapa pembeli bahan makanan menunggu sementara yang lain menghentikan pembelian sama sekali.

"Anda tidak hanya akan kekurangan makanan, tetapi juga kekurangan segalanya. Saya tidak akan terkejut mendengar tarif pengiriman beberapa pemilik kargo yang menguntungkan untuk musim pengiriman 2021-2022 dua kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya," kata Kranig dari IM-EX Global.

Jika prediksi itu terbukti, setelah sebagian besar orang Amerika Utara dan Eropa divaksinasi, beberapa dari tarif angkutan yang tinggi tersebut dapat diteruskan kepada konsumen saat mereka kembali ke kafe, restoran, dan menara perkantoran.

Krisis kontainer datang tepat ketika pengirim dari AS mencoba meningkatkan ekspor sejumlah bahan mulai dari kedelai hingga biji-bijian ke Asia. China mengimpor kedelai dari AS untuk memberi makan kawanan babi yang pulih dari penyakit mematikan lebih cepat dari yang diperkirakan.

Situasinya sangat mengerikan sehingga beberapa pembeli membatalkan kontrak, memilih metode pengiriman massal, yang paling umum untuk produk pakan, atau menunda pembelian untuk menghindari biaya pengiriman yang tinggi.

"Kami tahu bahwa beberapa pembeli kedelai terbesar dan paling konsisten di industri ini di Asia selama bertahun-tahun sekarang memilih untuk membeli pasokan kapal curah,” kata Doug Grennan, Wakil Presiden Biji-bijian dan Minyak Sayur Global di Scoular Co.

Sumber : Bisnis, 02.02.2021.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar