29 Juli 2020

[290720.ID.BIZ] Pandemi Mulai Mengganggu Laba Perbankan


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berlangsung sejak awal tahun, imbas negatif pandemi baru dirasakan perbankan pada kuartal II-2020. Dus, laba perbankan selama semester I-2020 turun meski masih ada beberapa bank yang tercatat meraih pertumbuhan positif.

Di kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Panin Tbk (PNBN) yang sudah mempublikasikan kinerja semester I-2020. Keduanya sama-sama mencatat penurunan laba.

Laba BCA turun 4,83% (yoy) menjadi Rp 12,24 triliun. Menggunungnya biaya pencadangan yang dibentuk BCA akibat restrukturisasi kredit terimbas pandemi jadi salah satu alasan penyusutan laba.

Sepanjang semester I-2020, bank swasta terbesar di tanah air ini telah membentuk biaya provisi Rp 6,54 triliun, meningkat 167,3% (yoy) dibandingkan periode serupa tahun lalu. Adapun sepanjang kuartal II-2020, BBCA telah menerima permohonan restrukturisasi kredit senilai Rp 115 triliun dari 118.000 debitur. Dari total tersebut, senilai Rp 69,3 triliun telah disetujui.

“Kami melihat ada potensi peningkatan restrukturisasi hingga 20%-30% dari portofolio kredit kami yang berasal dari 200.000-250.000 debitur,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja, Senin (27/7) kemarin.

Meski demikian, fungsi intermediasi BCA sejatinya masih cukup mumpuni. Penyaluran kredit BCA masih tumbuh 5,29% (yoy). Jahja pun masih optimistis hingga akhir tahun BCA masih dapat mencetak pertumbuhan positif, apalagi kini ketentuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai melonggar. “Kami berharap dengan adanya transisi PSBB ekonomi bisa kembali ke level 30-60% pada kondisi normal,” imbuh Jahja.

BUKU 4 lainnya yaitu Bank Panin juga mengalami hal serupa. Laba BCA pada semester I-2020 turun 19,46% menjadi Rp 1,34 triliun. Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo bilang penurunan laba seiring permintaan kredit yang juga melemah.

Kredit Bank Panin juga turun 9,04% (yoy) menjadi Rp 139,63 triliun. Padahal pendapatan bunga bersih tercatat meningkat tipis 2,43% (yoy) menjadi Rp 4,45 triliun, serta beban bunga juga menurun 14,96% (yoy) menjadi Rp 3,80 triliun. Adapun penyaluran kredit juga merosot 9,04% (yoy) menjadi Rp 139,62 triliun.

“Penurunan kredit tersebut sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya risiko akibat pandemi. Dengan kondisi seperti ini, masih bisa mencetak laba sebenarnya sudah cukup baik,” katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (29/7).

Tak cuma bank besar, laba bank menengah di kelas BUKU 3 juga turun. Ada PT Bank BTPN Tbk (BTPN) yang labanya turun 12,63% (yoy) menjadi Rp 1,23 triliun pada semester I-2020.

Laba BTPN tertekan akibat meningkatnya biaya kredit alias cost of credit sebesar 63% (yoy) ditambah merosotnya pendapatan bunga. Sementara pertumbuhan portofolio kredit BTPN sebesar 5% (yoy) menjadi Rp 150,5 triliun.

Kinerja tersebut juga tak terlepas dari dampak pandemi. Hingga Juni 2020, BTPN telah melakukan restrukturisasi kredit akibat pandemi mencapai Rp 4,1 triliun atau setara 3% dari portofolio kredit.

Masih positif

Biarpun secara mayoritas laba perbankan turun, ternyata masih ada beberapa bank yang dapat mempertahankan tren yang positif. PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) misalnya masih mencatat pertumbuhan laba 1,75% (yoy) menjadi Rp 1,56 triliun pada semester I-2020.

Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surdaudaja mengatakan, salah satu penopang berasal dari pendapatan non-bunga, terutama dari komponen pendapatan operasional lainnya yang tumbuh 23,56% (yoy). Pertumbuhan ini ditopang oleh pendapatan transaksi valas dan surat berharga, terutama dari kanal digital OCBC.

“Secara keseluruhan nilai transaksi di e-channel Bank OCBC NISP meningkat 69% (yoy) hingga Juni 2020. Total pengguna internet banking dan mobile banking masing-masing meningkat lebih dari 45% (yoy). Nilai transaksi di mobile banking juga meningkat 2 kali lipat, sementara frekuensinya bertumbuh sebesar 69%,” ujar Parwati.

Meski demikian Parwati mengaku aspek intermediasi OCBC memang cukup terdampak pandemi. Ini terbukti dari kredit yang turun 1,40% (yoy) menjadi Rp 117,57 triliun.

Selain itu adapula PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR) yang juga mencatat pertumbuhan laba tipis sebesar 0,66% (yoy) menjadi Rp 807,92 miliar.

Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldy juga masih optimistis dapat mempertahankan kinerja yang positif hingga akhir tahun. Apalagi Bank BJB juga baru saja menerima penempatan dana dari pemerintah Rp 2,5 triliun dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN).

“Kami akan bergerak cepat menjalankan fungsi intermediasi seiring dengan prinsip kehati-hatian. Sesuai arahan, kami akan menyalurkan dana tersebut kepada pelaku usaha, terutama skala mikro dan menengah,” ujar Yuddy.

Sementara di kelas BUKU 2 ada PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) yang juga mencatat pertumbuhan laba yang positif sebesar 126% (yoy) menjadi Rp 9,70 miliar. Meski demikian, Direktur Bank Oke Efdinal Alamyah bilang hingga akhir tahun, sejumlah target yang dicanangkan perseroan cukup sulit dicapai akibat pandemi.

“Sampai semester I-2020 masih sesuai target, sampai akhir tahun juga masih optimistis kinerja kami positif meskipun akan meleset dari target karena dampak restrukturisasi akan lebih terlihat pada semester II-2020,” ungkapnya kepada Kontan.co.id.

Sumber : Kontan, 29.07.2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar