17 Mei 2013

[170513.ID.BIZ] Kiat Pemasaran : Kedepankan Desain Dengan Kesantunan & Ceria

-- “Dari yang hanya satu-dua lusin per produksi hingga berkembang sampai sekarang, saya sudah memiliki tigabrand.”--

Leny Puspadewi mungkin seperti kebanyakan wanita lainnya yang memiliki hobi berbelanja pakaian. Tak tanggung-tanggung, jika ada diskon gede-gedean, wanita yang akrab disapa Leny itu memborong habis-habisan beragam jenis pakaian favorite-nya.

“Padahal kalau sudah sampai di rumah, barang-barang yang saya beli hanya menumpuk di lemari. Ya itu tadi, kalo belanja saya suka boros,” ungkapnya kepada Bisnis belum lama ini.

Namun siapa sangka, hobinya itu memberi inspirasi untuk memulai usaha. Pada kisaran 2004-2005, ide untuk membangun usaha terlintas begitu saja.

“Sampai suatu hari, karena tumpukan belanjaannya sudah sedemikian menggunung, suami bertanya: ”Itu apaan yang numpuk Bun?” tambahnya menirukan percakapan suaminya.

Leny sadar, pertanyaan sang suami tersebut bukan hanya semata-mata asal bertanya. Akan tetapi, pertanyaan ‘menyentil’ itu merupakan ide yang seolah-olah datang begitu saja dari langit.

Begitu suaminya tahu hasil belanjaanya sama sekali belum pernah dipakai, bahkan masih terbungkus plastik dengan rapih, Fauzi Rachmanto sang suami melontarkan gagasan brilian padanya. “Dijual lagi aja [belanjaannya] ke temen-temen atau tetangga, kan sayang, mubazir itu” katanya.

Usulan dari sang suami disambut baik. Sesegera mungkin, wanita kelahiran November 1969 itu pun langsung menjual ‘tumpukan’ pakaiannya itu ke beberapa kerabat dan saudara.

“Alhamdulillah, jualannya laris manis, karena memang didiskon abis, dan banyak juga barang dengan modelnya yang sudah lama,” ungkapnya.

Sejak itulah otak bisnis Leny mulai berseliweran. Bahkan sejak ia mencoba usaha dadakan itu, tak sedikit teman-temannya memesan baju yang mereka inginkan. “Ya, dengan senang hati saya carikan pesanan mereka, itung-itung memuaskan hobi belanja saya.”

Dari situlah dia mulai berjualan busana milik orang lain. Lama kelamaan, di tengah-tengah mendayung perahu bisnisnya, ada saja ketidakpuasan dari pelanggan.

PRODUKSI SENDIRI

Pada 2007, setelah bertemu dengan teman dan kenalan baru, yang sudah membuka bisnis busana dengan brand terkenal, Leny memberanikan diri memproduksi busana muslim sendiri dengan bimbingan temannya itu.
“Dari yang hanya satu-dua lusin per produksi hingga berkembang sampai sekarang, saya sudah memiliki tiga brand,” katanya yang mengaku hanya bermodal Rp750.000 saat membuka usahanya itu.

Berawal 2009 dia mulai membangun merek Rumah Lentik. Seiring dengan waktu berjalan, Leny mulai melakukan ekspansi membukabrand baru dengan nama Zirac dan Salfaz, meskipun untuk produksinya sendiri sudah berjalan pada dua tahun sebelumnya. Hanya saja dia belum percaya diri mematenkan brand dengan kuantiti yang belum banyak.

Leny menyebutkan jenis produk Rumah Lentik antara lain busana muslim baik untuk pria maupun wanita. Bisnis busana muslim khususnya brand Rumah Lentik dan Zirac yang dilakoni Leny memiliki kelebihan tersendiri dengan sentuhan atau kombinasi batik Indonesia. Selain itu, bahan yang digunakan mengutamakan kenyamanan dengan desain yang disesuaikan tren fesyen yang berlaku.

Untuk kualitas bahan dan jahitan, lanjutnya, produk lebih terjaga dan sisi harga lebih ekonomis dibandingkan produk lain yang kualitas bahan, desain dan jahitnya setara. Dari ketiga brand itu, Leny membagi karakter yang dapat membuat pelanggan melekat dan ingat terhadap produk-produknya.

Rumah Lentik, lanjut Leny, sebagian besar diproduksi untuk wanita berusia 25-55 tahun, desainnya mengutamakan kesantunan, keanggunan dan keeleganan. Sementara Zirac, merupakan busana untuk pria dewasa berusia 25-55 tahun, desainnya mengutamakan kedewasaan, kecerdasan, dan kehangatan persahabatan.

“Adapun untuk merek Salfaz, kami peruntukkan bagi kalangan wanita muda berusia 16-35 tahun, desain yang dibuat lebih mengedepankan kesantunan, keceriaan dan lebih berenergi,” ujarnya.

Rumah Lentik memproduksi barang jualannya per dua bulan sekali dengan menampilkan model-model terbaru setiap keluarannya. Masing-masing desain dibuat secara ekslusif sekitar 50 unit per desain.

Leny Puspadewi menyebutkan, untuk masalah harga, pelanggan tidak usah terlalu khawatir karena harga setiap produk yang dijual beragam tergantung bahan dan kerumitan desainnya.

“Untuk baju, kami jual dengan harga mulai dari Rp125.000-Rp395.000. sementara untuk kerudung, shawl, pashmina biasa berkisar Rp25.000-Rp65.000. Dan untuk aksesoris seperti bros dan korsase cukup Rp15.000-Rp25.000.”

Ekspansi ke Produk Sepatu

Rasa banggaLeny Puspadewi dalam melakoni bisnis busana dengan tigabrand Rumah Lentik, Zirac dan Salfaz terpancar kuat dalam dirinya.

Wanita yang juga berprofesi sebagai salah satu dosen di perguruan tinggi di Bandung itu mengaku senang bisa menginspirasi para pebisnis pemula untuk tetap semangat meraih impian.

“Selain memegang matakuliah kewirausahaan, saya juga sering curhat dan berbagi dengan mahasiswa tentang bagaimana memulai usaha,” katanya.

Hal lain yang cukup membanggakan bagi lulusan S2 Ilmu Politik itu bisa membantu menafkahi lima orang karyawan, yang sebelumnya belum pernah terpikir bisa memiliki pegawai.

Leny memaparkan merek Rumah Lentik memiliki makna erat dengan nama keluarganya. Dia menyebutkan, kata Lentik itu diambil dari nama depannya Len, sedangkan Tik bisa dimaknai Batik atau Cantik.

Sementara, brand Zirac diambil dari nama suami tercintanya Zi, Fauzi dan Rac, Rachmanto. “Sedangkan nama Salfaz diambil dari potongan nama kedua anak tercinta yakni Sal, Salsabila Athaya Zahra, putri sulung dan Faz, Faza atau Naufan Haidar Faza,” paparnya.

Kesuksesan membangun bisnis sangat dirasakan olehnya sehingga wanita pengagum Maher Zein itu berencana untuk melabarkan sayapnya dengan membuka usaha baru. “Kalau rencana melebarkan sayap, ya masih di seputar fesyen, saya ingin merambah ke produksi sepatu dan tas. Dan semoga bisa segera terlaksana,” ujarnya. (Miftahul Khoer)

Sejak Rumah Lentik berdiri, bisnis yang berlokasi di Jl. Gunung Batu Bandung itu memiliki pangsa pasar yang tidak jauh-jauh amat di lingkup konsumen dalam negeri. Akan tetapi tidak sedikit pelanggan asal Singapura dan Hong Kong memesan produk-produk tangan dingin Leny.

Leny mengaku bangga saat produk Rumah Lentik pernah dipamerkan di Amerika Serikat dan Kanada oleh pihak Kementerian Luar Negeri. “Namun lebih seringnya sih ikut pameran di Bandung dan Jakarta saja, mengingat sumber daya manusianya belum memadai untuk berpameran lebih jauh,” paparnya.

Sumber : Bisnis Indonesia, 16.05.13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar