28 Januari 2010

[ID-BIZ] "Matahari" Dilepas ke Asing



JAKARTA, KOMPAS.com — Mulai kini, gerai "Matahari Department Store" tak lagi identik dengan Grup Lippo. Akhir pekan lalu, melalui PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), Lippo melego 2,65 miliar saham atau setara dengan 90,76 persen saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) kepada "Meadow Asia Co Ltd".
Harga penjualannya sebesar Rp 2.705,33 per saham atau 100 persen lebih tinggi dari harga saham LPPF di lantai bursa sehari sebelum transaksi itu diteken. MPPA meraup Rp 7,2 triliun dari penjualan ini.

Meadow adalah perusahaan patungan MPPA dan CVC Capital Partners. Tetapi, MPPA hanya punya 20 persen dan CVC mengempit 80 persen saham LPPF. CVC merupakan perusahaan pengelola dana internasional yang masuk jajaran Top Five. Dana kelolaannya mencapai 46 miliar dollar AS.

Sejatinya, indikasi rencana penjualan Matahari Department Store muncul sejak September 2009. Kala itu, MPPA menjual aset unit usaha department store-nya itu kepada PT Pacific Utama Tbk. Nilai penjualan persediaan, peralatan dan perlengkapan usaha, serta hak sewa atas ruangan usaha peritel kelas menengah bawah ini sebesar Rp 430,06 miliar.

Pacific membeli unit usaha itu dengan duit hasil penerbitan saham baru yang nilainya sama dengan nilai akuisisi itu. Belakangan, Pacific bersalin nama menjadi Matahari Department Store. Tetapi, perusahaan ini tetap perusahaan afiliasi Grup Lippo dan kepanjangan tangan MPPA.

Benjamin J Mailool, Presiden Direktur MPPA, menjelaskan, penjualan saham LPPF bertujuan memperkuat struktur bisnisnya. "Sebab, bisnis ritel butuh dana besar," katanya, kemarin. Namun, dia belum bisa memastikan rencana penggunaan dana hasil penjualan itu.

Margin tipis

Direktur Financorpindo Nusa Edwin Sinaga menduga, Grup Lippo melihat perkembangan LPPF sudah tak signifikan lagi lantaran kalah bersaing dengan pemain lain. "Mereka melihat hal berbeda dari Hypermart sehingga berencana terus menambah gerainya," imbuhnya.

Analis Asia Kapitalindo Securities Arga, Paradita Sutiono, menimpali, sektor ritel hanya memberikan margin yang tipis. Dalam hitungannya, marginnya hanya 2 persen-6 persen. "Kemungkinan, dana hasil penjualan itu akan digunakan untuk penambahan gerai Hypermart," katanya. Maklum, bisnis pasar modern mempunyai prospek lebih cerah.

Edwin menambahkan, ada kemungkinan Grup Lippo ingin kembali fokus pada bisnis properti. Sekadar informasi, selain mempunyai gerai Hypermart melalui MPPA, raksasa bisnis ini masih memiliki sayap bisnis properti melalui PT Lippo Karawaci Tbk dan PT Lippo Cikarang Tbk. Mereka juga mempunyai megaproyek milik PT Kemang Village.

Adapun Kepala Riset Bhakti Securities Edwin Sebayang melihat, kini bisnis Lippo lebih fokus di sektor kesehatan dan keuangan nonperbankan. (Yuwono Triatmodjo, Yura Syahrul, Irma Yani/Kontan)

Sumber : Kompas, 26.01.10

Tambahan Info : Bidik Pasar Premium, "Matahari" Ganti Logo

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak Agustus lalu ada yang baru dari penampilan Departemen Store milik PT Matahari Putra Prima Tbk. Logo baru milik Matahari Departemen Store kini tak lagi menampilkan warna-warna semarak biru, merah, dan hijau seperti logo yang telah disandangnya sejak puluhan tahun lampau.

Aneka warna cerah tersebut kini memang telah menghilang, dan bersalin rupa dalam dominasi warna merah dan abu-abu tua (sepintas mirip hitam). Tidak cuma itu, font tulisan Matahari pun berubah menjadi deratan huruf-huruf besar nan angkuh.

"Kami memang bergeser ke konsep baru yang lebih matang dan elegan," ujar Danny Kojongian Direktur PT Matahari Putra Prima tempat Matahari Departemen Store bernaung bersama Hypermart, FoodMart, dan beberapa merek ritel lainnya.

Danny menjelaskan warna putih dan merah pada font dan simbol Matahari melambangkan nasionalisme. "Kami bangga sebagai merek asli Indonesia," ucap Danny. Namun yang tak kalah penting, menurutnya warna yang bisa memberi sensasi tersendiri tersebut melambangkan ciri-ciri urban style yang enerjik dan tangguh (merah) namun tetap simple.

Untuk mengerjakan perubahan logo tersebut, Danny mengaku mengerjakan sendiri. "Semua in-house ide tim kreatif kami yang biasa membuat desain grafis untuk display maupun publikasi lainnya," kata Danny tanpa merinci besaran dana yang dikucurkan untuk berganti penampilan itu.

Yang jelas, secara tegas Danny mengatakan bahwa Matahari kini membidik segmen masyarakat menengah keatas. Menurut perhitungannya, masyarakat dengan penghasilan yang siap untuk dibelanjakan (disposible income) minimal Rp 1 juta hingga Rp 3 juta. "Itu diluar kewajiban yang harus dia bayarkan setiap hari," tandas Danny.

Artinya, dengan tampilan logo yang tak semeriah dulu itu, Matahari sekaligus mengumumkan pergeseran minatnya untuk membidik segmen konsumen yang juga tengah digarap department store papan atas seperti Metro Department Store, Centro, maupun Sogo. (Nadia Citra Surya/Kontan)

Sumber : Kontan-Kompas, 06.09.09.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar