27 Juni 2012

[270612.ID.AIR] Restrukturisasi Merpati : 10 Rute Merugi Ditutup


JAKARTA: Maskapai Merpati Nusantara Airlines mulai merealisasikan rencana restrukturisasi  dengan menutup 10 rute penerbangan yang merugi dari 124 rute yang diterbangi, sehingga load factor ditarget mencapai 90%.

Dampak penutupan rute ini langsung dirasakan yakni dalam sepekan terakhir mampu mencatat untung operasional hingga Rp500 juta per hari. Sebelumnya maskapai pelat merah ini dalam 5 tahun terakhir mengklaim merugi Rp1,5 miliar per hari.

Direktur Utama Merpati Nusantara Airlines Rudy Setyopurnomo mengatakan dari 124 rute yag diterbanginya, perseroan sudah menutup 10 rute merugi, diantaranya Jakarta via Bandara Halim Perdana Kusumah ke Bandung, serta Jakarta-Pangkal Pinang.

“Untuk rute penerbangan Jakarta-Bandung, kapasitas pesawat untuk 56 penumpang, tetapi penumpangnya hanya dua. Berbulan-bulan dibiarkan saja akibatnya terus merugi,” kata Rudy, Senin (25/6).

Dia menyebutkan dari 124 rute penerbangan, yang ditutup sudah 10, rute yang lain digabung. Namun untuk rute potensial ke Indonesia bagian Timur seperti Merauke, Jayapura, dan Sorong tidak ada yang ditutup, begitu juga rute perintis tetap dilayani.

Rudy menjelaskan penutupan rute ini seiring program restrukturisasi yang dilakukannya untuk menyehatkan keuangan perusahaan mengingat dari 124 rute yang diterbangi Merpati, yang mampu memberi keuntungan hanya 12 rute, sisanya 112 merugi.

Sebelumnya Rudy menyatakan dalam program restrukturisasi, dia akan menutup 10%-20% rute yang merugi atau 24 rute.

“Dari penutupan rute yang merugi ini serta mengurus penerbangan-penerbangan yang ada, kami sudah mencatat laba operasional dalam sepekan terakhir sebesar Rp500 juta per hari, padahal sebelumnya dalam 5 tahun terakhir selalu merugi hingga Rp1,5 miliar per hari,” ucapnya.

Rudy menargetkan dalam waktu enam bulan ke depan, pihaknya mampu mencatat keuntungan 15% dari total pendapatan, saat ini keuntungan Merpati baru mencapai 6%.

Dia menyebutkan pendapatan hingga akhir 2012 ditargetkan Rp2 triliun- Rp3 triliun atau meningkat 42% bila dibandingkan tahun lalu Rp1,6 triliun. Kontribusi pendapatan dari rute penerbangan komersial mencapai 80%, sisanya untuk rute penerbangan perintis.

Target keuntungan ini, imbuh Rudy, seiring dengan upaya menggenjot load factor (keterisian) penumpang menjadi rata-rata 90% dari kapasitas kursi di pesawat.

"Sekarang sudah 86%, kadang-kadang 92%. Tetapi belum konsisten, masih mengalami naik turun," katanya. (Bsi)

Sumber : bisnis Indonesia, 25.06.12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar