15 Mei 2010

[ID-BIZ] Indonesia Harus Bayar US$244 Juta Untuk "Inalum"


Oleh: Yusuf Waluyo Jati
JAKARTA (Bisnis.com): Indonesia wajib mengucurkan investasi US$244 juta jika hendak mengambilalih sepenuhnya PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dari tangan Jepang pada 2013.

Berdasarkan kajian Otorita Asahan, jika pemerintah menerima usulan perpanjangan Proyek Asahan dengan 12 investor Jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan Aluminum (NAA), Indonesia wajib membayar nilai buku (balance sheet) Inalum berupa PLTA dan wajib memasok listrik untuk pabrik peleburan aluminium Inalum.

Kepala Otorita Asahan Effendi Sirait mengatakan nilai buku Inalum pada 31 Oktober 2013 diproyeksikan mencapai US$1,27 miliar. Nilai tersebut di antaranya mencakup pembangkit listrik (power plants) US$268 juta, pabrik peleburan (smelter) US$143 juta, inventori US$148 juta, dan aset-aset lain hingga US$65 juta.

Jika Indonesia menolak usul perpanjangan dan ingin mengambilalih Proyek Asahan serta Inalum, lanjutnya, pemerintah harus membayar 60% dari total nilai buku atau senilai US$762 juta. Untungnya, jelas Effendi, pemerintah diperkirakan masih memiliki uang kas US$628 juta pada 2013 di Inalum.

Jika setelah pengambilalihan Inalum Indonesia memerlukan modal baru sekitar US$110 juta, pemerintah harus membayar US$244 juta kepada Jepang.

“Nilai ini berasal dari selisih antara nilai buku US$762 juta dikurang uang kas US$628 juta yakni sebesar US$134 juta dan ditambah modal baru tadi sebesar US$110 juta sehingga total modal yang harus disiapkan pemerintah menjadi US$244 juta,” katanya ketika dikonfirmasi Bisnis.com, petang ini.

Menurut Effendi, Inalum diperkirakan mulai mendulang laba pada tahun fiskal 2010. Berdasarkan proyeksi perhitungan Otorita Asahan, Inalum akan membukukan laba sebesar US$9 juta pada tahun fiskal 2010.

Pada 2011, Inalum diharapkan bisa meraih laba sebesar US$103 juta dan pada 2012 keuntungan diharapkan bertambah US$223 juta.

Adapun pada 2013, keuntungan Inalum ditargetkan bisa mencapai US$308 juta. Sesuai dengan program Long Time Projection (LTP) yang disusun direksi Inalum, perusahaan ini diharapkan bisa membukukan keuntungan tahunan rata-rata US$100,6 juta hingga akhir tahun fiskal 2013.

Sepanjang tahun fiskal 2009, ujarnya, akumulasi kerugian Inalum tinggal US$72 juta. Kerugian tersebut semakin mengecil jika dibandingkan dengan dua dekade lalu (1982 – 2003) sebesar US$1,2 miliar. (mrp)

Sumber : Bisnis Indonesia, 14.05.10.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar