11 Januari 2011

[110111.ID.SEA] GPEI Targetkan Ekspor Jatim Naik 32,5%

SURABAYA: Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia Jawa Timur menargetkan kenaikan 32,5% kenaikan ekspor pada 2011 dengan estimasi perluasan pasar di Timur Tengah dan Afrika.


Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Jatim Isdarmawan mengatakan, kenaikan ekspor masih didominasi komoditas nonmigas antara 90%-95% dengan sisanya komoditas migas. “Hal ini didorong semakin meluasnya ekspor ke pasar nontraditional,” katanya saat dikonfirmasi, hari ini.

Tentunya, lanjut dia, dengan harapan pemerintah dapat memberikan kestabilan nilai tukar rupiah pada kisaran Rp9.000 per dollar AS. “Dengan menurunkan suku bunga bank yang masih tinggi, yakni 13%,” katanya.

Sementara data BPS pada akhir 2010 mencatat, Jatim mengalami defisit US$1,9 miliar. Selama Januari hingga November 2010, nilai ekspor di Jawa Timur sebesar US$12,68 miliar dan impor US$14,57 miliar. 

Kepala BPS Jawa Timur Irlan Indrocahyo, meski defisit namun ekspor Jatim memiliki pola berbeda dengan ekspor asal provinsi lainnya. Ekspor Jatim tidak pernah melewati provinsi lain, namun langsung ke negara tujuan. “Artinya nilai ekspor murni berasal dari Jatim,” katanya. 

Sedangkan secara nasional, dalam 11 bulan selama 2010, nilai ekspor dan impor mengalami surplus. Besaran nilai ekspor sebesar US$14,65 miliar dan impor sebesar US$122,58 miliar, maka surplus US$18,07 miliar. 

Menurut Irlan, negara tujuan ekspor terbanyak secara nasional adalah Jepang, China dan Amerika Serikat. “Sementara Jepang, China dan Malaysia menempati urutan teratas negara tujuan ekspor untuk Jawa Timur,” kata Irlan. 

Besarnya nilai ekspor masih didominasi sektor non migas. Setidaknya mulai Januari hingga November 2010, sektor non migas berperan 89,58% yang terdiri dari hasil industri 82,21%, hasil pertanian 7,11% dan hasil pertambangan serta lainnya sebanyak 0,25%. Sedangkan sektor migas berperan 10,42%. 

Sementara untuk nilai impor pada periode yang sama didominasi oleh barang konsumsi dengan 6,80%, bahan baku atau penolong sebesar 83,87% dan 9,33% barang modal.(api)

Sumber : Bisnis Indonesia, 11.01.11.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar