03 Mei 2010

[ID-BIZ] Ekonomi China Bakal Runtuh ?

HONGKONG, KOMPAS.com — Kekhawatiran mengenai bubble yang terjadi pada perekonomian China mencuat kembali. Marc Faber, profesor ekonomi Universitas Zurich yang juga penasihat investasi dan penerbit laporan Gloom, Boom & Doom, meramal perekonomian China akan melambat dan akhirnya akan crash atau runtuh dalam 9-12 bulan ke depan.

"Sinyal-sinyalnya sudah ada di sana, gejala dari sebuah gelembung besar semuanya ada di sana," kata Faber dalam wawancara dengan Bloomberg di Hongkong.

Sepanjang tahun ini, indeks komposit bursa Shanghai telah terjun 12 persen dan menjadi bursa berkinerja terburuk keempat di dunia seiring upaya Pemerintah China mempercepat kebijakan-kebijakannya untuk mendinginkan pasar properti dan memerintahkan perbankan untuk menyisihkan giro wajib minimum lebih tinggi.

Kenaikan rasio pencadangan perbankan yang terakhir dilakukan kemarin (2/5/2010) setelah upaya Pemerintah China untuk menahan rekor kenaikan harga properti gagal.

Maret lalu, harga properti China naik 11,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu di 70 kota yang tersebar di seantero negeri. Kenaikan harga properti ini adalah yang tertinggi sejak pendataan dilakukan pada 2005.

Faber bilang, pembatasan yang dilakukan pemerintah di sektor properti ini bakal mendorong investor berpaling ke pasar modal China. Namun, harga saham di China sudah mencapai harga wajarnya dan kemungkinan investor akan mengincar emas.
Risiko ekonomi China kepanasan

Sektor manufaktur China pada April lalu tumbuh lebih cepat. Berdasarkan Indeks Manajer Pembelian dan Logistik, ekspor tumbuh 29 persen pada kuartal pertama 2010, sedangkan inflasi naik 2,7 persen pada Februari 2010.

Kenaikan inflasi itu adalah yang tertinggi dalam 16 bulan terakhir sehingga meningkatkan risiko overheating pada ekonomi China.

Salah satu manajer investasi yang mengurangi portofolio investasinya di saham China adalah BlackRock Inc. Pasalnya, mereka menilai pertumbuhan ekonomi China telah mencapai puncaknya. Wakil Manajer Investasi BlackRock Dan Tubbs mengatakan, reksadana BlackRock

Emerging Markets juga memperluas posisi "underweight" terhadap China jika dibandingkan dengan indeks MSCI Emerging Markets, yaitu menjadi 7,5 persen dari sebelumnya 4,6 persen pada akhir Maret 2010.

Faber, seperti halnya Manajer Investasi Jim Chanos dan Profesor Ekonomi Universitas Harvard Kenneth Rogoff, memberikan peringatan kepada para investor terhadap potensi runtuhnya ekonomi China.

Ia mengatakan, lebih baik menjauh dari China dan menghindari industri logam dari tembaga hingga zinc karena saat ini pertumbuhan produsen logam tersebut terekspos oleh pertumbuhan ekonomi China.

Ia lebih memilih komoditas gandum, kedelai, dan komoditas pertanian lainnya sebagai alternatif investasi. Menurut dia, pembukaan World Expo di Shanghai–kota terkaya di China–bukanlah pertanda baik.

Faber mencontohkan pameran dunia di Vienna pada tahun 1873 yang bersamaan dengan terjadinya kejatuhan bursa saham dan depresi ekonomi pada tahun 1870-an. (Hari Widowati/Kontan)

Sumber : Kompas, 03.05.10.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar